5 Kesalahan Besar Activision sebagai Perusahaan Game

Di antara semua perusahaan game terkenal di dunia, Electronic Arts (EA) bisa dibilang yang paling sering dikritik. Mereka dikenal sebagai perusahaan yang sering menguras dompet penggemarnya melalui mikrotransaksi. Bahkan, lo bisa dengan mudah mencari berbagai meme yang mengkritik dan menyindir EA.

Namun, EA bukanlah satu-satunya perusahaan yang pernah melakukan kesalahan tersebut. Kalau lo ngaku seorang gamer, pastinya lo enggak asing dengan Activision. Perusahaan ini memang telah menghasilkan banyak game yang ikonis, salah satunya adalah Call of Duty. Namun di balik kesuksesan perusahaan ini, tentu saja ada kesalahan yang mereka lakukan sebagai perusahaan game.

Nah, apa saja, sih, kesalahan besar yang pernah dilakukan Activision sebagai pengembang game? Yuk, simak daftarnya!

 

1. Activision memecat dua kreator utama Call of Duty

Via Istimewa

Buat lo yang belum tahu, Call of Duty dikembangkan oleh berbagai studio yang berbeda. Namun, Infinity Ward-lah yang pertama kali menciptakan waralaba Call of Duty. Infinity Ward yang berdiri pada 2002 ini dibentuk oleh Grant Collier, Jason West, dan Vince Zampella. Collier memutuskan keluar pada 2009 untuk bergabung dengan perusahaan induk, Activision. Sayangnya, dua orang lainnya, yaitu West dan Zampella, malahan dipecat oleh Activision pada 2010.

West dan Zampella dipecat enggak lama setelah perilisan Call of Duty: Modern Warfare 2 yang sukses besar. Mereka dipecat dengan alasan pelanggaran kontrak dan pembangkangan. Namun di sisi lain, Activision enggak membayarkan royalti dan bonus kepada West, Zampella, dan karyawan Infinity Ward lainnya atas kesuksesan Call of Duty: Modern Warfare 2. West, Zampell, dan karyawan Infinity Ward kemudian beramai-ramai menggugat Activision.

 

2. Terlalu Mengutamakan Call of Duty

Via Istimewa

Dari pertama kali dirilis pada 2003 hingga saat ini, Activision telah merilis banyak seri Call of Duty. Kalau dipikir-pikir, hampir setiap tahun mereka merilis seri game ini. Untungnya, sih, para gamer masih belum bosan dengan waralaba ini. Walau ada yang gagal, namun sebagian besar seri Call of Duty berhasil menuai kesuksesan.

Sangking rajinnya mengembangkan seri Call of Duty, Activision tampaknya hampir lupa memperhatikan waralaba lainnya. Waralaba Tony Hawk yang dulu sempat populer pun kini mulai memudar dari eksistensi. Guitar Hero yang sempat populer banget di awal 2000-an pun enggak punya banyak seri di waralabanya. Apa jadinya, ya, jika gamer sudah mulai bosan dengan Call of Duty?

 

3. Terburu-buru membuat game yang lisensinya akan berakhir

Via Istimewa

Activision memang kelihatan cuek dengan waralaba selain Call of Duty. Namun, mereka enggak cuek dengan batas akhir perjanjian lisensi yang mereka miliki. Ketika salah satu lisensi mereka ada yang mau habis kontraknya, mereka pun langsung terburu-buru membuat seri terbaru dari lisensi tersebut. Salah satu contoh gamenya adalah Tony Hawk’s Pro Skater 5.

Dilansir Motherboard, ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa Activision akan kehilangan lisensi Tony Hawk pada 2015. Itulah sebabnya, mereka terburu-buru mengeluarkan Tony Hawk’s Pro Skater 5 sebelum lisensinya berakhir. Hasilnya, game ini mendapatkan penilaian yang negatif. Selain Tony Hawk’s Pro Skater 5, Activision juga terburu-buru merilis game The Amazing Spider-Man 2 karena lisensinya yang akan berakhir saat itu.

 

4. Activision cukup memaksa pemain membeli DLC di Black Ops 4

Via Istimewa

Komunitas online merupakan elemen penting dalam keberlangsungan sebuah game. Salah satu cara terbaik untuk membuat komunitas tersebut tetap terhubung adalah dengan menawarkan konten multiplayer secara gratis, seperti map dan mode. Sehingga, semua pemain bisa menikmati map dan mode yang sama dalam game tersebut.

Namun, hal tersebut enggak dipedulikan oleh Activision. Selama bertahun-tahun, mereka telah menjual DLC Call of Duty yang berisi kumpulan map. Gara-gara hal tersebut, komunitas online Call of Duty pun terpecah karena enggak semua pemain memiliki map yang sama. Parahnya lagi, Activision semakin memaksa pemain membeli DLC di seri Call of Duty terbaru, yaitu Black Ops 4.

Jika di seri-seri sebelumnya pemain bisa mendapatkan Season Pass dan DLC map secara terpisah, di Black Ops 4 lo harus membeli semuanya sekaligus. Dengan membeli Black Ops Pass, lo bisa mendapatkan 12 multiplayer map, tambahan mode zombie, dan empat karakter baru. Wah, komunitasnya pun jadi semakin terpecah, deh.

 

5. Mikrotransaksi Berlebihan

Via Istimewa

Mungkin lo enggak akan kaget dengan pernyataan ini, Activision sangat menyukai mikrotransaksi. Hampir setiap gamenya enggak luput dari mikrotransaksi, termasuk di Call of Duty: WWII. Bahkan, di Pantai Normandy, salah satu lokasi bersejarah Perang Dunia II yang muncul di WWII pun enggak luput dari mikrotransaksi.

Gara-gara mikrotransaksi tersebut, Forbes bahkan menyebut WWII sama sekali enggak menghormati para veteran yang pernah berjuang di Pantai Normandy. Kalau lo berharap Activision bakal tobat dari aksi mikrotransaksi, rasanya mustahil, deh. Dilansir Gamespot, Activision berhasil mendapatkan pendapatan sebesar 4 miliar dolar selama 2017, hanya dari mikrotransaksi!

***

Sebagian besar game mereka, terutama Call of Duty, memang bagus dan disukai oleh banyak gamer di seluruh dunia. Namun, perusahaan ini juga enggak luput dari kesalahan dan sisi gelap. Di antara semua kesalahan yang telah disebutkan di atas, mana yang menurut lo paling fatal?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.