Banyak kejutan yang terjadi di babak kualifikasi sebagai ajang pencarian tim yang akan mewakili Indonesia di Grand Final Piala Presiden Esports 2020. Setelah BIG Akar yang menjadi kuda hitam di Final Regional Timur, Final Regional Barat pun juga memunculkan ELVO G.I sebagai tim underdog yang lolos ke babak Grand Final.
Apa yang telah dicapai ELVO G.I tentu terasa spesial. Pasalnya, di Final Regional Barat. mereka berhasil mengalahkan tim-tim besar seperti ONIC Olympus, RRQ Hades, Alter Ego, hingga BOSS Esports yang sejak awal diunggulkan.
KINCIR pun berkesempatan untuk mengobrol kisah perjalanan para anggota ELVO G.I. Yuk simak perbincangannya di bawah ini!
Jatuh Hati dengan Free Fire karena Komunitasnya
Sejak hadir pada 2 November 2017, Free Fire berhasil memenangkan hati para penikmat game battle royale di Indonesia dengan mengantongi lebih dari 100 juta unduhan di Google Play Store. Spek yang ramah dengan smartphone kelas menengah ke bawah menjadi daya pikat untuk gamer di Indonesia, tak terkecuali ELVO G.I.
Bagi Minoru, hal tersebut lah yang membuatnya jatuh hati dengan game besutan Garena ini. Walaupun banyak yang menganggap game ini buruk dengan grafis yang kurang memadai, pemain yang mengisi role support ini enggak peduli dengan anggapan tersebut.
Melihat antusiasme para pemainnya dengan melihat turnamen yang diadakan selalu ramai penonton. Membuat mereka memantapkan hati untuk mendalami Free Fire. Apalagi, komunitas game ini sudah sangat banyak di setiap kota bikin Minoru dan kawan-kawan makin semangat buat fokus di ranah kompetitif Free Fire.
“Bukan cuma karena gamenya ramah dengan smartphone kentang. Melihat komunitas yang banyak serta selalu ramai penonton di setiap turnamen, saya jadi berfikir untuk menjadi pemain profesional dari game ini,” ungkap Minoru.
Para Pemain Berbakat Kebanggaan Kota Jambi
Sebelum tergabung dengan ELVO G.I, para anggotanya hanyalah pemain publik yang gemar bermain Free Fire. Sebelum bergabung dengan tim asal Jakarta tersebut, Minoru merupakan sudah tergabung dengan tim yang ada di kota asalnya, Jambi.
Berbeda dengan yang lain, hanya Jey yang tidak berasal dari Jambi. Dia sebelumnya merupakan mantan pemain Bigetron. Karena sering bermain bersama, Minoru pun mengajak sang kapten untuk bergabung dengan ELVO.
Berniat untuk menguji kemampuan, mereka pun mengikuti turnamen–turnamen kecil yang mempertandingkan game ini. Berkat kemampuannya, Minoru dan kawan-kawan pun berhasil dilirik oleh tim-tim esports hingga akhirnya ELVO lah yang menjadi tambatan hati mereka.
“ELVO G.I merupakan tim ketiga, sebelumnya saya punya tim di Jambi. Menang turnamen dari sana aku pun diajak untuk bergabung. Melihat Jey yang baru keluar dari Bigteron, akun pun mengajaknya untuk join ke tim,” tutur Minoru.
Berjuang Bersama untuk Mengubah Stigma Negatif Bermain Game
Terjun ke ranah esports, seluruh pemain ELVO G.I memiliki misi yang sama, yaitu merubah stigma negatif untuk para penikmat game. Pasalnya, esports telah membawa dampak positif untuk para pelakunya.
Enggak terkecuali bagi para pemain dari tim yang bermarkas di Cempaka Putih ini. Kini, mereka bisa membantu keluarganya dalam hal finansial dari hasil memenangkan beberapa turnamen yang mereka ikuti.
Memang, pada awalnya sempat mendapat pertentangan dari keluarga ketika mereka berniat untuk serius di esports. Namun, Jey yang merupakan satu-satunya pemain yang sudah memiliki keluarga ini dapat membuktikan hasil kerjanya di esports dapat memberikan pemasukan untuk keluarga kecilnya.
“Awalnya kami memang mendapat penolakan keras dari keluarga jika hanya fokus di esports. Apalagi saya sudah berkeluarga. melihat perkembangan esports yang makin berkembang, kami pun berusaha untuk merubah pikiran keluarga dengan membuktikan jika esports memang bisa menghasilkan,” ungkap Jey.
Bukan Sekadar Tim
Walaupun belum lama bersama, chemistry antara Jey, Minoru, IGabz, dan Momota terlihat jelas ketika pertandingan di Kualifikasi Terbuka Regional Barat dan Final Regional Barat. Seringnya mereka berkumpul bersama membuat kedekatan pun mulai terasa. Enggak hanya pemain, kedekatan tersebut pun terasa dengan manajemen.
Kepedulian manajemen dirasakan betul oleh Minoru. Pasalnya, manajemen enggak cuma memikirkan cara untuk menang, mereka juga sangat memperhatikan kesehatan serta masa depan pemainnya.
Selain kesehatan, tim yang dulunya bernama RONE Esports ini juga memerhatikan kemampuan tampil di depan umum para pemainnya. Minoru mengaku telah mendapatkan banyak pelajaran berharga seperti bagaimana menjaga perilaku yang baik, berbicara di depan orang banyak, dan berbahasa Inggris.
“Rasanya seperti jadi keluarga kedua karena seperti enggak ada gap antara kami dan manajemen. Mereka juga sangat peduli dengan masa depan kami dengan memberikan pelajaran bahasa Inggris dan public speaking,” tutur Minoru.
***
Bagaimana tanggapan kalian tentang kisah perjalanan punggawa ELVO G.I di skena kompetitif Free Fire? Apakah mereka mampu membawa pulang trofi Piala Presiden Esports 2020? Jangan sungkan untuk memberikan komentar kalian, ya. Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita seputar esports.
Yuk saksikan kiprah ELVO G.I di ICE BSD, pada 1—2 Februari dengan membeli tiketnya di tautan ini! Tetap di KINCIR agar kalian enggak ketinggalan berita terkini seputar Piala Presiden Esports 2020 dan informasi menarik dari dunia film dan game!