Final MPL Season 4 telah usai tepat pada 27 Oktober lalu. Pertandingan babak tersebut menjadi laga el classico yang kedua kalinya bagi EVOS Esports dan RRQ di partai final. Sekedar informasi tambahan, pada laga fnal ini pertandingan berlangsung dengan skema best-of-5.
Setelah hanya meraih posisi kedua di dua kali final, akhirnya EVOS berhasil meraih gelar juara pada MPL Season 4. Pada babak final ini Tim Macan Putih berhasil menaklukan RRQ dengan skor akhir 3-1. Kemenangan ini juga menjadi catatan baik bagi mereka sebagai tim yang belum dikalahkan oleh Lemon dan kawan-kawan.
Auman keras Rekt dan kawan-kawan selama MPL Season 4 membuktikan bahwa mereka adalah sebagai tim yang pantas meraih juara. Pasalnya, sejak babak Regular saja mereka sudah berhasil mencatatkan hasil positif, yakni sebagai pemuncak klasemen.
Bagi kalian yang belum bisa menerima hasil laga final kemarin, jangan emosi, ya. Soalnya, EVOS memang pantas mendapatkan semua kejayaan tersebut. Oleh karena itu, pada tulisan ini KINCIR akan memberikan analisa kesuksesan sang juara lewat analisa khas kami di bawah ini.
1. Rekt, Kunci GG EVOS
Kesuksesan EVOS di MPL Season 4 adalah kerja keras dari semua pihak yang ada di dalamnya. Namun, di antara yang lainnya, harus diakui sang kapten, Rekt, punya peran paling besar sebagai leader tim.
Pada game pertama memang EVOS harus mengakui kehebatan dari RRQ. Bahkan, sosok Gustian "Rekt" pun dibuat terkunci oleh sang musuh. Raja Marksman harus rela melihat timnya kalah dengan catatan yang kurang memuaskan bagi dirinya, yakni 0 kill, 0 death, dan 2 assist.
Babak kedua dan keempat bisa dikatan menjadi blunder dari RRQ. Pasalnya, dilepasnya Claude membuat EVOS secara tegas langsung memilih Hero signature milik Rekt. Benar saja, sang raja Marksman benar-benar menjadi momok yang menakutkan dalam pertandingan ini.
Licinnya Claude dari Rekt pada babak kedua berhasil mencatatkan 8 kill, 3 death, dan 10 assist. Selain itu, kelihaiannya dalam men-split game untuk mencuri turret RRQ membuat dirinya mencatatkan poin turret damage sebesar 54%.
Raihan tersebut akhirnya membuat dirinya menjadi MVP di babak kedua sekaligus membawa timnya mengimbangi RRQ dengan skor 1-1. Selain itu, di babak keempat juga membuat dirinya mencatatkan sebagai peraih turret damage terbesar di timnya, yakni 48%.
Begitu pula ketika babak ketiga, Rekt kembali menjadi soosk yang menakutkan. Permainannya yang objektif berhasil membuat dirinya menjadi salah satu pemain yang sangat berperan penting dalam hancurnya turret miliki tim Raja Segala Raja.
Sosok kapten dari EVOS berhasil menunjukan kualitasnya sebagai pro player yang berbahaya. Pasalnya, dia adalah sebagai salah satu kunci sukses kemenangan di babak ketiga.
2. Oura, Offlaner Tanpa Tanda Jasa
Rekt atau Wann memang jadi pemain EVOS yang perannya paling terlihat. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa Eko “Oura” Julianto juga punya peran yang sangat besar.
Permainan Oura sejak game pertama final sudah terbilang merepotkan RRQ. X.Borg-nya terhitung berkali-kai mengcaukan formasi Lemon dan kawan-kawan ketika war sedang berlansung. Meskipun kalah, pada babak ini dia berhasil jadi salah satu pemain yang mencatatkan permainan objektif untuk menghancurkan turret RRQ.
Begitu juga ketika babak kedua, dia langsung masuk untuk merusuh di sisi top lane RRQ dan berhasil mencuri buff milik Xin. Setelah itu, transisinya ke sisi bottom lane juga membuat R7 kerepotan. Bahkan, permainan cemerlang dari Oura dengan Wannn berhasil menghancurkan turret terluar dari sisi bottom lane milik RRQ.
Tidak hanya itu, kesuksesan Oura yang berhasil mengacak-acak formasi RRQ terlihat pada war di area lord kedua. Ia benar-benar sangat berhasil memaksimalkan penggunaan Last Insanity untuk mencuri lord sekaligus mengembalikan keadaan dalam proses terbunuhnya Rave, Xin, dan Vyn.
Kesuksesan Oura juga terlihat pada war yang terjadi pada menit 23-24. Ia kembali menjadi sosok yang mengacaukan formasi dan merusak HP milik tim RRQ sebelum akhrinya EVOS meraih kemenangan di babak kedua.
Permainan cepat dari Oura kembali terlihat di babak ketiga. Menggunakan Thamuz, dia kembali menjadi momok yang mengacaukan formasi RRQ di awal game. Dari usahanya itu juga mencatatkan 1 kill untuk dirinya setelah shut down Vyn.
Dia juga menjadi sosok yang berperan dalam kematian Xyn dan R7 di menit ke-6. Pasalnya, kemampuan bertahannya dari serangan duo RRQ membuat keadaan berbalik. Berkat bantuan Donkey dan Wannn, Xyn dan R7 berhasil ditumbangkan. War tersebut akhirnya membuat Rekt dapat mengambil turtle dengan mudah sekaligus mencuri turret tengah di sisi bottom lane RRQ.
Permainannya yang baik berhasil membuat RRQ kebingungan dan membuat timnya dapat melakukan split dengan baik. Berkat Oura yang berhasil mengacaukan formasi musuh, akhirnya timnya dapat memenangkan pertandingan di laga final kemarin.
3. Meta Mengejutkan dari EVOS
Pada poin ini akan fokus pada pemilihan Zhask dan Chang’e oleh tim EVOS di babak final. Dipilihnya Hero tersebut memang sangat mengjutkan RRQ, bahkan penonton.
Tidak akan ada yang menduga bahwa Rekt akan menggunakan menggunakan Hero ber-role mage tersebut. Pasalnya, para pecinta Mobile Legends mengetahui bahwa dia adalah ahli Marksman. Nyatanya, benar-benar megejutkan!
Zhask yang dipakai oleh Rekt benar-benar bermain objektif. Ia berhasil mencatatkan raihan turret damage sebesar 78% (26.919). Selain digunakan sebagai push turret, dia berhasil mengendalikan Hero tersebut sebagai banteng perlindungan bagi timnya ketika RRQ mencoba menyerang masuk saat war berlangsung.
Chang’e yang digunakan Wannn juga berhasil tampil cemerlang di babak keempat. Meskipun Hero tersebut sering dipilih setelah di-rework oleh Moonton, tapi tidak ada yang menyangka bahwa Hero ini dapat seberbehaya itu di laga final kemarin.
Wannn berhasil mengendalikan Hero ini dengan sangat baik. Pasalnya dengan Hero tersebut EVOS berhasil menutup pertandingan dan menyatakan diri sebagai juara dengan Savage. Bahkan Chang’e dari Wannn juga menjadi Hero yang mencatat Hero damage terbesar, yakni 28%.
Catatan tersebut menunjukan bahwa betapa bahayanya dua Hero tersebut laga final kemarin. Selain itu, catatan itu juga dapat menjadikan salah satu alasan mengapa EVOS pantas mendapatkan juara karena dapat memaksimalkan pemilihan Hero yang ada.
4. Kombinasi Tank-Support Apik dari Donkey dan Luminaire
Sebagai pemain yang memiliki role Tank dan Support, Donkey dan Luminaire benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik. Pasalnya, pemain dengan role tersebut kerap dilupakan. Padahal role memiliki peran yang penting di dalam pertandingan.
Mungkin kalian akan menilai buruk permainan Donkey di babak 1 dan 2. Secara kasat mata memang permainan dari Donkey terlihat sangat ceroboh dan kerap terculik oleh Vyn.
Apabila melihat pertandingan kedua, sepertinya itu menjadi salah satu strategi dari Donkey. Pertandingan yang tidak menggunakan Tank murni itu memang menjadi laga yang sulit. Mau tidak mau Chou akan dijadikan Tank sekaligus inisiator pertandingan.
Pasalnya ia akan merelakan dirinya mati duluan dibanding rekan setimnya. Dengan ia membuka map, rekan-rekannya dapat mengetahui keberadaan musuh-musuhnya. Memang ini menjadi kerugian tersendiri bagi Donkey, tapi pada pertandingan itu dirinya berhasil membuat Vyn dengan Kajanya mengeluarkan Ulti. Dengan begitu, ketika war terjadi Rekt dapat aman dari tarikan Kaja.
Luminaire dengan Valir-nya juga terbilang berhasil merepotkan RRQ. dia berhasil mengoptimalkan penggunaan skill dari sang penakluk api yang memiliki efek terdorong dan stun. Dirinya bahkan berhasil mencatatkan assist terbanyak di timnya pada babak kedua, yakni 14.
Begitu pula penampilan Luminaire pada babak ketiga dengan Lolita bermain dengan baik. Ia berhasil memberikan stun kepada tim RRQ dengan Ulti Noumenon Blast. Bahkan, di awal game ia juga sempat membalaskan terbunuhnya Rekt oleh Lemon.
Begitu pula dengan Donkey di babak ketiga. Permainan cemerlangnya berhasil membawa dirinya sebagai peraih MVP di babak tersebut. Gelar itu nampaknya memang pantas setelah ia berhasil mengoptimalisasikan permainan Grock sebagai Tank dengan inisiator yang tinggi dan pelindung tim yang baik. Bahkan sebagai Tank ia berhasil mencatatkan raihan 4 kill, 0 death, dan 7 assist.
Kesuksesan di babak ketiga pun kembali mereka terapkan di babak keempat dengan pemilihan Hero yang sama. Hasilnya? Mereka kembali berhasil mengamankan timnya dengan sangat baik. Bagaimana tidak, Rekt tanpa mati, Wannn satu kali mati, dan Oura hanya 2 kali mati.
5. “Berkah” Kepergian Jess No Limit?
Nampaknya, EVOS telah menemukan racikan terbaiknya setelah berhasil sukses pada gelaran IENC. Pasalnya, tim Macan Putih tidak memasukan nama Jess No Limit di dalam skuadnya. Hasilnya pun di luar dugaan. Saat penggemar mengira EVOS bukan siapa-siapa tanpa Jess, mereka justru berhasil juara.
Melhat kesuksesan tersebut membuat tim ini kembali tidak memasukan nama Justin ke dalam skuad MPL Season 4. Lagi-lagi mereka meraih kesuksesan, yakni juara.
EVOS bahkan tampil meyakinkan sejak babak Regular sebagai tim degan win rate terbesar dengan persentase sebsar 72%. Kesuksesan itu mereka kembali buktikan dengan meraih kemenangan meyakinkan di babak playoffs dengan catatan tidak pernah turun ke lower bracket.
Namun, benarkah sosok Justin ini menjadi salah satu penyebab kegagalan EVOS di MPL season sebelumnya? Kurang adil jika kita menyalahkan semuanya kepada Jess. Pasalnya, sang pemain terbukti punya kemampuan hingga berhasil membawa timnya meraih runner-up di MPL Season 1 dan 2.
***
Selamat kepada EVOS Esports yang berhasil menjurai MPL Season 4. Tentunya kita sangat berharap mereka dan RRQ sebagai peringkat kedua dapat bermain baik pada gelaran M1 di Malaysia. Tetap di KINCIR biar kalian enggak ketinggalan kabar tentang esports!