Memasuki tahun keduanya, Piala Presiden Esports kali ini mempertandingkan tiga cabang sekaligus. Free Fire yang menjadi salah satu cabang akan menggelar babak Final Regional Barat yang diselenggarakan pada 18—19 Januari di Main Atrium, 23 Paskal Bandung.
Hanya sisa satu tiket Grand Final yang tersedia untuk diperebutkan oleh 12 tim Free Fire yang akan bertanding di gelaran tersebut. Salah satu yang telah siap bersaing adalah tim berlambang landak kuning, yaitu ONIC Olympus. Mereka adalah:
Abdul “Deadly” Aziz – Rusher
Rama “Amek” Saputra – Rusher
Fahri “Tayoo” Adi – Support
Rezki “Wiza” Wiza – Flanker
Sebelum mereka bertanding, KINCIR berkesempatan mengunjungi game house mereka dan mengobrol bersama ONIC Olympus untuk membahas perjalanan mereka dalam kancah esports Indonesia.
Penasaran seperti apa kisah mereka? Simak rangkuman di bawah ini!
Dari Anak Warnet Jadi Pro Player
Sebelum game mobile mendominasi, para penggemar game biasanya mendatangi warung internet atau warnet. Bukan cuma kalian, para pemain ONIC Olympus pun melakukan hal yang sama. Mereka rela menghabiskan waktu di warnet untuk mendalami game-game kesukaan mereka.
Enggak beda dengan cerita banyak pengunjung warnet, mereka juga mendapati masalah ketika melakukan hobi ini. Amek, misalnya, mengakui bahwa orangtuanya enggak suka dengan kebiasaan bolak-balik ke warnet, apalagi sampai mengganggu performanya di sekolah.
Amek sempat menuruti keinginan orangtuanya dan sempat memutuskan berhenti main game Point Blank di warnet. Namun, kesukaannya dalam bermain game memang susah dibendung. Berkat saudaranya yang memiliki hobi sama, salah satu rusher ONIC ini pun dikenalkan dengan Free Fire.
“Saat aku berhenti main game, kakakku mengajak main Free Fire. Katanya, game ini seru banget. Sampai sekarang pun, kami sering main bareng. Kini kakakku bermain untuk Bigetron dan aku di ONIC,” ungkap Amek.
Awal Terjun ke Esports
Kegemaran dan kelebihan mereka memainkan game battle royale besutan Garena ini membuat keahlian para punggawa ONIC Olympus dilirik oleh salah satu caster, yaitu Rendodo “Skyla” Rengguna. Skyla pun mempertemukan serta menggabungkan mereka dalam satu tim yang bernama Capital.
Singkat cerita, mereka berhasil menjadi juara di ajang Jakarta Fair Kemayoran Cup 2019. Berkat prestasi ini, seluruh punggawa Capital diboyong oleh ONIC Esports dan nama tim meeka berubah menjadi ONIC Olympus.
“Awalnya, aku hanya senang main Free Fire. Ternyata permainanku diamati oleh Skyla. Aku pun diajak untuk bergabung dengan tim Capital. Di sanalah aku ketemu dengan Amek, Wiza, dan Deadly,” ungkap Tayoo.
Ubah Sindiran Jadi Motivasi
Seiring dengan berjalannya waktu, siapa sangka kini kelimanya berhasil menjadi pemain profesional Free Fire. ONIC Olympus berhasil meraih gelar runner up di ajang Free Fire Indonesia Master Season 2 serta juara dari Unipin City League.
Di balik prestasi yang telah diraih bersama ONIC Olympus. Amek mempunyai pengalaman tidak menyenangkan sebelum terjun ke esports. Amek mendapat sindiran dari salah satu pemain profesional yang mengatakan jika dirinya tidak memiliki kualitas.
Pada akhirnya, sindiran tersebut membuat Amek termotivasi untuk membuktikan bahwa dirinya juga bisa dilirik oleh tim esports. Siapa sangka, kini Amek malah sukses membawa ONIC Olympus sebagai salah satu tim Free Fire terkuat di kancah dalam negeri.
"Sebelum terjun ke esports, aku hanya pemain biasa yang gemar bermain Free Fire. Lalu, aku pernah mendapat motivasi untuk terjun ke esports yang berasal dari sindiran salah satu pemain profesional. Kini, kami bisa membuktikan itu semua dengan prestasi yang kami torehkan," tutur Amek.
Belajar Mandiri Melalui Esports
Menetapkan hati untuk bisa berkecimpung di ranah esports rupanya membuat seluruh pemain ONIC Olympus ini belajar untuk mandiri. Wiza pun berbagi cerita mengenai hal ini. Belum pernah jauh dari keluarga sebelumnya, pemain asal Bukitttinggi, Sumatera Barat, ini selalu bergantung pada orangtuanya. Apalagi, saat lulus sekolah, dirinya belum mendapat pekerjaan selama setahun.
Kini, Wiza berubah menjadi pribadi yang lebih mandiri. Dia sudah bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan orangtuanya. Enggak hanya itu, dirinya juga sudah bisa membantu finansial untuk keluarganya.
“Dari esports aku belajar untuk bisa mandiri. Sebelumnya, ketika masih berada di rumah, aku selalu bergantung kepada orangtua. Sekarang aku sudah bisa memberikan uang hasil kerjaku untuk mereka,” ungkap Wiza.
Suka dan Duka di Esports
Memang senang rasanya jika hobi bisa dijadikan sebuah mata pencarian. Ini pun yang dirasakan oleh para punggawa ONIC Olympus. Game yang mereka gemar mainkan, Free Fire, kini menjadi sumber penghasilan. Enggak hanya itu, mereka pun kian dikenal oleh publik sebagai pemain profesional.
Walaupun begitu, perjalanan karier mereka juga enggak mudah untuk dilalui. Banyak hal yang sudah mereka korbankan, misalnya jauh dari keluarga. Namun, dengan komitmen meraih kesuksesan, mereka pun rela menjalaninnya. Deadly pun memberikan saran untuk kalian yang ingin terjun ke dunia esports.
“Buat kalian yang ingin menggeluti dunia esports, teruslah asah skill kalian agar dilirik oleh tim-tim profesional. Hal tersebut juga akan membawa kalian untuk bisa bersaing dengan tim kuat lainnya," ujar Deadly.
***
Sudah banyak lika-liku yang para pemain ONIC Olympus lalui di skena kompetitif Free Fire. Meski sudah menorehkan prestasi membanggakan, mereka enggak berpuas diri begitu saja dan akan terus berkomitmen melebarkan sayap.
Nah, bagaimana pendapat kalian mengenai perjalanan dan perjuangan ONIC Olympus di ranah esports Free Fire? Jangan sungkan memberikan pendapat kalian di kolom komentar dan ikuti informasi berikutnya seputar esports dalam negeri hanya di KINCIR!