– Selama 10 tahun terakhir, kasus kegagalan ini jadi yang terbesar di industri video game.
– Beberapa di antaranya terbilang inovatif, tapi terlalu canggih di masanya.
Dalam industri video game, sebuah perusahaan memang harus mengeluarkan berbagai macam inovasi demi memperpanjang umurnya. Perangkat gaming mutakhir pun dirilis demi memuaskan para gamer. Akan tetapi, tidak semua usaha perusahaan tersebut sukses. Banyak juga yang gagal total dan membawa kerugian besar hingga bangkrut.
Padahal, beberapa produk ini dicanangkan bakal jadi modernisasi aktifitas gaming di seluruh dunia. Sayangnya, ada banyak faktor yang membuat inovasi tersebut membawa kegagalan besar bagi perusahaan.
KINCIR akan merangkum beberapa kegagalan besar yang mewarnai industri video game selama satu dekade terakhir. Buat yang penasaran, langsung simak artikel berikut ini!
1. Steam Machine, Konsol Inovatif yang Dirasa Tanggung
Sebagai perusahaan pasar game terkemuka, Steam terus memberikan inovasi bagi para penggunanya. Salah satu produk yang sempat ramai diperbincangkan adalah Steam Machine.
Valve sebagai pengembang membuat sebuah mesin yang operasinya mirip komputer namun dengan harga yang lebih murah. Dalam perilisannya tahun 2013, Valve ingin membuat opsi baru bagi para pemain yang kesusahan untuk membangun PC gaming.
Sialnya, sistem operasi dari Steam Machine ini tidak menggunakan Windows melainkan Linux. Hal ini yang membuat produk Steam Machine gagal di pasaran. Sulitnya akses ke Windows membuat produk ini mirip dengan PlayStation atau Xbox. Embel-embel semi PC gaming pun jadi gagal total.
Kegagalan lainnya adalah beberapa bulan setelah perilisan Steam Machine, Microsoft merilis Windows 10 secara gratis. Tren PC gaming pun semakin meningkat dan akhirnya melupakan eksistensi Steam Machine. Idealisme Steam yang ingin berdiri di kaki sendiri terpaksa diurungkan dan Steam Machine tidak lagi diproduksi.
2. Virtual Reality Oculus Redup Setelah Sony Merilis PlayStation VR
Oculus bisa dibilang sebagai perusahaan yang pertama kali mengenalkan platform virtual reality (VR) kepada masyarakat. Produk sederhana namun multifungsi ini begitu menarik perhatian publik terutama para gamer. Pasalnya, produk Oculus Rift dirasa bisa jadi inovasi baru untuk aktifitas gaming.
Ternyata benar, alat ini semakin jadi tren ketika banyak game simulasi yang hadir melalui alat ini. Meski terdapat berbagai kendala, hadirnya VR saat itu dianggap sebagai inovasi dan digadang-gadang menjadi masa depan video game.
Sebagai salah satu perusahaan gaming raksasa di dunia, Sony tidak ingin melewatkan hype ini. Selang beberapa waktu, Sony pun merilis PlayStation VR dan langsung meroket di pasaran. Hadirnya game-game yang lebih menarik jadi pemicu utama Oculus Rift ditinggalkan. Alhasil, alat VR yang diproduksi Oculus jadi lebih segmentif dan kurang diminati oleh para gamer.
3. Playstation Vita Kalah Saing dengan Produk Smartphone
Kesuksesan PlayStation Portable (PSP) membuat Sony terus mengembangkan produk serupa. Akhirnya, lahirnya PlayStation Vita yang dirilis pada tahun 2011. Pada awal perilisan banyak yang menyukai produk Sony satu ini, akan tetapi lama-kelamaan PS Vita tergeser dengan fitur yang dihadirkan oleh smartphone.
Pasalnya, format yang dihadirkan Sony dalam PS Vita memiliki kesamaan dengan game mobile. Sistem layar sentuh yang mengandalkan jaringan internet lebih menarik jika bermain di handphone. Belum lagi, pesaing terberat Playstation, yaitu Nintendo jauh lebih sukses dengan Nintendo 3DS-nya.
Sang pengembang pun menyatakan bahwa mereka tidak akan lagi memproduksi PS Vita. Tidak hanya itu, PlayStation juga tidak lagi memiliki minat untuk membuat produk portable di masa yang akan datang.
4. Microsoft Kinect Terlalu Canggih untuk Gamers di Masanya
Bisa dibilang, hadirnya Microsoft Kinect terlalu cepat untuk sebuah produk gaming. Visi misi awal pembuatannya adalah membuat Xbox di rumah kalian menjadi pusat pengaturan rumah pintar. Dengan adanya Kinect, kalian bisa mengatur lampu,televisi, hingga suhu ruangan melalui mesin konsol Xbox. Bahkan, mesin ini bisa mengomentari game yang sedang dimainkan oleh pengguna.
Sayangnya, Microsoft belum begitu matang dalam mempersiapkan produk tersebut. Pada tahun 2012 belum ada warga yang menginginkan keberadaan AI di dalam rumahnya. Akhirnya Kinect ganti profesi jadi salah satu tool di Windows, bukan lagi sebuah produk gaming.
5. Ukuran Nintendo Wii U Jadi Masalah Utama
Bentuknya yang tidak terlalu ringkas jadi permasalahan mesin portable satu ini. Meskipun Nintendo Wii U merupakan produk portable Nintendo pertama yang mendukung grafis HD. Ternyata, kesuksesan 3DS tidak bisa lepas dari para penggemarnya, banyak yang mengatakan bahwa Wii U produk nanggung dan dirasa terlalu memaksakan.
Langkah pembuatan WII U ini pun diambil oleh Nintendo karena Wii kalah telak dari para pesaingnya seperti PlayStation atau Xbox. Alih-alih ingin mengimbangi pasar, maka perusahaan tersebut membuat versi portable-nya. Akan tetapi, banyak kekurangan yang dirasa dari produk ini alhasil rencana penjualan 100 juta unit hanya sukses di angka 13 juta.
6. Kegagalan OnLive Setelah Hadir PlayStation Now
Salah satu kesalahan terbesar rilisnya OnLive adalah tidak memiliki bendera besar perusahaan. Pasalnya, OnLive merupakan layanan streaming game yang ingin mengubah cara bermain para gamers melalui Cloud. Jadi, rencana awalnya adalah melalui Cloud, para pemain bisa meng-install game ke dalam gadget mereka hanya melalui sinkronisasi akun Cloud.
Hingga akhirnya datang perusahaan raksasa gaming yaitu PlayStation dengan PlayStation Now-nya. dengan format yang sama, Playstation Now hadir dengan infrastruktur serta sistem yang lebih mumpuni daripada OnLive. Alhasil, saham OnLive pun dijual pada tahun 2015 dengan harga lima juta dolar saja.
7. Telltale Games
Sesuai dengan namanya, Telltale merupakan sebuah pengembang game yang terkenal dengan deretan judul game bergenre story-based seperti The Walking Dead. Kesuksesan Telltale dalam mengembangkan game tersebut cukup besar karena daya tarik judul yang diambil telah besar lebih dulu melalui series atau film-nya. Akan tetapi, kesuksesan ini juga mendatangkan malapetaka bagi Telltale Games.
Perusahaan ini terkena isu lisensi dari beberapa franchise seperti Game of Thrones, Batman, dan Marvel’s Guardian of the Galaxy. Akhirnya mereka memilih untuk tetap berambisi merilis semua judul tersebut. Kekurangan SDM dan dana produksi jadi kendala besar TellTale pada saat itu karena mereka harus memecat beberapa karyawan dengan dalih efisiensi setelah membayar lisensi.
Setelah berkutat dalam ketidakpastian proyek, Telltale hanya mampu merilis episode akhir dari The Walking Dead dan setelah itu mereka menyatakan diri bangkrut pada tahun 2018. Bahkan, proyek The Wolf Among Us 2 terpaksa dijual kepada LCG Entertainment setelah dirilis pada 2013 silam.
***
Dari sengitnya persaingan pasar hingga masyarakat yang belum melek teknologi jadi faktor beberapa inovasi di atas belum dapat diterima. Ada juga yang dirasa terlalu memaksakan diri untuk menggencarkan inovasi produk tapi tidak memikirkan efisiensinya bagi para gamer. Alhasil, kegagalan pun harus diterima oleh perusahaan game yang ingin mendulang kesuksesan.
Bagaimana menurut kalian tentang kegagalan terbesar industri video game selama satu dekade terakhir ini? silakan tuang pendapat kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya hanya dari KINCIR.