Keberhasilan esports menjadi sebuah industri baru di Indonesia enggak lepas dari dukungan berbagai pihak di dalamnya. Apalagi sekarang esports berhasil masuk kedalam cabang olahraga elektronik yang dipertandingkan pada ajang olahraga terbesar di Asia Tenggara, SEA Games 2019.
Fenomena yang dibawah oleh esports mendorong tim-tim olahraga Indonesia membentuk skuad esports sendiri. Bali United jadi pelopor tim olahraga yang mencoba peruntungannya di ranah esports dengan membentuk Island of Gods (IOG) pada Februari lalu .
Awalnya, IOG hanya memiliki dua divisi, yaitu Mobile Legends dan PUBG Mobile. Seiring berjalannya waktu, mereka telah berkembang dengan membuka divisi Free Fire. Tak main-main, Mereka pun berhasil menjadi skuad yang menjuarai ajang Free Fire Asia Invitational (FFAI) 2019.
Nah, tim KINCIR berhasil menemui skuad Free Fire dari IOG. Yuk, simak obrolan serunya di bawah ini!
Skuad:
Fickri “Kids” Aulia – Kapten
Syahrul “Ruls” – Rusher
Hendrick “Henst” Kristanto – Supports
Muhammad “Cavella” Iqbal
Awal Kenal Free Fire
Sama seperti game Battle Royale lainnya, Free Fire juga menyajikan permainan pertempuran di dalamnya. Game besutan ini berhasil menyedot perhatian game di Indonesia, enggak terkecuali Kids dan teman-temannya.
Bahkan, Kids sudah bermain game ini jauh sebelum Free Fire dipegang Garena. Diberi tahu oleh teman adalah faktor yang bikin kapten dari IOG ini mulai mencicipi game ini. Kini hanya sisa dirinya sendiri yang masih bertahan dan sukses menjadi salah satu pemain profesional.
“Waktu pertama kali coba belum tahu mainnya seperti apa, jadi sering mati paling pertama. Main Free Fire juga awalnya tahu dari teman. Kini tinggal saya sendiri yang masih main,” ungkap Kids.
Awal Terbentuk IoG Divisi Free Fire
Tim cetusan dari klub sepak bola Bali United, IOG terbentuk pada Febuari 2019. Awal terbentuknya, tim esports ini hanya memiliki dua divisi yaitu Mobile Legends dan PUBG Mobile. Namun, pada Maret 2019 mereka pun mengumumkan tim Free Fire-nya.
Pemain pertama yang bergabung di IOG adalah Yogi, Kids, dan Henst, disusul oleh ruls setelahnya. Mereka bergabung saat divisi Free Fire IOG sedang melakukan perombakan pemainnya. Sebelumnya ruls resmi bergabung, mereka pun pernah mengikuti turnamen bersama-sama.
“Waktu kami masuk, divisi Free Fire IOG sedang dilakukan perombakan. Kami juga pernah mengikuti turnamen tapi belum menggunakan nama IOG,” ungkap Yogi selaku Manager skuad Free Fire.
Buktikan Esports Bisa Menghasilkan
Dapat dukungan dari beberapa pihak, esports berhasil membawa banyak keuntungan pada penggiatnya. Berkat industri baru ini, banyak yang memimpikan untuk dapat berkecimpung di ranah esports. Enggak hanya mendapat keuntungan, kini bermain kalian bisa menuai banyak prestasi yang membanggakan keluarga maupun Tanah Air.
Walaupu begitu, enggak sedikit orang yang beranggapan bermain game hanya membuang-buang waktu. Mereka pun sering dimarahi keluarga karena sering melupakan kewajiban untuk bersekolah ataupun bekerja. Kids pun pernah merasakan masa kelam ini sebelum dirinya menjadi pro player.
“Sebelum jadi pro player, saya pernah punya pengalaman buruk tentang bermain game. Karena telalu berlebihan akhirnya saya pun di drop-out (DO) dari sekolah. Tapi sekarang dukungan sudah saya dapat dengan membuktikan bisa mengharumkan nama Indonesia di Asia dengan bermain game,” ungkap Kids.
Dukungan dari Orang Tua
Setiap orang tua pastinya ingin melihat anaknya berhasil, enggak terkecuali para pemain IOG. Setiap langkah seorang anak pastinya harus meminta restu dari orang tuanya. Walaupun, masih ada stigma negatif tentang esports.
Berbeda dengan Henst, pemain paling muda di IOG ini telah mengantongi restu dari kedua orang tuanya. Apalagi sekarang dirinya telah mengharumkan nama Indonesia di kacah Asia dengan memenangkan turnamen Free Fire Asia Invitational 2019.
“Awalnya memang orang tua sudah mendukung saya untuk terjun di esports. Apalagi melihat keberhasilan saya bersama IOG mengharumkan nama Indonesia di ajang Free Fire Asia Invitational 2019,” ungkap Henst.
Diskusi untuk Menyelesaikan Masalah
Dalam mode squad di Free Fire, terdapat empat orang yang pastinya punya ego yang berbeda. Enggak jarang mereka juga terlibat perdebatan di dalamnya. Biasanya terdebatan terjadi di in-game. Walaupun wajar, tapi hal ini enggak boleh dibiarkan berlarut.
Untuk menyiasati perselisihan yang terjadi, mereka biasanya menyelesaikan dengan berdiskusi agar enggak berkelanjutan dan berakhir dengan perpecahan. Selain itu, mereka juga mengingatkan kembali tentang visi dan misi berada di IOG.
“Kalau ada perdebatan, biasanya kita saling mengingatkan. Sebenarnya wajar, tapi enggak boleh dibiarkan. Kita juga diskusikan untuk menyelesaikan masalahnya,” ungkap Yogi.
Berkembang Bersama di IOG
Memang senang rasanya bisa berkumpul dengan orang yang memiliki hobi bermain game yang sama. Hal ini pun dirasakan oleh para pemain Free Fire IOG. Untuk dapat memenangkan sebuah pertandingan, kekompakan memang hal yang paling krusial apalagi kita enggak hanya sendiri.
IOG pun terbentuk dengan kemampuan keras para pemainnya. Enggak hanya mementingkan ego sendiri, mereka pun membantu setiap pemain lainnya untuk berkembang bersama.
“Tim ini terbentuk bukan karena kita jago, tapi tim ini mau berusaha. Sama-sama mau belajar dan berkembang bersama,” ungkap Ruls.
Terjun ke Esports sebagai Bonus
Fenomena yang dibawa oleh esports, membuat siapa saja ingin masuk ke dalam industri baru ini. Salah satu caranya adalah bergabung ke tim-tim esports. Agar kalian bisa dilirik oleh tim, IOG mengatakan kalau kalian bisa mulai dari mengikuti turnamen-turnamen kecil.
Biasanya, tim-tim esports mencari pemain dengan melihat di turnamen-turnamen. Usahakan untuk menjadi juara, agar peluang kalian untuk lirik lebih besar. Namun, tetap jangan terlalu terfokus untuk bisa masuk ke dunia esports.
“Jangan terlalu berambisi ingin terjun ke esports. Buktikan saja dengan kemampuan yang kalian punya. Usahakan untuk bisa memenangkan turnamen yang kalian akan ikuti. Kalau sudah dibuktikan, pasti akan ada jalan untuk ke esports,” ungkap Ruls.
Target Juara di Piala Presiden Esports 2020
Seperti yang kita tahu, turnamen yang diselenggarakan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang bekerja sama dengan IESPL akan kembali hadir, yaitu Piala Presiden Esports 2020. Di ajang tersebut, Free Fire menjadi game yang akan dipertandingkan. IOG sebagai juara FFAI 2019 pun optimis akan memenangkan ajang tersebut.
Sering mengikuti turnamen besar membuat mental para pemain IOG terbentuk. Sebelum menjuarai ajang FFAI 2019, mereka juga sering berada di urutan tiga besar. Dengan usaha, mereka pun berhasil menjadi tim Free Fire di Asia.
“Saya percaya melihat dari turnamen sebelumnya, kita selalu berada urutan tiga eratas. Kini mental anak-anak lebih terbentuk. Kami pun yakin bisa menjuarai Piala Presiden Esports 2020,” ungkap Yogi.
***
Nah, bagaimana menurut kalian kisah perjalanan IOG divisi Free Fire dari awal terbentuk hingga berhasil memenangkan ajang FFAI 2019? Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan kisah seputar pro player lainnya!