7 Dosa Besar Electronic Arts sebagai Game Developer

Electronic Arts alias EA Games merupakan perusahaan pengembang, penerbit, dan distributor video game yang bermarkas di Redwood City, California. Di antara perusahaan game lainnya, tingkat kedewaan EA udah mencapai level nirwana. Kenapa? Lo bisa cari tahu jawabannya lewat julukan-julukan legendaris yang disematkan kepada EA, seperti "Sims Killer", "Dead Space Killer", atau "Mass Effect Killer".

Yap, harusnya tahu, kan, kenapa EA punya julukan keren kayak begitu? Kalau masih enggak nyambung, mending disimak deh pembahasan dosa-dosa EA yang membuatnya dianggap sebagai perusahaan game terburuk sepanjang masa.

 

1. Electronic Arts Terlalu Tega sama Penggemar

Via Istimewa

Enggak ada perusahaan game yang perlakuan terhadap penggemarnya sesadis EA. Mereka juga dikenal sangat 'batu' dan enggak pernah mau mendengar saran, pendapat, keluhan, dan kritik dari penggemar setianya. Pengguna platform Origin mungkin pernah ngerasain atau seenggaknya tahu betapa kejamnya EA dalam memperlakukan penggemarnya. Lo enggak bakal bisa bicara jelek soal EA di forum Origin. Berani melakukannya, akun lo bakal di-suspend atau bahkan dihapus langsung.

Baca juga Electronic Arts jadi salah satu perusahaan game terburuk di dunia.

So, Electronic Arts pun langsung kena batunya. Pada April 2012, situs The Consumerist menganugerahkan gelar kepada EA sebagai perusahaan terburuk di Amerika Serikat. Seperti enggak puas dengan pencapaiannya, EA kembali mendapat gelar yang sama di tahun berikutnya.

 

2. Mata Duitan

Via Istimewa

Kalau masuk kisah Nabi-nabi, orang kayak EA nih udah pasti kena azab. Bagaimana enggak? Udah zalim, mata duitan pula. Jelas banget prioritas utama EA saat ini adalah ngasilin keuntungan sebanyak-banyaknya. Wajar aja, sih, namanya juga perusahaan, ya, pasti mau cari untung. Namun, tingkat mata duitan EA udah enggak bisa terjelaskan lagi dengan kata-kata.

Mereka memeras penggemarnya melalui DLC (downloadable content). Loh, bukannya wajar DLC berbayar? Wajar kalau DLC yang diberikan memang berupa konten tambahan. Nah, apa yang dilakukan EA ini ajaib. DLC yang mereka lepas sebenarnya enggak lebih dari konten yang seharusnya udah masuk ke dalam gamenya sejak awal.

Bukan cuma EA yang jahat. Lo baca aja 7 Perusahaan Video Game Terburuk Sepanjang Masa.

Masalahnya bukan cuma itu saja. EA juga seringkali enggak memberikan informasi yang jelas untuk kontennya. Contohnya, kasus konten karakter Darth Vader di game Star Wars Battlefront II. Pada 12 Oktober 2017, seorang penggemar bertanya di forum Reddit kenapa karakter Darth Vader tetap terkunci meski dia udah membeli versi premium game tersebut seharga 80 dolar. Ternyata, baru diketahui karakter Darth Vader baru bisa dimainkan dengan membeli loot box yang tentu berbayar.

 

3. Bikin Game Nanggung dan Cacat

Via stimewa

Entah kenapa sejak 2010 hingga sekarang, EA selalu bikin game nanggung yang sebenarnya enggak pantas buat dirilis. Mereka juga terkenal terlalu terburu-buru saat ngerilis game. Padahal, game tersebut sebenarnya masih butuh penyempurnaan karena masih terdapat banyak kecacatan.

Mereka pernah melakukan dosa ini saat merilis game Battlefield 4. Enggak lama setelah dirilis, EA digugat oleh empat penggemarnya karena berbagai permasalahan, seperti masalah pas bermain di mode multiplayer.

Dosa yang enggak akan pernah dilupakan oleh penggemarnya adalah SimCity (2013). Penggemar sempat takut kalau game ini enggak lebih dari daur ulang atau remastered dari SimCity sebelumnya. Meski nyatanya game ini benar-benar baru, penggemar tetap kecewa karena upaya Electronic Arts yang setengah-setengah untuk menyempurnakan game ini. Lo bakal dibuat frustrasi dengan absennya mode offline di game ini. Yap, lo enggak bakal bisa mainin game ini tanpa tersambung ke jaringan internet. Sekalipun lo tersambung, game ini tetap akan membuat lo stres sendiri karena kendala teknis maupun server.

 

4. Membunuh Waralaba Game Legendaris

Via Istimewa

SimCity hanya segelintir dari waralaba game keren yang namanya jadi jelek gara-gara turun tangan EA. Ada banyak contoh waralaba game lain yang 'dibunuh perlahan' oleh EA. Mungkin nama-nama yang akan disebut selanjutnya adalah waralaba game favorit lo. So, kuatin mental lo, ya!

Contoh pertama adalah The Sims. Generasi 2000-an bohong kalau enggak tahu game ini. Game besutan Maxis ini begitu fenomenal hingga menjadikannya sebagai salah satu game terbaik sepanjang masa. Semuanya terasa indah hingga pada akhirnya Will Wright, co-founder Maxis, pergi meninggalkan perusahaan game yang telah melambungkan namanya untuk berkarier sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

Pascakepergian Wright, Maxis sempat 'cuti' dan berganti nama menjadi The Sims Studio. Waralaba ini pun jadi kehilangan arah dan enggak lagi mampu ngasih keajaiban bagi The Sims generasi selanjutnya, sebut saja The Sims 3 dan The Sims 4 yang mendapat respons negatif.

Game The Sims pun sekarang udah ada versi mobile dan lo bisa baca ulasannya di sini.

Enggak cuma The Sims dan SimCity, masih ada beberapa waralaba yang mungkin enggak asing lagi buat lo. Contohnya, waralaba Dead Space yang enggak jelas nasibnya setelah EA menonaktifkan Visceral Games. Begitu juga waralaba Mass Effect yang reputasinya terjun bebas setelah Mass Effect: Andromeda kena kritik habis-habisan karena efek visual yang benar-benar jelek.

 

5. Sistem Perah Sapi

Via Istimewa

Electronic Arts lebih cocok disebut sebagai tukang perah dibanding perusahaan game. Mereka hobi banget mengakuisisi pengembang game kecil maupun besar cuma demi mendapat IP (Intellectual Property). Maxis dan Visceral Games yang udah disebut tadi jadi contoh korban perah sapi EA. Yap, bukan karena sifat rakusnya yang bikin gamers dan penggemar benci kepada EA. Masalahnya, setelah mendapatkan IP dari akuisisi tersebut, EA enggak segan mengubah dan membuat game-game tersebut jadi lebih kacau.

Contoh lain selain Maxis dengan The Sims atau Visceral Games dengan Dead Space, EA juga menghancurkan reputasi waralaba Plants vs Zombies yang dikembangkan oleh Pop Cap. Upaya EA untuk merestorasi game dengan memberi variasi format third-person dalam game Plants vs Zombies: Garden Warfare memang patut diacungi jempol.

Sayang, sifat mata duitan EA kembali kumat. Game ini hanya bisa dimainkan secara online. Tentu enggak lupa dengan DLC atau konten free-to-win. Hasilnya, Plants vs Zombies pun dicap sebagai waralaba game konyol.

Apa upaya EA untuk merehabilitasi nama baik waralaba ini? Enggak tanggung-tanggung, mereka memecat George Fan, kreator Plants vs Zombies, yang enggak setuju dengan model freemium.

 

6. Anti-Single Player

Via Istimewa

Biar bisa ngerasain betul poin ini, lo harus banget mainin Call of Duty dan Battlefield. Coba, deh, bandingin keduanya. Dari segi gameplay, kedua game ini sebenarnya seimbang dan punya kelebihan atau kekurangannya masing-masing. Namun, lo bakal ngerasain banget perbedaan mutlak dari segi penceritaan dalam mode single player atau campaign.

Call of Duty? Enggak perlu dijelasin lagi, lah! Udah banyak yang mengakui game rilisan Activision ini sebagai game FPS yang punya mode story terbaik sepanjang masa. Sedangkan, Battlefield? Mode story-nya bikin pemainnya males ngelanjutin karena enggak ada esensinya sama sekali.

Baca juga seri terbaru game Battlefield yang akan pakai latar Perang Dunia II.

EA terkesan banget punya alergi sama mode story. Contoh lain di luar Battlefield adalah Star Wars Battlefront. Game ini diakui bisa sempurna jika saja EA mau menambahkan mode story ke dalam gamenya. Sekalipun udah nambahin mode story di Battlefront II, tetap aja ceritanya enggak terasa apik.

Pernah mereka ngejelasin kalau mode single player udah lewat masanya oleh mode online atau multiplayer. Padahal, zaman sekarang ada banyak game yang punya cerita keren kayak The Legend of Zelda: Breath of the Wild atau Horizon: Zero Dawn. Padahal, alasan tersebut cuma kelakar EA agar mereka bisa ngebebanin penggemarnya dengan konten play-to-win micro-transactions atau loot boxes di mode online.

 

7. Monopoli Lisensi

Via Istimewa

Penggemar game olahraga, khususnya FIFA, pasti tahu betul sama hal ini. Yap, lewat game-game keluaran EA Sports, EA punya hak penuh untuk lisensi tim olahraga di seluruh dunia. EA juga enggak tanggung-tanggung soal monopoli lisensi ini. Pernah suatu saat Madden NFL 2005 enggak laku gara-gara kalah saing dengan ESPN NFL 2K5 buatan SEGA. Di seri berikutnya, EA langsung membeli seluruh lisensi NFL hingga bikin SEGA enggak bisa lagi menyentuh ranah NFL. Sadis, kan?

EA seakan kena tulahnya di ranah sepak bola dan bola basket. Meski FIFA sedikit lebih unggul saat ini, ada masanya saat FIFA kalah dari Pro Evolution Soccer alias Winning Eleven buatan Konami. Nasib EA lebih tragis di cabang bola basket. Seri NBA Live saat ini berada di bawah kaki NBA 2K yang benar-benar enggak terbendung.

***

Electronic Arts ini seakan karakter penjahat di film atau pun game. Di saat rasa simpati muncul, entah ada aja kelakuan EA yang bikin gamers di seluruh dunia justru jadi makin benci. Soalnya, dosanya udah banyak banget. Siapa yang bisa mengampuni mereka yang udah menghancurkan seri The Sims, Dead Space, dan Mass Effect?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.