Jalan Panjang Timnas Slovenia: “Pemain Mobile Legends di Eropa itu Banyak, Tetapi Enggak Ada Kompetisi!”

Satu hal yang membuat turnamen IESF 2022 cukup bergengsi adalah banyaknya negara yang mengikuti turnamen ini. Salah satunya adalah Slovenia, yang merupakan salah satu peserta untuk cabang game Mobile Legends.

Kehadiran negara perwakilan Eropa tersebut tentunya cukup menarik, mengingat banyak yang bilang jika skena kompetitif Mobile Legends di Eropa enggak terlalu aktif. Pasalnya puncak popularitas Mobile Legends sendiri masih berkutat di seputaran kawasan Asia Tenggara.

KINCIR berkesempatan untuk berbincang dengan Tim Milosavljevic, atau yang akrab dengan nama Vissow. Ia merupakan jungler untuk timnas Slovenia dalam turnamen ini, dan anggota board dari federasi esports Slovenia. Kami membicarakan tentang Mobile Legends di Eropa, hingga pendapatnya tentang Bali. Penasaran? Simak artikel berikut ini!

Skena Mobile Legends di Eropa

Perbincangan KINCIR dengan Vissow berawal dengan kisahnya saat pertama main Mobile Legends hingga bisa menjadi pemain profesional. Vissow mengatakan ia awalnya memainkan game besutan Moonton tersebut pada tahun 2017.

Ia berkata jika ia sangat menikmati memainkan Mobile Legends, dan mulai menggelar serta mengikuti beberapa turnamen di tingkat regional. Setelah itu ia mencoba untuk aktif sebagai pemain profesional, hingga pada akhirnya bisa terpilih mewakili Slovenia dalam ajang IESF 2022.

“Saya pertama kali main Mobile Legends sekitar tahun 2017, dan saat itu saya masih merupakan pemain kasual bersama teman saya. Setelah itu kami sangat menikmati main Mobile Legends, dan mulai bermain secara kompetitif. Kami mulai mengorganisir beberapa turnamen, dan juga mengikuti beberapa turnamen. Itulah awal mula kami kenal Mobile Legends dan mulai main secara kompetitif,” ujar Tim “Vissow” Milosavljevic.

Saat ia dan tim mendengar tentang ajang IESF 2022, mereka mendorong federasi esports Slovenia untuk mengirimkan kontingen Mobile Legends.

“Sebenarnya skena kompetitif Mobile Legends di Eropa itu enggak ada, namun kami tetap harus tetap melewati berbagai tahapan kualifikasi tingkat Slovenia maupun Eropa untuk bisa bertanding ke sini,” lanjut Vissow.

Banyak pemain tapi minim kompetisi, para pemain mengubur asa jadi pro player

Meskipun enggak memiliki jumlah penduduk sebanyak Indonesia atau beberapa negara Asia Tenggara lainnya, namun Vissow mengatakan jika jumlah pemain Mobile Legends di sana cukup banyak. Hal tersebut ia katakan lantaran ia enggak kesulitan menemukan pemain lain saat matchmaking.

“Slovenia sebenarnya termasuk negara yang kecil, lantaran hanya memiliki sekitar 2 juta penduduk. Meskipun begitu, cukup mudah untuk menemukan pemain lain saat matchmaking. Biasanya kami juga bertemu dengan pemain-pemain dari negara Balkan lainnya seperti Serbia, Kroasia, dan lainnya,” kata Vissow kepada KINCIR.

Tim Milosavljevic atau yang akrab dengan sebutan Vissow, pemain Mobile Legends asal Slovenia.
Tim Milosavljevic atau yang akrab dengan sebutan Vissow, pemain Mobile Legends asal Slovenia. Via KINCIR.

Vissow juga menambahkan jika sebenarnya pemain Mobile Legends di Eropa juga cukup banyak. Misalnya saja ia menyebut jika Jerman memiliki basis pemain yang cukup banyak. Namun kebanyakan dari mereka hanya merupakan pemain kasual, yang bermain di sela-sela kesibukan masing-masing.

“Negara yang setahu saya punya pemain Mobile Legends paling aktif di Eropa itu adalah Jerman. Banyak sekali orang-orang Jerman yang main Mobile Legends di tengah-tengah aktivitas mereka, misalnya saat istirahat kerja atau menunggu angkutan umum. Negara-negara lain seperti Prancis, Spanyol, serta Italia juga punya basis pemain yang besar,” ucap Vissow.

Meskipun memiliki basis pemain yang cukup banyak, namun menurut Vissow skena kompetitif di Eropa terbilang mati. Hal tersebut membuat banyak sekali pemain berbakat yang tidak punya kompetisi untuk bertanding.

“Saat ini tim Eropa yang cukup aktif dalam skena kompetitif Eropa hanyalah NaVi. Sayangnya tahun ini mereka enggak bisa mengirimkan wakil ke turnamen lantaran terjadi perang. Skena kompetitif di Eropa juga enggak terlalu aktif, dan banyak sekali pemain berbakat yang bermain tanpa memperebutkan apa-apa. Ketika pemain misalnya sudah mencapai mythic, sudah enggak ada lagi jenjang selanjutnya. Tidak ada pro scene, tidak ada kompetisi, dan nothing to fight for,” ucap Vissow.

Menurut Vissow, sebenarnya game mobile itu sangat populer, terutama di negara-negara Balkan. Permasalahan utamanya adalah kebanyakan dari mereka memiliki PC ataupun konsol, dan mereka lebih memilih untuk terjun ke pro scene dalam game PC ataupun konsol.

Minimnya kompetisi Mobile Legends di Eropa, membuat banyak sekali pemain Mobile Legends berpaling memainkan game lain. Mereka lebih memilih buat mengubur asa menjadi pemain profesional Mobile Legends, dan terjun ke game lain yang memiliki skena esports yang lebih aktif.

Timnas Mobile Legends Slovenia dalam turnamen IESF 2022.
Timnas Mobile Legends Slovenia dalam turnamen IESF 2022. Via Istimewa.

“Makanya saya banyak sekali melihat banyak sekali pemain yang akhirnya malah berhenti bermain Mobile Legends. Biasanya mereka berpindah ke League of Legends, Dota 2, atau Valorant yang memang memiliki skena kompetitif yang aktif,” ujar Vissow kepada KINCIR.

Meskipun tidak memiliki skena kompetitif yang aktif, Vissow menegaskan jika ia akan terus bermain Mobile Legends. Selain itu ia juga akan terus fokus untuk membawa kompetisi Mobile Legends dari Moonton ke Eropa. Ia berharap jika ke depannya akan ada perwakilan dari Eropa dalam kompetisi Mobile Legends tingkat dunia.

“Setelah ini saya akan tetap bermain Mobile Legends, karena saya sangat suka game ini. Mobile Legends juga satu-satunya game yang saya mainkan di ponsel saya. Kemudian saya juga ingin memulai kompetisi resmi dari Moonton untuk wilayah Eropa. Saya akan mengerahkan seluruh tenaga saya untuk itu, dan semoga nantinya Eropa bisa mengirim wakil untuk kompetisi Mobile Legends tingkat dunia,” ujar Vissow.

Pendapat Vissow tentang IESF 2022 dan Bali

Turnamen ini menjadi kesempatan pertama Vissow menyambangi pulau Bali. Ia sendiri mengaku sangat antusias ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bali, lantaran cuacanya yang sangat hangat. Hal tersebut tentunya bertolak belakang dengan cuaca yang ada di Slovenia, yang kini tengah berada di musim dingin.

“Saat ini di Slovenia sedang musim dingin, dan pergi ke tempat yang hangat seperti Bali tentunya sangat menyembuhkan jiwa saya. Saya sangat senang saat tahu bahwa cuaca di Bali sangat hangat. Bahkan saat tiba di bandara, kami sangat senang bisa melihat matahari,” ujar Vissow sambil bercanda kepada KINCIR.

Ia juga menambahkan kalau dirinya dan tim sangat menyukai kehangatan Bali. Sebelum berangkat ke sini mereka mendapat kabar bahwa di Bali akan sering hujan,

“Makanya kami membawa beberapa pakaian dingin seperti hoodie. Namun ternyata cuaca di sini sangat hangat, dan pakaian tersebut sampai sekarang belum saya keluarkan sama sekali,” lanjut Vissow.

Selain cuaca yang hangat, Vissow juga terkesima dengan orang-orang yang terdapat di Bali. Ia mengatakan jika orang-orang Bali menyambut ia dan para pemain lain dengan hangat, dan mereka juga sangat baik kepada para pemain selama kompetisi berlangsung. Ia juga mengatakan akan terus mengingat orang-orang Bali sebagai orang-orang yang sangat baik, bahkan setelah turnamen ini rampung.

“Satu hal yang paling saya suka dari Bali adalah orang-orangnya. Kalian menyambut kami dengan sangat hangat dan sangat baik kepada kami. Saat acara ini berakhir, kami akan selamanya mengingat orang-orang Bali sebagai orang-orang yang sangat baik,” tutup Vissow.

****

Jangan lupa buat terus mengunjungi KINCIR untuk mendapatkan informasi terbaru soal games dan esports!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.