(MPL Season 5) Analisis Pertandingan Bigetron Alpha Vs. Genflix Aerowolf

Penampilan Bigetron Alpha di dua pekan awal MPL Season 5 memang berjalan dengan manis. Seolah-olah saat ini Branz dan kawan-kawan bukan lagi tim kuda hitam, melainkan kontestan yang harus diwaspadai oleh tujuh tim lainnya di turnamen ini. Berkat dua kemenangan penuh di pekan kedua, saat ini mereka semakin kokoh di puncak klasemen dengan poin +6.

Pada pertandingan hari pertama pekan kedua, Bigetron tampil mengejutkan ketika berhasil mengalahkan Genflix Aerowolf dengan skor 2-0. Mereka menyajikan meta yang cukup unik dengan menurunkan dua Hero Support. Menariknya, mereka menggunakan strategi tersebut pada dua ronde dan ternyata hal itu efektif untuk menumbangkan tim berlambang serigala itu.

Kondisi tersebut lah yang membuat KINCIR tergoda untuk mengalanisis pertandingan antara Bigetron Alpha Vs. Genflix Aerowolf. Biar kalian enggak penasaran, langsung aja yuk simak ulasannya di bawah ini!

Kesabaran Membuahkan Hasil

Via dok. mpl id

Jika kalian perhatikan jalannya ronde 1 antara Bigetron kontra Aerowolf, perjalanan di tempo awal memang terbilang cepat. Belum sampai menit ke-4, masing-masing tim berhasil mendapatkan dua turret luar di sisi atas dan bawah. Sementara tidak sampai satu menit kemudian, Branz dan kawan-kawan harus rela tertinggal dengan skor 2-6.

Tertinggalnya skor untuk Bigetron terbilang membawa kerugian bagi timnya karena menyebabkan mereka harus ketinggalan networth dari Aerowolf. Apalagi jika terus melakukan kesalahan, mereka pasti sangat merugi karena dapat membuat kontes berikutnya dengan hasil yang buruk.

Namun, Bigetron melakukan cara yang pintar dengan memilih gaya bermain lebih bertahan demi permainan yang objektif dan membiarkan dua core-nya melakukan jungling. Hal itu bisa kalian lihat ketika Aerowolf yang menyerang Turtle, mereka memilih untuk tidak mengganggu bahkan sampai melakukan kontes.

Akhirnya buah kesabaran Bigetron untuk membiarkan dua core-nya menjadi maksimal pun berhasil. Aerowolf memang sempat mencuri Lord. Namun, hal tersebut harus dibayar mahal dengan tewasnya semua Hero Aerowolf. Para pemain Bigetron terus menyerang sampai pertahanan mereka yang berujung kemenangan bagi Branz dan kawan-kawan di game pertama.

Drafting “Gila” Bigetron

Via dok. mpl id

Pilihan carry dari Aerowolf memang terbilang memiliki potensi yang bagus. Bruno dengan critical damage-nya dan Hayabusa yang memiliki burst damage. Selain itu, Thamuz selaku Fighter yang memiliki serangan serta durability yang baik di awal dan akhir game.

Sayangnya, hal itu terbilang kurang efektif jika ingin melakukan war karena Bigetron memiliki dua Support dengan Magic Damage yang benar-benar menyebalkan. Sebenarnya di ronde 1, drafting dari dari Aerowolf tidak begitu salah karena empat Hero yang mereka ambil cukup adalah pilihan yang baik untuk memenangkan pertandingan.

Tiba-tiba secara mengejutkan Kyy mengambil Nana dengan skill Molina Smooch-nya benar-benar menyulitkan. Begitu juga Dreams yang memilih Diggie-nya dengan bom dan Ulti-nya yang bisa menangkal efek negatif. Memang menjadi pilihan yang sulit bagi tim Serigala untuk melawan dua Support dengan Hero melee.

Via dok. mpl id

Kejutannya tak berhenti sampai situ. Bravo yang biasa bermain di posisi offlaner, malah memilih Uranus. Komposisi Nana, Diggie, dan Uranus dalam satu tim tentu tampak aneh bagi kalangan awam. Namun, bagi pro player sekelas Branz dan kawan-kawan, taktik tersebut justru terbukti ampuh.

Hasilnya pun ternyata berjalan buruk untuk Aerowolf yang harus puas menerima kekalahan pertama. Ketika terjadi war, Nana dan Diggie mampu memberikan kombinasi crowd control yang menyebalkan untuk menyerang. Begitu pun Uranus yang mampu menangkal serangan mereka meski sedikit condong sebagai offlaner.

Padahal bisa saja mereka memilih menggunakan Hero Mage jarak jauh seperti Chang’e, Valir, dan Gord. Ketiga Hero tersebut seharusnya bisa membuat lawan terserang dengan damage yang besar dari jarak yang cukup aman di belakang Akai dan Grock.

Rapatnya Barisan Bigetron Ketika War

Via dok. mpl id

Jika sebelumnya Aerowolf tidak menggunakan Mage, game kedua pun mereka tampak tak mau mengulangi kesalahan yang sama dan akhirnya memilih Valir. Hasilnya pun terlihat ampuh pada tujuh menit pertama dengan catatan mendapatkan tiga turret Bigetron.

Menariknya, di game kedua, Bigetron menggunakan formasi yang sama dengan game pertama. Sedikit terbacanya strategi juga menjadi faktor yang membuat mereka sedikit kewalahan di awal game.

Sayangnya, upaya Aerowolf untuk merebut kemenangan tidak menemui hasil. Semua gara-gara formasi Bigetron ketika war yang benar-benar rapat sehingga dua core mereka benar-benar mendapat perlindungan dari Bravo, Dreams, dan Kyy.

Kombinasi Diggie dan Nana juga terbukti sangat menyebalkan. Bom dari Diggie serta “Kucing” dari Nana membuat Aerowolf benar-benar takut untuk menembus pertahanan Bigetron. Kematangan eksekusi dari Kyy dan Dreams sebagai user kedua Hero tadi juga patut diapresiasi. Mereka selalu tepat dalam timing menggunakan Ulti sehingga tiap inisiasi serangan Bigetron tak pernah sia-sia.

Badboy yang Benar-benar “Bad

Via dok. mpl id

Biang keladi tumbangnya Aerowolf bisa dibilang bersumber dari seorang BadBoy. Pasalnya, dia beberapa kali melakukan langkah yang berujung petaka bagi timnya.

Buruknya permainan Badboy sangat terlihat di ronde 2. Pada kontes di menit ke-7 di area jungle atas milik Bigetron berujung pada tumbangnya empat pemain milih Aerowolf. Saat dikejar oleh Bravo, dia malah melakukan Flicker ke depan sehingga tumbang dengan cepat.

Mungkin, awalnya dia punya niatan ingin menumbangkan Nana (digunakan Dreams) yang merepotkan. Namun, pilihan tersebut sangal konyol karena di sekitar Dreams terdapat Branz dan Annisa. Akhirnya benar saja, Badboy segera diserang oleh dua core milik Bigetron.

Kemudian permainan buruk dari Badboy juga terlihat di menit ke-10. Dia berusaha untuk mengamankan buff merah saat dihadang oleh Bravo. Uniknya, dia malah berputar-putar di antara tembok. Padahal Yor sudah masuk untuk mengunci Bravo dengan Huricane Dance. Akhirnya dia pun gagal untuk menyerang lawan-lawannya, sedangkan rekan satu timnya banyak yang terbunuh.

Kesalahan demi kesalahan inipun tampak membebani Badboy sehingga permainannya di penghujung game terlihat berantakan. Dia selalu gagal menempatkan posisi yang bijak di tiap kontes sehingga membuat Bigetron makin mudah untuk mengakhiri perlawanan Aerowolf.

Dua Core Bigetron yang Sangat Solid

Via dok. mpl id

Penampilan buruk Badboy semakin terlihat parah dengan gemilangnya performa Branz dan Annisa sebagai dua core Bigetron. Pemilik nama asli Jabran Bagus “Branz” Wiloko berhasil memiliki catatan 11 kill, 3 death, dan 12 assist sebagai Karrie. Sementara Guntur Khoiru “Annisa” Wildan mendapatkan 13 kill dan 12 assist tanpa terbunuh menggunakan Harith.

Dua pemain tersebut dapat mendapatkan catatan gemilang bukan tanpa alasan. Branz dan Annisa bermain sangat objektif dan sabar untuk menyiapkan item terlebih dahulu karena mereka tahu bahwa timnya tidak bisa bermain dengan tempo cepat di awal game.

Ketika item mereka sudah siap, mereka pun tidak asal melakukan kontes. Hasilnya terdapat beberapa pemain milik Aerowolf yang berhasil diculik. Mereka pun tampak sangat nyetel dengan Dreams dan Kyy yang berperan sebagai support.

Selain itu ketika war terjadi, dua core milik Bigetron ini tidak pernah “offside. Mereka sengaja untuk menunggu pemain Aerowolf masuk satu per satu. Pasalnya, jika mereka tumbang, timnya akan kesulitan menahan karena tiga Hero lainnya bersifat sebagai Tank dan Support.

***

Selamat kepada Bigetron Alpha atas dua kemenangan penuh di pekan kedua MPL Season 5. Apakah menurut kalian Branz dan kawan-kawan berhasil menumbangkan Geek Fam di pertandingan pekan ketiga nanti?

Kalau kalian punya pendapat lain jangan sungkan untuk berikan tanggapan kalian di kolom komentar ya! Terus pantengin KINCIR biar kalian enggak ketinggalan kabar seru lainnya seputar esports dan game.

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.