Wakil Indonesia, Dranix berhasil meraih peringkat kedua cabang Free Fire Piala Presiden Esports 2020. Tim asal Surabaya tersebut sukses membawa pulang hadiah sebesar Rp150 juta. Tidak hanya itu, satu punggawa mereka, drnx_delta berhasil menyabet penghargaan MVP dan membawa uang Rp20 juta.
Walaupun sempat ditinggal dua orang pemain dan baru meresmikan roster baru mereka pada 17 Desember lalu, Dranix mampu tampil solid pada ajang esports terbesar Indonesia saat ini. Usai Grand Final, tim KINCIR pun langsung menyambangi dan mengobrol santai dengan Bentar “Delta” dan Satria “Vader” Panji.
Membuka obrolan, Delta mengatakan bahwa tensi pertandingan lebih panas ketika match hari pertama. Sebab, di hari tersebut mereka tampil habis-habisan untuk panen poin. Perolehan poin yang cukup banyak pun membuat mereka mengurangi tempo di hari kedua.
“Pada hari pertama kami memang menyiapkan strategi untuk bermain agresif dan mencari poin kill. Namun, karena kami telah memimpin perolehan poin, kami memutuskan untuk bermain defensif pada hari kedua,” jelas Delta.
Vader pun sepakat dengan pendapat rekan setimnya. Menurutnya, tidak ada musuh yang berani konfrontrasi dengan tim asal Surabaya ini. Maka dari itu, mereka memanfaatkan kesempatan itu untuk adu mental sejak awal permainan.
“Tensi pertandingan jelas lebih panas pada hari pertama. Hari pertama, tidak ada yang berani menabrak kami, musuh yang melihat nama Dranix, pasti langsung kabur. Pada hari pertama, kami juga mempunyai strategi untuk mendarat di dekat tempat musuh berada. Dan kami selalu memilih untuk clash pada early game,” ungkap Vader.
Di hari kedua, Delta merasa taktik adu mental di early game bakal enggak lagi efektif. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk main lebih hati-hati dan memilih untuk menyimpan “tenaga” di akhir permainan.
“Pada hari kedua kami lebih memilih mendarat di tempat yang sepi dan jauh dari musuh untuk memaksimalkan loot yang berguna ketika bermain defensif,” ujar Delta
Apakah Team Flash yang menjadi juara adalah musuh terbesar Dranix? Ternyata jawaban mereka bukanlah tim asal Vietnam tersebut. Kedua punggawa Dranix kompak menjawab EVOS MG. Menurut Vader, EVOS mempunyai strategi bermain yang sangat bagus. Mereka susah sekali dikalahkan ketika pertempuran jarak dekat maupun jarak jauh. Sedangkan menurut Delta, EVOS adalah lawan yang “licin”, mereka susah sekali di-lock.
“Mereka selalu menghindari pertempuran di early game. Selanjutnya mereka juga nampaknya senang menjadi “orang ketiga”. Mereka hanya akan bertempur dengan satu tim saja, dan ketika ada tim lain turut bertempur, mereka akan berdiam saja atau kabur membiarkan kedua tim tersebut bertempur. Selanjutnya ketika kedua tim tadi sedang bertempur, mereka akan mulai menembak jika mempunyai kesempatan mencuri poin kill,” ujar Delta.
Menurut kalian apakah Dranix akan mampu move on dan mendominasi skena kompetitif Free Fire Indonesia? Ikuti terus artikel KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita soal esports, ya!