Kehadiran League of Legends: Wild Rift sangat ditunggu oleh pencinta MOBA. Portasi mobile dari game yang sebelumnya populer di PC ini diramalkan bakal menggemparkan pasar kompetitif game mobile. KINCIR berkesempatan berbincang dengan Justin Hulog, General Manager Riot Games untuk Asia Tenggara dan menanyakan fokus mereka merilis game ini.
Sebagai catatan, Justin menjamin bahwa para penggemar League of Legends akan terpuaskan dengan rilisan LoL: Wild Rift yang akan membuka open beta di Indonesia dan Asia Tenggara minggu depan. Dirinya menuturkan bahwa ada “kejutan” yang disiapkan oleh Riot Games dan dijamin bakal memuaskan para penggemar.
Kini, League of Legends: Wild Rift tengah bersiap mengakhiri fase closed beta mereka dan bersiap membuka open beta. Menurut Justin, hal ini akan membuka kesempatan bagi siapapun yang berniat memainkan game ini. Nantinya, para pemain di fase CBT pun tidak akan mengalami pengulangan akun mereka. "Untuk saat ini kami tidak merencanakan reset akun." tuturnya.
Lebih jauh, KINCIR menanyakan kesiapan LoL: Wild Rift untuk menggelar perilisan penuh mereka di kemudian hari. Nantinya, para pemain di Asia Tenggara bisa menjajal game ini lebih dulu dibanding belahan dunia lain secara eksklusif. "Sekarang kami bersiap merilis gamenya untuk bisa dimainkan. Untuk ke depannya, kami akan terus bereksplorasi dengan cara yang berbeda." tambah Justin.
Sebagai portasi, League of Legends: Wild Rift dikembangkan oleh tim yang berbeda dari versi originalnya. Meski begitu, para Champion dan gameplay di dalam game ini tetap mengambil inspirasi besar dari versi orisinal mereka. "Seperti Legends of Runeterra, banyak Champion yang muncul di game tersebut tapi tidak di League of Legends. Dunia yang sama namun game yang berbeda.
Di beberapa game MOBA mobile, biasanya sang pengembang membuat Champion khusus untuk menggaet pasar. Riot Games pun sempat berniat melangsungkan cara ini dan lebih kelihatan lewat game Valorant yang mengambil karakter Agent dari berbagai negara di belahan Dunia. Berbeda dengan hal tersebut, mengembangkan Champion di League of Legends sepertinya lebih rumit. Justru, inspirasi dari kebudayaan di Asia Tenggara sudah ada di Runeterra secara tidak langsung.
"Contohnya adalah Nami, dia bisa direpresentasikan sebagai Dewa di banyak keyakinan dan kebudayaan. Banyak pengaruh yang bisa diinterpretasikan dari karakter ini." tutur Justin. Nantinya, League of Legends: Wild Rift tetap menggunakan konsep Champion yang bisa dibeli. Meski begitu, harga yang mereka banderol untuk setiap Champion dipukul rata dan berbeda dengan versi orisinal mereka. "Melakukan monetisasi dari Champion bukanlah prioritas kami." tutur Justin.
Lebih jauh mengenai skena esports yang mungkin dijajal oleh Riot Games dari game ini masih jauh dari realisasi. Mereka memfokuskan sepenuhnya rencana pengembangan game untuk bisa dirilis penuh. Justin pun menambahkan bahwa esports dari League of Legends: Wild Rift akan tiba dalam waktu yang baik.
Terakhir, KINCIR menanyakan apakah kemungkinan besar Riot Games akan membuka kantor di Indonesia dan Justin menjelaskan bahwa kemungkinan itu memang ada. "Kami telah membuka kesempatan untuk melakukan hal itu. Tapi kami belum yakin sepenuhnya." tutur Justin. Dengan membuka kantor di suatu negara, menurut Justin tidak menjamin bahwa perusahaan tersebut bisa melayaninya dengan lebih baik.
Nah, apakah kalian salah satu penggemar yang antusias dengan kehadiran League of Legends: Wild Rift? Bagaimana kesan kalian dengan musim closed beta beberapa bulan ke belakang, nih? Jangan lupa untuk terus ikutin artikel menarik seputar LoL: Wild Rift dan game lainnya, hanya di KINCIR, ya!