(REVIEW) The Last of Us Part 2

The Last of Us Part 2
Genre
  • Shooter
  • survival
Publisher
  • Sony Interactive Entertainment
Developer
  • Naughty Dog
Release Date
  • 19 June 2020
Rating
5 / 5

*Ulasan The Last of Us Part 2 ini ditulis tanpa spoiler cerita. KINCIR telah menyelesaikan gamenya dan menjajal beragam mode serta konten tambahan dengan tingkat kesulitan berbeda.

Naughty Dog merilis The Last of Us pertama kali pada 14 Juni 2013 silam. Kala itu, seri ini dilahirkan saat PlayStation 3 (PS3) tengah bersiap-siap untuk “istirahat panjang”. Nuansa yang sama pun kini bisa kita temukan kala tujuh tahun setelahnya, Sekuel The Last of Us Part 2 hadir di senjakala konsol PS4 sebelum PS5 hadir pada musim libur 2021 ini.

Ibarat kado perpisahan bagi PS4, tentu banyak hal dipersiapkan oleh tim dari Sony Interactive Entertainment dan Naughty Dog (ND) untuk sekuel ini. Dalam catatan dan sambutannya, Neil Druckmann selaku Vice Precident dari ND dan penulis dari game ini menuturkan bahwa merilis sekuel ini merupakan risiko lantaran banyak orang menyukai rilisan pertamanya.

Dalam bertahun-tahun pengembangannya, apakah game ini mampu menunjukkan kekuatan dan tampil sebagai sekuel yang baik untuk waralaba ini? Yuk, simak ulasan KINCIR untuk The Last of Us Part 2 berikut ini!

Eksekusi Teknis yang Tampil Sempurna

KINCIR menjajal langsung konfigurasi terbaik game ini di konsol PlayStation 4 Pro dengan display 4K. Tak henti-hentinya di setiap babak permainan maupun cutscene yang dibawa, grafis dari game ini tampil sangat memukau.

Enggak berlebihan rasanya jika tampilan visual di The Last of Us Part 2 jadi salah satu yang terbaik dan mendobrak visual dalam beragam aspek. Tekturisasi air, rumput, hingga material lainnya di game ini sangat luar biasa detailnya.

Di dalam game, kita bakal bertemu dengan empat musim hingga beragam waktu dan cuaca. Seakan ingin memberikan kesan bagi para pemainnya, setiap visual pun dihadirkan dengan skenario dan cinematic yang bikin kita serasa enggak mau berkedip. Meskipun belum menggunakan teknologi ray tracing, pencahayaan di game ini mampu membuat iluminasi yang sangat memuaskan.

Detail lainnya dari grafis di dalam game ini terletak pada interaksi material yang interaktif. Kain yang menjadi basah, lusuh, hingga robek bisa kita lihat di dalam game ini. Lebih gilanya lagi, The Last of Us Part 2 enggak hanya membuat refleks visual tersebut tercermin pada karakter utama saja, namun pada setiap NPC dan musuh yang kita temui.

Enggak hanya soal grafis saja, loh! Suara yang dihasilkan di game ini juga sangat realistis di mana langkah kaki, gesekan, percikan air hujan, dan tembakkan terasa sangat hidup. Kalian bisa merasakannya langsung jika memakai headphone atau menyalakan mode stereo di televisi.

Gebrakan lain yang layak diapresiasi dari sekuel ini adalah keberanian Naughty Dog untuk memberikan aksesibilitas bagi para pemainnya. Ada lebih dari 60 pengaturan yang bisa pemain pakai.

Sang pengembang pun berpendapat bahwa pengaturan ini dibawa agar setiap kalangan pemain punya hak untuk memainkan game ini atas kenyamanan sendiri. Entah itu bantuan visual bagi penderita gangguan penglihatan atau visualisasi suara di dalam layar bagi mereka yang tuli.

Realisme Permainan yang Sangat Epik

Enggak hanya bicara soal visual saja, realisme yang berusaha ditawarkan oleh sekuel ini juga dibawa langsung kepada gameplay yang bisa kita nikmati. Kini, gerakan karakter kita maupun musuh terlihat lebih hidup. Improvisasi yang kentara dari game pertamanya adalah mekanisme dodge yang kini sangat responsif.

Dengan menekan tombol L1, kita bisa menghindari serangan musuh. Uniknya, The Last of Us Part 2 juga membawa banyak sekali variasi dari gerakan karakternya sehingga permainan benar-benar terasa sangat memikat. Ketika tersudut atau berinteraksi dengan banyak musuh sekaligus, kita bakal mendapat visual yang berbeda seiring waktu.

Banyaknya detail seperti nama karakter manusia yang menjadi musuh membuat game terasa dieksekusi sangat hati-hati oleh pengembang. Terlebih, kini musuh juga menggunakan senjata di mana pelurunya bakal tersisa, tergantung dari seberapa sering mereka membidik. Untuk mendapat loot, melakukan stealth kill merupakan langkah terbaik yang bisa kalian ambil.

Tingkat kesulitan yang ditawarkan pun punya dampak tersendiri. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, musuh akan lebih responsif serta loot yang kita dapatkan bakal sangat sedikit. Buat kalian yang sangat menyukai tantangan, menyelesaikan game ini di mode Hard atau mungkin Grounded bisa jadi sangat seru buat dicoba.

Sederet Improvisasi yang Sangat Berarti

Dari aspek permainannya, The Last of Us Part 2 membawa beberapa fitur anyar yang menarik. Kini, karakter kita bakal memiliki talent tree di mana kemampuannya bisa ditingkatkan lewat spesialisasi tertentu. Uniknya, kita harus menemukan manual book terlebih dahulu untuk bisa mempelajarinya.

Enggak hanya itu saja, ada banyak senjata baru yang bisa pemain dapatkan kala berpetualang. Nantinya, semakin banyak jenis senjata yang kita bawa, karakter kita bisa mengatur loadout terlebih dahulu. Sistem Upgrade di game ini juga mendapat beberapa variasi baru yang bikin kita punya pilihan untuk ditingkatkan kemampuannya.

Para musuh yang kita hadapi juga kini bakal mendapatkan variasi. Ada jenis Cordyceps baru bertajuk Shambler yang bisa menyemprotkan racun, atau juga musuh manusia dengan kelas Brute yang sangat susah dibunuh. Enggak hanya itu saja, para tentara Washington Liberation Front juga dikenal punya anjing pemburu yang bisa mencium jejak Ellie jika dirinya sedang bersembunyi.

Dunia Baru yang Lebih Imersif

Berbeda dengan game pertamanya yang terkesan sangat linear, kini pemain bakal menemukan banyak ruang terbuka. Dalam beberapa skenario permainan, kita bisa melakukan eksplorasi yang tentunya sangat berdampak di dalam permainan.

Sebagai game survival, kita dituntut mampu mengumpulkan sumber daya untuk bersiap-siap menghadapi “kejutan” di dalam game. Pasalnya, musuh di game ini terasa sangat agresif. Terlebih untuk para karakter manusia, serangan musuh kini jadi lebih kompak. Jika enggak bisa mengatur posisi, musuh akan dengan mudah mengepung kita.

Buat kalian yang mungkin mengira jika The Last of Us bakal mengusung tema open world, sayangnya hal ini enggak bakal kalian dapatkan. Setiap QZ (quarantine zone) yang kita temui enggak bakal punya interaksi seperti di game RPG. Meski begitu, pengalaman single player yang kita dapatkan di game ini dijamin bakal sangat berkesan karena setiap skenario, teka-teki, hingga latar tempat yang kita temui tidak ada yang repetitif.

Di beberapa kesempatan, kita juga akan menemui banyak catatan yang bisa dibaca. Catatan-catatan pendek ini akhirnya membuat kita semakin dekat dengan dunia di The Last of Us yang sangat detail. Membacanya akan memberi sudut pandang tersendiri mengenai takdir orang-orang lain yang mungkin enggak bakal kita temui di dalam game.

Menggali Kemanusiaan dari Reruntuhan

Di seri pertamanya, kita mungkin tersentuh dengan perjuangan Joel untuk menyelamatkan Ellie. Ikatan seperti ayah dan anak pun terjalin di antara keduanya selama bertualang jauh untuk menyalakan harapan mereka. Kini, kalian diajak kembali untuk menyelami skenario cerita yang sangat menyentuh.

Salah satu hal yang patut diperhatikan adalah sisi kemanusiaan yang sangat tercermin di dalam episode kedua ini. Sang penulis cerita pun berpendapat dalam pengantarnya bahwa cerita mengenai tribalism atau cara hidup berkelompok jadi corak yang ingin ditonjolkan di sekuelnya ini.

Setelah 25 tahun sejak bencana Cordyceps mengguncang dunianya, para tokoh di The Last of Us Part 2 kini memiliki banyak cerita untuk bisa kita baca. Mulai dari cinta, dendam, hingga banyak hal yang rasanya, sangat aneh kala kita memainkan game ini di masa pandemi seperti sekarang.

***

Enggak hanya mampu memberikan improvisasi permainan, sebagai sebuah sekuel,The Last of Us Part 2 juga telah berhasil menyimpul babak yang sangat menarik. Ada banyak hal terjadi dan kalian bakal dibuat merasakan "dunia baru" yang semakin berbahaya. Game ini jadi salah satu rilisan yang pengalamannya tidak tergantikan dan menjelma senja yang sangat indah bagi PS4.

Enggak banyak game yang mampu membuat pemainnya berempati. Namun, lagi-lagi, Naughty Dog dan Sony bisa membuat kita merasakannya di sekuel ini. Perlahan namun pasti, pengalaman dan kesan dalam game ini dijamin bakal berbekas bagi penggemarnya. Ibarat kata pepatah bahwa pertanyaan yang cepat harus dijawab dengan lebih lambat.

Rasanya, Naughty Dog telah menggunakan waktu yang baik untuk mengembangkan game ini bertahun-tahun lamanya. Kualitas produksi game ini terbilang sangat memuaskan sehingga KINCIR berani memberinya angka yang sempurna lantaran pengalaman yang ditawarkan di dalam gamenya sangat-sangat berharga.

Ulasan ini hadir satu minggu lebih awal dari perilisan asli gamenya sesuai permintaan PlayStation. Buat kalian yang sudah main gamenya nanti, jangan sungkan untuk kasih ulasan versi kalian di kolom ulasan KINCIR. Sementara itu, terus ikutin juga berita game dan tulisan menarik lainnya, ya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.