Kedatangan lima pemain Filipina secara bersamaan ke Indonesia untuk MPL season 10 tentunya merupakan sebuah fenomena yang menarik. Kalau sebelumnya kita membahas bagaimana pelatih dan tim melihat para atlet Filipina, kali ini KINCIR akan bahas dari sudut pandang atlet Filipina itu sendiri.
Pertanyaan besarnya adalah kenapa mereka rela pindah dari Filipina? Menurut Baloyskie, faktor terkuat yang membuatnya yakin untuk pindah ke Indonesia adalah tingginya animo masyarakat Indonesia dalam hal Mobile Legends.
Ia bahkan mengaku jika dirinya sudah lama ingin bertanding di Indonesia. Baginya bermain di Indonesia, memberinya kesempatan untuk bertanding di depan basis penggemar Mobile Legends terbesar se-Asia Tenggara, bahkan se-dunia.
“Saya sudah lama ingin bermain di Indonesia, karena Indonesia memiliki basis penggemar Mobile Legends terbesar. Saya juga ingin merasakan rasanya menjadi artis. Penggemar Mobile Legends di sini sangat banyak, dan saya bisa merasa jadi artis di sini,” ucap Baloyskie kepada KINCIR dan rekan media sambil tertawa.
Ucapan Baloyskie yang ingin menjadi “artis” melalui Mobile Legends, tentunya bukanlah sebuah hal yang baru. Sudah banyak mantan pro player game ini yang jauh lebih sukses saat mereka sudah pensiun, ketimbang saat mereka masih aktif bermain.
JessNoLimit dan Jonathan Liandi menjadi contoh nyata, kesuksesan eks-pro player Mobile Legends sebagai “artis” alias influencer. Keduanya merupakan mantan pemain EVOS Legends, yang kini sukses menjadi konten kreator melalui kanal YouTube mereka masing-masing.
Motivasi Baloyskie datang ke Indonesia serta kesuksesan JessNoLimit dan Jonathan Liandi, menjadi pertanda jika Indonesia memang memiliki pangsa pasar yang besar dalam hal Mobile Legends. Setidaknya lebih besar dari Filipina, tempat Baloyskie dan kawan-kawan berasal.
Salah satu hal yang bisa kita lihat dengan mata telanjang adalah jumlah penonton dari turnamen MPL Indonesia yang jumlahnya sangat luar biasa. Apalagi jika dibandingkan dengan Filipina, secara metris Indonesia benar-benar jauh lebih unggul.
Berdasarkan data yang KINCIR olah dari escharts.com, Indonesia memiliki jumlah penonton MPL yang jauh lebih banyak daripada Filipina. Misalnya dalam hal peak viewers, pertandingan MPL Indonesia mampu menarik mata lebih dari 1,7 juta penonton. Sementara itu angka terbaik yang bisa MPL Filipina raih hanya sekitar 500 ribu penonton.
Hal yang sama juga bisa kita lihat dari rata-rata penonton yang menonton gelaran turnamen tersebut secara online. Tiap pekannya turnamen MPL Indonesia rata-rata memiliki 394 ribu penonton secara bersamaan. Jumlah tersebut lebih dari dua kali lipat yang MPL Filipina raih tiap minggunya, yang rata-rata penontonnya hanya mencapai 147 ribu penonton secara bersamaan.
Dengan basis penonton yang sebesar itu, enggak heran Moonton menjadikan Indonesia sebagai “anak emas” mereka. Berbagai turnamen berskala internasional pernah mereka selenggarakan di Jakarta.
Contoh yang paling dekat adalah turnamen M4 World Championship, yang akan berlangsung Januari 2023 mendatang. Turnamen tersebut merupakan turnamen dengan skala tertinggi yang Moonton pernah gelar.
Ini bukan kali pertama Moonton menggelar turnamen internasional di Indonesia. Sebelumnya mereka pernah menggelar MSC 2017 dan MSC 2018, yang merupakan turnamen yang mempertemukan tim esports terbaik se-Asia Tenggara.
Namun dengan tingginya antusiasme masyarakat Indonesia dengan Mobile Legends, apakah hal tersebut sebanding dengan prestasi yang tim Indonesia raih? Enggak juga! Terakhir kali tim asal Indonesia mengangkat trofi atau medali dalam skala internasional terjadi pada tahun 2019; tepatnya saat EVOS Legends menjuarai M1 World Championship.
Tiga tahun puasa gelar internasional, langkah tim asal Indonesia selalu terhalang tembok tebal. Mereka selalu tersandung oleh tim esports asal Filipina, negara yang Baloyskie dan kawan-kawan rela tinggalkan.
Ini baru soal satu game, Mobile Legends: Bang Bang. Belum kita ngomongin game mobile lain, atau game konsol atau PC lainnya. Apakah atlet kita sudah siap? Atau posisinya justru tergantikan dengan para pemain Filipina?
Baca Selanjutnya: Indonesia Perlu Belajar dari Filipina