Ribuan orang memadati Hall 9 dan 10 ICE BSD Tangerang di hari kedua Grand Final Piala Presiden Esports 2020. Sejak pukul sembilan pagi, antrian menuju loket pembelian tiket mengular oleh para pendukung esports Indonesia. Mereka sudah tidak sabar ingin menyaksikan lima ronde penentuan di cabang Free Fire.
Tim Dranix Vendetta yang satu hari sebelumnya memimpin klasemen sementara perolehan poin menjadi magnet tersendiri bagi para pendukung ini. Bukan tidak mungkin menjadi juara, Dranix berhasil meraih dua kali “Booyah!” dari lima ronde pertandingan di hari pertama.
Walaupun pagi ini sedikit mendung, para penonton sangat antusias untuk mengikuti jalannya perebutan piala esports paling bergengsi di Indonesia saat ini. Untuk mengabadikan momen tersebut, tim KINCIR wara-wiri untuk menanyakan pendapat para penonton yang hadir di hari kedua Grand Final Piala Presiden Esports 2020.
Salah satunya adalah Nando, pendukung dari Louvre yang berasal Depok, yakin bahwa pertandingan hari kedua Grand Final akan sangat seru dan mendebarkan. Menurutnya, keseruan yang tersaji di hari pertama sudah cukup membuatnya yakin untuk datang dan menonton langsung di hari kedua.
“Kemarin aku deg-degan sekali ketika nonton Grand Final lewat live streaming. Walaupun tim yang aku dukung belum meraih “Booyah!”, aku berharap Louvre bisa menang,” ujar Nando.
Antusiasme yang sama juga ditunjukkan oleh Michael, pendukung fanatik Dranix dari Surabaya. Dia yakin sekali Dranix akan mengangkat trofi Piala Presiden Esports 2020. Apalagi setelah melihat permainan fantastis dari drnx_vader.
“Kemarin vader mainnya jago banget. Dia menangin duel satu lawan tiga, loh. Saya yakin Dranix lah yang akan jadi juara,” ucap Michael.
Akan tetapi, sangat disayangkan karena pada pertandingan hari kedua ini Dranix tidak mampu meraih “Booyah!” sama sekali. Mulai ronde keenam hingga ronde sepuluh, pencapaian terbaik Dranix hanyalah meraih posisi kedua di ronde kesembilan. Dan pada akhir laga, Team Flash dari Vietnam menjadi juaranya, sedangkan dua tim dari Indonesia, Dranix dan Louvre meraih juara kedua dan ketiga ajang ini.
Kekesalan pun terucap dari Fauzan, pendukung asal Tangerang. Dia memang tidak secara spesifik menyebutkan siapa tim Indonesia favoritnya. Pasalnya, dia kesal dengan gaya permainan pasif dari Tim Flash.
“Saya enggak masalah tim Indonesia siapapun yang jadi juara. Yang jadi masalah itu Team Flash mainnya ngendok melulu. Coba saja, andai mereka tidak bermain pasif seperti itu, mereka pasti enggak akan juara,” ungkap Fauzan.
Apakah kalian punya pendapat sendiri soal Grand Final Piala Presiden Esports 2020? Tulis komentar kalian, ya. Jangan lupa, ikutin terus KINCIR dan dukung esports Indonesia!