– Among Us secara mengejutkan jadi viral dan hampir dimainkan oleh semua kalangan.
– Apakah alasan di balik viralnya Among Us ada hubungannya dengan psikologis manusia yang merasa senang menyalahkan orang lain?
Layaknya busana, tren game bisa berjalan dengan begitu unik. Ada game yang tenar karena alur, gameplay, dan grafisnya yang keren banget. Enggak sedikit juga yang menjadi tenar karena game itu dimainkan oleh banyak orang. Among Us berada di dalam grup kedua.
Saat melihat Among Us secara kasat mata, sulit buat mengatakan bahwa grafisnya berkualitas. Enggak jelek, tetapi juga enggak spesial dan menakjubkan. Tentunya enggak bisa dibandingkan sama game-game MOBA atau bahkan dengan Plants vs Zombies.
Namun, game ini sekarang jadi viral. Pengunduhnya pun mencapai lima puluh juta orang, jumlah yang fantastis untuk game yang baru dirilis dua tahun yang lalu. Uniknya, lonjakan unduhan baru terjadi pada Agustus 2020.
Warganet Indonesia pun banyak yang memainkan dan membicarakannya di media sosial. Berbagai media mengulas game itu. Bahkan, selebritas sekelas Najwa Shihab pun sempat menanyakan tentang permainan ini di Twitter. Hasilnya, game ini jadi mainstream dan mengundang rasa penasaran orang banyak.
Nah, penjelasan di atas bisa jadi salah satu contoh alasan mengapa game ini viral. Namun, apakah faktor yang bikin Among Us jadi viral cuma karena itu? Ataukah ada alasan lain, khususnya dari faktor psikologis yang bikin game ini seakan relate banget dengan sifat manusia yang julid, suka menyalahkan orang lain, dan baperan?
Serunya Memfitnah dan Mencari Kesalahan Orang
Dirilis oleh InnerSloth, sebuah perusahaan game asal Amerika Serikat, game Among Us memiliki gameplay yang sederhana banget. Ceritanya, kalian merupakan kru di luar angkasa yang harus menyelesaikan berbagai macam tugas, mulai dari membersihkan sampah, membetulkan kabel-kabel, sampai menembaki meteor. Sekilas kelihatannya mudah, ya?
Ternyata tantangan enggak sebatas sampai situ saja. Masalah pada game ini hadir dalam sosok “Impostor” alias pengkhianat di dalam tim yang diam-diam membuat kerusakan. Sosok impostor ini juga akan membunuh para crewmate satu per satu.
Sosok Impostor bisa jadi siapa aja, dan pada setiap putaran game di sebuah room, peran Impostor akan jatuh kepada pemain yang berbeda-beda.
Ketika permainan dimulai, setiap crewmate akan diberi tugas tertentu. Nah, tokoh Impostor juga akan diberi tugas, tetapi tugas-tugas itu palsu dan digunakan sebagai penyamaran mereka. Setiap beberapa waktu, bakal diadakan diskusi untuk menentukan siapa yang menjadi Impostor dan layak disingkirkan.
Mereka dengan vote terbanyak akan disingkirkan. Seringnya, sih, mereka yang disingkirkan di awal-awal permainan bukanlah Impostor.
Saat masuk ke waktu diskusi, kalian bisa berkomunikasi dengan menekan tombol pesan. Kalian bisa ngomong apa aja, termasuk meyakinkan para crewmate kalau kalian bukan Impostor, bahkan mencurigai dan memfitnah orang lain jika kalian bermain sebagai Impostor.
Ada tantangan tersendiri baik bagi crewmate maupun Impostor. Crewmate harus menyelesaikan tugas, menghindar dari Impostor dengan enggak berjalan sendirian, dan meyakinkan member lain dalam rapat kalau dia bukan Impostor.
Sementara itu, Impostor harus membuat berbagai kerusakan yang bikin panik crewmate, membunuh tanpa ketahuan, dan berkelit dari tuduhan supaya bisa menang.
Sebenarnya, game ini punya konsep penyelidikan dan strategi untuk mencari pelaku kejahatan alias Impostor. Namun, di beberapa kasus, keseruan dan kesenangan yang didapat dari game ini justru berasal dari tindak tuduh-menuduh dan mencurigai orang lain.
Dony, seorang pegawai swasta yang berdomisili di Jakarta Pusat, mengatakan bahwa ketertarikannya pada Among Us disebabkan oleh bagian “tuduh-menuduh” yang seru. Menurutnya, sebuah momen kocak saat seseorang yang dituduh Impostor sebenernya enggak bersalah.
“Sebenarnya yang bikin game ini seru itu bagian fitnah orangnya. Rasanya lucu banget saat kita salah nuduh orang yang sebenarnya bukan Impostor,” jelasnya.
Namun, bagi Dony, yang bikin game ini viral adalah momen yang tepat. Masyarakat yang gabut saat pandemi menemukan rekomendasi game ringan tapi berbobot seperti Among Us. Makanya, menurutnya enggak mengherankan jika game sangat terkenal dan dimainkan oleh hampir semua kalangan seperti sekarang.
Pelarian dari Minimnya Interaksi Sosial di Tengah Pandemi
Grafisnya sederhana, tugasnya juga gitu-gitu aja. Durasi permainannya pun enggak lama. Dibandingkan dengan game-game MOBA atau survival pun, game ini kalah seru. Namun, apa sebenanrya hal yang bikin Among Us jadi viral sampai-sampai sosok gamer kawakan seperti Reza Arap memainkannya?
Enggak bisa dimungkiri bahwa promosi dari para gamers kawakan di kanal media sosial mereka bikin orang-orang jadi penasaran. Namun, seperti yang jadi inti permasalahan game ini, sekadar promosi enggak terlalu cukup untuk membuat Among Us seviral itu.
Jika kalian mencari di media sosial, niscaya ada banyak banget warganet yang menghubungkan Among Us dengan Werewolf. Yap, permainan Werewolf banyak dimainkan di platform Telegram dan juga HAGO.
Premisnya sama, hanya perbedaannya, Werewolf enggak memberikan kalian tugas khusus, enggak ada latar tempatnya, dan premisnya pun menggunakan kisah penduduk desa yang takut akan keberadaan Werewolf. Agak kalah seru dibandingkan Among Us yang mengizinkan kalian untuk berjalan-jalan dari satu tempat ke tempat lain.
Gameplay yang familier inilah yang bikin orang-orang menjadi tertarik sama Among Us. Layaknya pada game Werewolf, kalian dibuat penasaran dengan siapa yang menjadi penjahat. Kalian juga bisa mengeluarkan bakat manipulatif terpendam dengan menjadi penjahat.
Namun, alasan beberapa pemain yang jatuh cinta sama game ini bukan hanya karena mereka familier sama Werewolf. Kami pun bertanya kepada beberapa pemain dan mereka memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Moses Bagus, seorang gamer yang doyan memainkan game-game PC dan beberapa game ponsel mengatakan bahwa dia enggak menampik kalau ketertarikannya sama Among Us disebabkan oleh keinginan bernostalgia sama Werewolf.
Moses menjelaskan pendapatnya di balik viralnya game ini, “Menurut saya, ada “power of Youtube” selama pandemi (yang memengaruhi minat terhadap Among Us) dan ketertarikan masyarakat sama semua hal yang memiliki unsur interaksi sosial. Karena, di masa pandemi, kan, kita dilarang buat kumpul-kumpul.”
Pria yang tinggal di Pontianak itu menambahkan kalau roleplay unik dan game yang gratis juga menambah ketertarikan pengguna sama game ini. Yap, ada banyak game yang matre banget karena dikit-dikit mewajibkan kita buat beli item supaya bisa tetep main. Among Us, jauh lebih dermawan daripada itu.
Jawaban yang berbeda tetapi senada diutarakan oleh Aulia Pratama. Tergabung ke dalam komunitas game, dia mengetahui game sosial ini melalui kawan-kawannya. Menurutnya, Among Us menjadi pelarian dari game utama yang sering mereka mainkan, Captain Tsubasa.
“Dibandingkan dengan video game lain, grafik Among Us ini sederhana. Selain itu, game ini juga bisa dimainkan di komputer dan ponsel bersama teman-teman,” ujar Aulia.
Makin Seru Gara-gara “Baper”
Gameplay sederhana seolah membuatnya jadi enggak sekontroversial game-game MOBA yang kompleks. Well, pendapat itu salah besar karena nyatanya ada banyak orang baper yang pada akhirnya sakit hati karena dituduh sebagai Impostor.
Awalnya, kami mengira kalau cerita bahwa ada banyak orang yang marah gara-gara dituduh sebagai Impostor merupakan gurauan belaka. Media membesar-besarkannya dengan julukan “game fitnah”. Statement Reza Arap bahwa dia akan bikin orang kehilangan pekerjaan di masa depan kalau dituduh Impostor pun sebenarnya terlihat seperti sebuah jokes yang enggak perlu diambil pusing.
Nyatanya, cerita kemarahan pemain yang dituduh Impostor itu nyata adanya. Di Twitter, dilansir dari akun @tubirfess, ada seseorang yang minta putus gara-gara difitnah sebagai Impostor oleh kekasihnya. Mereka bahkan ribut di ruang diskusi.
Temen ak beneran putus sama pacarnya gara-gara dia marah banget difitnah impostor ternyata bukan anjir 🙁
— tubina aminah (@tubbirfess) September 15, 2020
Sebetulnya kami enggak akan percaya-percaya amat kalau enggak mengalami sendiri. Nyatanya, memang ada orang yang beneran marah waktu dituduh. Beberapa kali kami menemuinya waktu main dari satu room ke room lain.
Ada juga pemain yang menggunakan seluruh huruf kapital dan bersusah payah menjelaskan kalau dirinya bukan Impostor di ruang chat. Ada pula pemain yang menggunakan beberapa kata makian saat dituduh sebagai Impostor.
Bicara soal tuduh menuduh, manusia memang doyan marah dan menyalahkan hal lain di luar dirinya sendiri. Dilansir dari Psychological Today, kemarahan adalah sebuah perasaan dasar manusia yang paling mudah untuk dikeluarkan. Sementara itu, memaafkan adalah hal yang paling sulit.
Kalau pernah menonton film Inside Out, kalian pasti tahu mengenai berbagai perasaan dasar negatif seperti jijik, takut, marah, dan sedih. Meskipun seolah dianggap buruk, perasaan-perasaan itu membantu manusia untuk bertahan hidup, loh. Kemarahan bisa membuat manusia menjauhkan diri dari hal-hal yang berbahaya dan menjadi salah satu bentuk pertahanan diri.
Namun tentu saja, semua perasaan enggak baik kalau kadarnya berlebihan. Sebab, efeknya tentu merugikan diri kalian sendiri. Nantinya malah ada kejadian pertemanan yang dirusak oleh game ini.
Terlepas dari apakah kemarahan-kemarahan itu gurauan atau bukan, game seperti Among Us sebaiknya memang enggak perlu dibawa perasaan. Apalagi, kalau kalian sampai dituduh, kalian juga masih bisa main lagi sampai waktu yang enggak terbatas. Enggak ada yang dirugikan dari tuduhan yang salah, kecuali rasa kecewa sesaat karena enggak mendapatkan kemenangan.
***
Yap, pada intinya, Among Us adalah game tentang mencari kesalahan orang lain dan memfitnahnya, lalu tetap merasa happy saat melakukannya. Sebuah tindakan yang sebenarnya kurang terpuji menurut norma. Namun, di sinilah kalian bisa melakukannya tanpa harus khawatir jadi orang yang jahat di dunia nyata.
Jika vaksin sudah diedarkan dan pandemi berangsur menghilang, entah apakah game Among Us masih viral atau enggak. Kita udah melewati banyak waktu di mana game-game kasual yang digilai sama banyak orang pada akhirnya mulai dilupakan, seperti Pokemon GO, Line Let’s Get Rich, sampai Clash of Clans.
Melihat nasib-nasib mereka, agaknya kita udah bisa meramal kalau Among Us enggak akan terkenal dalam waktu yang lama. Namun, selagi masih ramai, enggak ada salahnya memainkan game ini. Selain bisa berinteraksi sama orang, kalian juga bisa melepas stres dengan gameplay yang enggak ribet. Asal, buang rasa baper jauh-jauh ya! Ingat ini cuma game, jangan sampai ramalan warganet tentang adanya pembunuhan gara-gara Among Us menjadi kenyataan.