Sejak pertama kali hadir, video game terus berinovasi demi menghadirkan pengalaman bermain yang menyenangkan. Terlebih dengan perkembangan teknologi yang pesat seperti saat ini, para pengembang berlomba-lomba untuk menghadirkan karya terbaik. Salah satu yang membuat video game sangat digandrungi adalah tingkat kesulitan dalam bermain.
Dari berbagai banyaknya judul game ikonis, ada satu hal yang kerap mengganjal, yaitu ketamakan. Sebenarnya, mencari pundi sudah menjadi motivasi para pengembang dalam menghadirkan sebuah game. Sayangnya, banyak pihak yang mengesampingkan kenyamanan penggemar.
KINCIR udah membuat daftar berisi lima game yang hancur karena keserakahan pengembang. Yuk, simak ulasannya di bawah.
1. Marvel: Avengers Alliance (2012)
Menganut sistem turn-based RPG, game yang dikembangkan oleh Offbeat Creations ini memungkinkan kalian untuk memainkan superhero Avengers favorit. Pada awalnya, kalian akan dibekali empat karakter, yaitu Tony Stark, Hawkeye, dan Black Widow. Selanjutnya, kalian akan dibuat enggak nyaman demi bisa mendapatkan sosok pahlawan super lainnya.
Enggak cuma untuk membuka karakter lainnya, upgrade dan senjata juga mengharuskan kalian untuk grinding maksimal, atau bisa dengan cara instan, yaitu dengan membeli gold. Gold bisa kalian beli dengan uang nyata. Beberapa karakter spesial hanya bisa dimiliki dengan cara dibeli. Mengusung pay-to-win yang mengganggu, Marvel: Avengers Alliance dinyatakan ‘tewas’ pada 30 September 2016 lalu.
2. Clash of Clans (2012)
Digarap dan dipasarkan oleh Supercell, game strategi satu ini sempat meraih masa jaya enggak lama setelah rilis pada 2012 lalu. Di masa jaya, Clash of Clans bisa meraup sekitar satu juta dolar dalam satu hari, jumlah yang sangat fantastis. Satu hal yang membuat game ini sangat adiktif adalah tantangan untuk bisa menghancurkan benteng lawan, sekaligus digdaya dalam menghadapi serangan musuh.
Untuk bisa meraih kemenangan, kalian harus membangun tembok yang kokoh sekaligus upgrade prajurit sampai tingkat tertinggi. Seiring berjalannya waktu, kalian akan merasa enggak nyaman dengan waktu lama yang dibutuhkan untuk bisa melakukan upgrade. Buat kalian yang enggak sabaran, ada pilihan lain untuk bisa meringkas upgrade, yaitu dengan menggunakan gems. Hanya bisa dibeli dengan menggunakan uang nyata, banyak pemain yang mengeluhkan konsep pay-to-win yang kelewat batas.
Pemain yang enggak menghabiskan uang di game ini, pasti akan menjadi bulan-bulanan premium user. Walau pun sudah dimainkan oleh lebih dari 500 juta user, Supercell harus memutar otak untuk bisa membuat game ini kembali mengasyikkan.
3. Farmville (2012)
Ada kepuasan tersendiri yang timbul ketika melihat ladang dan peternakan kalian berhasil menjadi besar. ini adalah tantangan yang diberikan oleh Zynga selaku pengembang Farmville. Saking asyiknya, Emma Stone sampai rela menghapus akun Facebook pribadinya demi bisa melepaskan kecanduannya ini.
Sayangnya, kenyamanan bermain menjadi ternoda dengan ‘paksaan’ untuk membeli farm cash, mata uang di Farmville. Demi bisa memanen ladang, kalian harus menunggu beberapa hari. Enggak cuma itu, meluaskan area ladang cuma bisa didapatkan ketika kalian mencapai level tertentu. Berkat bantuan farm cash pemain enggak perlu menunggu waktu lama untuk bisa melakukan ekspansi.
Pilihannya kini tergantung di kalian. Rela menunggu lama demi ladang kesayangan berbunga, atau menghabiskan uang nyata untuk bisa memanen secara instan.
4. Candy Crush Saga (2012)
Siapa yang enggak tahu dengan game puzzle satu ini? Dirilis pada 2012 lalu, game besutan King ini menantang otak kalian untuk bisa menunaikan misi di tiap levelnya. Dipenuhi berbagai permen warna-warni yang manjakan mata, Candy Crush Saga sudah diunduh oleh lebih dari 500 juta pemain.
Menyajikan pengalaman bermain yang adiktif, ada satu hal yang dirasa mengganggu ketika kalian sudah mencapai level tinggi. Untuk bisa bermain, kalian harus menunggu setengah jam demi satu kali kesempatan bermain. Semua ini bisa teratasi dengan merogoh kocek lebih dalam.
Enggak cuma untuk kesempatan bermain, tingkat kesulitan akan semakin tinggi di level atas. Untuk bisa mencapai level berikutnya, diperlukan bantuan item yang harus dibeli dengan uang nyata.
5. Dungeon Keeper (2014)
Dungeon Keeper merupakan hasil remake dari game berjudul sama yang rilis pada 1997 lalu. Dikembangkan oleh Mythic Entertainment, game strategi ini dipasarkan oleh EA. Yup, EA yang sempat menjadi pembicaraan hangat karena strategi penjualannya terlampau mengganggu kenyamanan bermain.
Demi bisa membuat markas yang luas, kalian dipaksa menunggu empat sampai 24 jam untuk membuka satu lantai. Sudah bisa kalian tebak, durasi sangat lama ini bisa hilang dalam sekejap dengan bantuan gems yang hanya bisa dibeli dengan uang nyata.
Didera kritikan pedas, Andrew Wilson, CEO dari Electronic Arts, mengaku bahwa perusahaannya gagal memperhatikan kenyamanan pemain. Tergoda untuk bisa meraup pundi, EA mengorbankan kenyamanan pemain gratisan. Kesenjangan mereka dengan pemain berbayar menjadi terlampau besar. Imbasnya, game ini mulai ditinggalkan oleh para pengguna.
***
Enggak ada yang salah jika game mobile meraup pendapatan dari para pengguna. Sayangnya, banyak yang mengorbankan keasyikan serta kenyamanan bermain para penggemar demi profit tinggi. Semoga hal ini menjadi perhatian para pengembang ke depannya.
KINCIR mau tahu pendapat kalian tentang hal ini. Game apa lagi yang serupa dengan lima judul di atas? Kasih tahu pengalaman kalian di bawah, ya.