– Sejak eksis pada 2016, Mobile Legends pasti punya drama yang menarik untuk disimak oleh para penggemarnya.
– Pemain veteran Mobile Legends pasti tahu banget kasus-kasus yang ramai, khususnya nomor satu!
Seiring dengan perkembangan skena esports Mobile Legends Indonesia, banyak polemik yang terjadi di dalamnya. Khususnya jika kita bicara soal kontroversi dan drama yang melibatkan para penggiatnya. Sayangnya, beberapa kasus justru mencoreng nama baik komunitas serta ekosistem Mobile Legends itu sendiri.
Sebagai penggemar skena esports Mobile Legends di Indonesia, lima drama yang akan KINCIR bahas masih membekas di ingatan kalian. Untuk mengetahui apa saja drama yang pernah mewarnai industri ini, yuk simak pembahasannya di bawah ini!
1. “Gelut” antara Warpath dan Daylen
Drama pertama yang akan KINCIR bahas adalah perkelahian antara Warpath dan Daylen pada tahun 2017. Nama tim Saints Indo yang pada saat itu dibela oleh keduanya bisa dibilang sedang berada di puncak. Pasalnya, selain EVOS, RRQ, dan Louvre, nama Saints Indo sempat jadi sorotan karena menjadi juara di ajang MSC 2017.
Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon semakin tinggi pula angin yang menerpa. Hal inilah yang terjadi kepada para punggawa Saints Indo. Perselisihan diawali dari keputusan untuk mengeluarkan Warpath yang diambil oleh Daylen. Masalahnya, menurut Warpath keputusan ini diambil secara sepihak tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu.
Perselisihan ini pun berujung baku hantam antara keduanya. Sangat disayangkan untuk ukuran tim profesional, penyelesaian masalah tidak dilakukan secara profesional juga. Para penggemar esports Mobile Legends saat itu pun ikut panas dan mencari-cari kesalahan yang malah membuat keadaan semakin panas.
Drama pun berakhir damai dari kedua pihak. Namun, keputusan Daylen untuk mengeluarkan Warpath dari tim tidak bisa ditarik kembali dan sepertinya Warpath sudah merelakan posisinya terganti di tim pada saat itu.
2. Polemik Franchise League MPL Season 4
Memang mengejutkan jika Moonton mengeksklusifkan turnamen Mobile Legends Professional League secara tiba-tiba. Pasalnya, sebulan pasca berakhirnya MPL Season 3 sebuah revolusi dibuat oleh Moonton untuk turnamen paling akbarnya tersebut.
Di Season 4 lalu, Moonton ingin turnamen tersebut menjadi sebuah franchise league mirip dengan format turnamen ESL yang mengusung game CS:GO. Sebelumnya, turnamen MPL terbuka bagi semua kalangan baik umum atau pun profesional. Semua peserta yang lolos ke Main Event merupakan tim yang berprestasi.
Sayangnya, tiba-tiba saja Moonton “menghargai” turnamennya sebesar Rp15 miliar! Dan sayangnya hanya delapan tim yang akan diikutsertakan dengan syarat harus terlebih dulu membayar sejumlah uang tersebut. Dari keputusan ini, respons negatif pun bermunculan yang membuat MPL dianggap sebagai “pembunuh” tim kecil.
Bahkan sampai ada petisi dari CEO Louvre Esports, yaitu Erick Herlangga di situs Change.org. Dari petisi ini, kasus pembayaran MPL Season 4 pun semakin memanas dan menimbulkan drama antara Erick Herlangga dan Moonton.
Pasalnya, sang pemilik game Mobile Legends tersebut tidak terima dengan adanya petisi untuk membatalkan aturan bayar Rp15 miliar. Kemudian, adu “balas pantun” pun terjadi antara keduanya. Moonton mengeluarkan klarifikasi soal uang yang diwajibkan kepada calon peserta adalah untuk investasi selama beberapa musim. Bahkan Moonton juga akan mengambil jalur hukum atas perkara tuduhan tersebut.
Lucunya, kasus sebesar ini harus “dibakar” di Instagram Stories. Erick Herlangga membuat beberapa pernyataan yang cukup kontroversial. Padahal menurut Moonton, Louvre sebenarnya setuju dengan format franchise league namun karena Louvre terlambat urusan administrasi, akhirnya Moonton tidak menyantumkan nama tim milik Erick Herlangga ke dalam jajaran peserta MPL Season 4.
Hingga akhirnya pada tanggal 15 Juli 2019, kedua pihak memilih gencatan senjata sekaligus menyudahi polemik tersebut. Ujung-ujungnya, baik Moonton dan Erick Herlangga menganggap ada salah paham antara mereka berdua sebelum kesepakatan terjadi.
3. Kasus Joki di WSL 2020
Belum lama ini, skena esports Mobile Legends dihebohkan dengan kecurigaan adanya joki di turnamen skala nasional, yaitu Women Star League. Pada pertandingan kualifikasi antara Bigetron Angels kontra Rev Louvre. Ada keanehan terlihat pada MomoRYN Strong Girl yang hampir sepanjang pertandingan tidak melirik gawai miliknya.
Justru, MomoRYN fokus terhadap layar face cam para pemain yang memang diwajibkan ada oleh panitia WSL. Sayangnya, keanehan lain terlihat ketika ibu jari MomoRYN terangkat ketika teamfight. Padahal Hero yang digunakannya (Khufra) bergerak seperti biasa.
Bukti-bukti tersebut pun diunggah oleh salah seorang anggota dari Belletron Angels, yaitu Venom. Dirinya ingin menunjukkan ada kejanggalan yang terjadi di pertandingan tersebut. Benar saja, reaksi netizen membuat panitia WSL harus membuat keputusan bahwa Rev Louvre didiskualifikasi karena adanya tuduhan joki.
MomoRYN pun sempat memberikan klarifikasi bahwa alasan dibalik sering melihat layar face cam adalah karena dirinya seringkali lag. Akan tetapi, klarifikasi tersebut justru semakin membuat posisinya semakin aneh jika menelisik video yang diunggah oleh Venom.
4. Adu Sengit Aerowolf dan Air Asia Saiyan di MSC 2018
Sebagai panggung turnamen Mobile Legends terbesar di Asia Tenggara, gelaran Mobile Legends Southeast Asia jadi idaman para atlet. Tidak sedikit yang menjalani kualifikasi mati-matian untuk bisa berlaga di panggung tersebut. Sayangnya, effort dari seluruh peserta tidak diimbangi dengan ketelitian panitia yang saat itu dianggap tidak becus.
Pasalnya, ada drama yang terjadi antara Aerowolf dan Air Asia Saiyan di MSC 2018. Kedua tim yang berada di satu grup dengan total poin yang imbang menunggu keputusan panitia siapa yang akan lolos ke fase playoffs. Permasalahan terjadi ketika panitia menunjuk Air Asia Saiyan yang ternyata lolos ke babak selanjutnya mengacu pada rulebook yang mereka pegang.
Sayangnya, ada perbedaan rulebook yang dipedomani oleh Aerowolf. Pihak manajemen pun mengajukan banding ke panitia. Tidak ada yang salah di titik ini karena keduanya sama-sama mengacu kepada rulebook. Hanya saja, pihak peserta bingung bagaimana bisa rulebook yang dipegang masing-masing poinnya bisa berbeda?
Drama ini pun cukup memakan waktu lama karena panitia masih mencari cara untuk mengambil keputusan secara tepat. Karena dianggap terlalu larut, Moonton selaku pemilik game ikut turun tangan dalam menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, keputusan rematch pun menjadi jalur tengah atas permasalahan tersebut.
Sebelum adanya pertandingan ulang, Air Asia Saiyan yang sudah kadung kecewa memiliih untuk hengkang dari turnamen dan membuat postingan krusial di akun Facebook resminya. Dalam unggahan tersebut tertulis bahwa mereka menganggap bahwa panitia MSC 2018 tidak bisa menjalankan turnamen dengan baik. Tidak hanya sampai di situ, pihak manajemen pun akan membawa perkara ini ke ranah hukum.
Kerusuhan sempat terjadi dan amarah penggemar Air Asia Saiyan tertuju pada pihak panitia dan Aerowolf. Namun, manajemen berdalih bahwa mereka hanya mengikuti dari apa yang tertera di rulebook. Hingga saat ini, kasus tersebut seperti hilang terbawa angin.
5. Hilangnya Antimage dari Jajaran Timnas Mobile Legends
Untuk pertama kalinya, industri esports sudah benar-benar dilirik sebagai salah satu bidang olahraga oleh dunia. Pasalnya, di ajang SEA Games 2019 Mobile Legends menjadi salah satu nomor cabang esports. Akan tetapi, rasa bangga ini harus ternodai dengan adanya drama di badan timnas Indonesia.
Semua berawal dari postingan Instagram Stories milik Yurino “Donkey” yang menyatakan bahwa adanya “permainan” di badan timnas. Sang pelatih, Jeremy “Tibold”, memberikan klarifikasi mewakili timnas. Dirinya membalas dengan menjelaskan bahwa ada prosedur yang memang harus dijalani oleh semua calon pemain. Meskipun sudah lolos kualifikasi, ada beberapa tahap lagi agar resmi masuk timnas.
Dirinya menambahkan bahwa keputusan untuk perekrutan pemain tidak sepenuhnya berada di tangan Tibold. Pasalnya, ada pihak manajemen yang punya kuasa atas keputusan tersebut. Sayangnya, Tibold enggan menjelaskan dengan detail perkara apa yang sedang terjadi di badan timnas.
Tidak lama berselang, secara tiba-tiba Erick Herlangga selaku petinggi di IESPA menyatakan penyesalannya atas posisi Antimage yang batal membela timnas di SEA Games. Pasalnya, Antimage telah lolos seleksi untuk masuk ke jajaran tim bersama dengan Wann dan yang lain. Akan tetapi, publik kembali bertanya-tanya apa alasan dibalik hengkangnya Antimage dari jajaran timnas.
Dari penjelasan Erick Herlangga, batasan anggaran yang diberikan memang menjadi akar dari permasalahan tersebut. Dirinya juga mencantumkan bahwa pihak swasta (dalam kasus ini IESPA) tidak boleh memberikan sokongan dana kepada timnas terkait perekrutan pemain. Tidak hanya ditubuh tim Mobile Legends, kejadian ini juga menimpa cabang lain seperti Dota 2, AoV, dan Tekken.
Ketika ditanya oleh tim KINCIR, Erick Herlangga menjawab, “Saya juga sedih dengan keputusan ini. Kalau untuk anggaran saya bisa usahakan untuk ketujuh pemain tersebut berangkat ke Filipina. Namun, pihak swasta tidak boleh ikut membiayai. Kasus ini juga terjadi di cabang-cabang esports lainnya.”
Memang sangat disayangkan akhir dari polemik tersebut harus mengorbankan seorang Antimage. Padahal, pemain dari ONIC Esports ini sudah tidak perlu lagi dipertanyakan soal kualitas permainan. Sayangnya, takdir berkata lain sehingga membuat Antimage tidak berhasil lolos membela Indonesia di ajang SEA Games 2019.
***
Tidak bisa dimungkiri bahwa beberapa drama di atas bersifat krusial. Pasalnya, drama yang mencuat ke ranah publik bisa menimbulkan stigma negatif terhadap skena esports Mobile Legends Indonesia. Apalagi sampai terjadi baku hantam antarpemain yang dinilai tidak profesional sama sekali. Belum lagi para petinggi esports yang terlihat “doyan” membuat klarifikasi yang justru semakin memanaskan suasana.
Semoga, di masa yang akan datang, kejadian-kejadian seperti ini tidak lagi terulang. Skena esports Mobile Legends Indonesia, bisa terus berkembang dengan berbagai macam prestasi, bukan lagi kasus yang didramatisasi.
Bagaimana tanggapan kalian tentang lima drama kontroversial yang pernah terjadi di ranah esports Mobile Legends Indonesia? Silakan tuang pendapat kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa juga untuk terus kunjungi KINCIR agar kalian tahu berita seru lain seputar esports dan game.
Ngomong-ngomong soal Mobile Legends, IESPL sedang mengadakan turnamen Mobile Legends berskala nasional khusus para pelajar, nih. Jika kalian berumur 16 sampai 24 tahun dan punya tim Mobile Legends dari satu sekolah yang sama, langsung saja daftar Piala Menpora Esports 2020 AXIS, ya!