Eng ing eng! Enggak disangka-sangka, kejutan terbesar di dunia video game enggak datang dari perusahaan raksasa kayak Sony, Microsoft, atau pun Nintendo. The biggest surprise comes from Atari, si raksasa yang “nyusut”.
Yap, sang pionir game arcade ini akhirnya bangun setelah tidur selama 24 tahun lamanya dan kembali menantang para raksasa dunia game. Beberapa hari lalu, Atari ngasih konfirmasi kalau mereka lagi bikin sebuah konsol game terbaru. Perusahaan pembuat mesin game veteran ini ngelihat tren “retro” yang lagi booming di kalangan gamers. Dari sinilah, Atari mutusin buat bikin konsol retro bernama Ataribox yang diharap bisa bikin Atari kembali jaya kayak di era 1970-an.
Harapan ini diungkapkan oleh sang CEO, Fred Chesnais, kepada GamesBeat. Dalam ajang Electronic Entertainment Expo (E3) 2017 yang diadain minggu lalu, Chesnais bilang kalau Atari benar-benar balik ke dunia mesin game. Mesin game terbaru Atari ini disebut bakal berpondasi pada teknologi PC. Dia juga bilang kalau Ataribox belum selesai dan masih dalam tahap desain.
Biar pun belum selesai, Atari enggak mau ajang E3 lalu sia-sia. Makanya, mereka ngerilis video teaser yang ngasih gambaran bagaimana wujud Ataribox. Atari benar-benar mempertahankan kesan jadulnya melalui mesin berpanel kayu dengan logo Atari yang bercahaya, kayak yang ditunjukin dalam video. Sayangnya, cuma sebatas itu yang bisa ditunjukin Atari. Perusahaan game asal Amerika Serikat ini belum bisa nunjukin bagaimana cara kerja konsol terbarunya.
Sekarang, mari flashback ke masa lampau. Sejak berdiri di era 1970-an, Atari adalah pihak yang bertanggung jawab atas “wabah” ketagihan video game di era itu lewat game tenis meja Pong. Popularitas Atari mulai meroket dengan Home Pong, sebuah konsol game jadul yang terdiri dari dua stik analog dan dua tombol yang dirilis pada 1995.
Atari menikmati masa kejayaannya pada 1977 lewat perilisan konsol Atari VCS alias Atari 2600. Game-game kayak Space Invaders, Asteroids, Star Wars, dan Pac-Man bikin gamers enggak bisa lepasin diri dari mesin game arcade Atari. Saking mewabahnya, mesin Atari 2600 sukses terjual hingga 30 juta unit hingga 1983.
Sayangnya, Atari enggak bisa nikmatin kejayaannya dalam waktu lama. Resesi video game 1983 alias “Atari Shock” bikin Atari rugi banyak. Dalam hitungan kuarter kedua 1983 aja, Atari rugi sebesar 310,5 juta dolar. Pelaku penyebab krisis ini enggak lain adalah Atari sendiri yang enggak bisa ngontrol pasar video game dengan game-game berkualitas buruk dan membosankan.
Selain itu, meroketnya konsol NES yang dirilis Nintendo pada 1985 bikin Atari makin tenggelam. Atari terakhir kali ngerilis konsolnya pada 1993, yaitu Atari Jaguar. Sayangnya, Jaguar enggak bisa bersaing dengan NES, dengan perbandingan unit terjual 125.000 berbanding 50 juta. Klimaksnya, Atari dinyatakan bangkrut pada 2013. Namun, Chesnais membeli perusahaan ini dan membuatnya untung lewat strategi ngejual video game, seperti seri Blade Runner yang cukup sukses di pasaran.
Pertanyaannya, apakah langkah Atari dan Chesnais buat “napak tilas” ini benar-benar sesuai harapan? Ngelihat konsol-konsol zaman sekarang yang udah supercanggih, bakal sulit bagi Atari dan Ataribox buatan mereka buat narik minat gamers yang udah telanjur “jatuh hati” sama Sony, Microsoft, dan Nintendo.
Viki cuma bisa bilang good luck buat Atari. Semoga aja impian mereka buat menghidupkan kembali memori gamers akan game-game arcade bisa tercapai.