10 Teknologi Bionik yang Benar-benar Ada

Kalau kamu ermasuk generasi ‘90-an, kamu pasti ingat film komedi terkenal dari trio Warkop DKI berjudul Manusia 6.000.000 Dollar. Di film itu, ada tokoh bernama Dono yang ngalamin kecelakaan saat bertugas. Dia pun ngejalanin operasi yang ternyata malah mengubahnya jadi manusia robot. Kalau di Hollywood, terkenalnya Robocop atau Terminator.

Nah, pada masa film-film tersebut diluncurkan, mungkin teknologi semacam itu baru sebatas mimpi dan cerita. Namun, ternyata teknologi mutakhir itu udah dikembangin dan jadi kenyataan. Penasaran?

Berikut, kami rangkum 10 teknologi bionik yang benar-benar ada

1. Mata bionik

Penyandang tunanetra di seluruh dunia kini dapat terbantu dengan adanya mata bionik. Mereka dapat melihat cahaya dasar, gerakan, dan bentuk. Itulah yang dikembangin oleh Dr. John Pezaris dari Harvard University, Cambridge.

Cara kerja mata bionik ini ialah ngerekam informasi visual melalui kamera mini di mata dan memprosesnya menjadi sinyal elektronik lalu ngirim secara nirkabel ke elektrode implan. Dengan begitu, tunanetra diharapkan bisa melihat seperti orang normal. Namun, mata bionik akan bekerja lebih baik pada tunanetra yang sebelumnya enggak buta.

2. Tulang yang tumbuh kembali

Sudah dari dulu, tepatnya 1960-an, para ilmuwan sudah neliti protein yang mampu menambah jaringan tulang agar tumbuh kembali saat ngalamin kerusakan. Sayangnya, saat itu teknologi tersebut masih dikembangin dan belum sempurna.

Hingga pada 2006, ilmuwan dari University of California, Los Angeles (UCLA) ngedapatin solusi dengan mendesain protein sehingga layak numbuhin sel-sel jenis tertentu aja. Protein ini diberi nama UCB-1.

 3. Pankreas portabel

Teknologi pankreas buatan ini mampu memonitor gula darah dan kadar insulin dalam tubuh seseorang. Teknologi ini dikembangin oleh Aaron Kowalski, kepala proyek riset di Juvenile Diabetes Research Foundation.

Rencananya, teknologi ini bakal diproduksi dalam jumlah banyak sehingga bisa dijual dalam waktu dekat. Alat ini merupakan kombinasi dua teknologi, yaitu pompa insulin dan monitor glukosa. Pankreas portabel berguna bagi penderita diabetes yang tergantung pada insulin dan akan lebih mudah menjalani hidup secara normal.

4. Lidah elektronik

Dean Neikirk, profesor komputer dan rekayasa elektrik di University of Texas, ngembangin indra perasa elektronik atau lidah buatan. Lidah elektronik ini dapat menganalisis cairan dan nentuin rasa kandungan kimianya secara tepat. Bahkan, beberapa perusahaan makanan bisa menggunakannya sebagai pemrogram standar rasa pada produknya. Lidah elektronik ini terdiri atas sensor kecil yang bisa berganti warna sesuai dengan target rasa tertentu.

5. Tangan mekanik

Mereka yang diamputasi kini bisa menggunakan lengan buatan yang sama-sama kuat dengan yang asli. Dikembangkan oleh Dr. Todd Kuiken dari Rehabilitation Institute of Chicago, tangan bionik ini terhubung ke otak dengan saraf motorik yang fungsinya hampir sama dengan tangan sungguhan.

Cara kerjanya, kalau pasien ingin gerakin tangannya, saraf bakal ngirim sinyal ke tangan asli kemudian ngirim ke lengan buatan. Teknologi ini telah dikembangin, khususnya untuk para tentara yang mengalami cedera tangan. Hingga kini, teknologi tangan mekanik masih dalam penyempurnaan.

6. Lutut bionik

Lutut adalah bagian tubuh yang enggak punya kemampuan berpikir dengan sendirinya. Dibuat oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT), alat bernama RHEO ini memiliki kepintaran buatan yang akan ngasih rasa nyaman pada penderita kelumpuhan. RHEO akan mempelajari cara berjalan pengguna dan mendeteksi medan seperti apa yang sedang ditapaki dengan sensornya.

7. Ginjal portabel

Pasien gagal ginjal selalu membutuhkan proses penghilangan zat beracun dari darah. Bahkan, banyak pasien yang kesulitan kalau harus cuci darah. Adanya teknologi ginjal buatan dapat mempermudah para pasien. Ukurannya pun lebih kecil dan beratnya cukup ringan dibanding ginjal buatan era terdahulu.

Teknologi ginjal portabel yang dinamain Automated Wearable Artificial Kidney (AWAK) ini dibuat oleh Martin Roberts dan David B.N. Lee dari UCLA. Teknologi AWAK bekerja lebih baik daripada ginjal buatan sebelumnya karena bisa bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, selayaknya ginjal asli. Sayangnya, teknologi ini hanya ada di Amerika.

8. Sel-sel Artifisial

Biasanya, untuk memberi efek obat ke titik di dalam tubuh, sebuah pil atau injeksi aja belum cukup. Maka dari itu, Daniel Hammer, seorang profesor dari University of Pennsylvania, ngembangin metode lebih baik, yakni sel-sel buatan yang terbuat dari bahan polimer.

Sel artifisial ini diberi nama “C” dan mampu menghantarkan obat langsung ke organ tubuh yang membutuhkan. Dengan cara ini, obat bisa lebih cepat dan tepat serta aman memerangi penyakit. Biasanya, sel artifisial ini digunakan untuk mengobati penyakit kanker.

9. Tubuh lama, penis baru

Kabar baik bagi para penderita disfungsi ereksi. Kelainan yang menjadi momok menakutkan hampir semua pria di dunia ini. Enggak perlu ditanya kenapa, seks memang dianggap segalanya bagi sebagian besar cowok.

Maka dari itu, Anthony Atala dan tim dari Wake Forest University, Amerika, sukses ngembangin jaringan organ bernama Corpora Cavernosa. Ini merupakan jaringan berlubang yang diisi darah saat ereksi terjadi. Uji cobanya udah dilakukan pada kelinci jantan yang dikebiri. Setelah beberapa bulan, jaringan baru terbentuk dan penis udah bisa berfungsi kembali.

10. Memindahkan otak

Bongkar pasang otak enggak semudah bongkar pasang tangan atau kaki. Mungkin sebagian orang ngira kalau bongkar pasang otak adalah hal yang mustahil. Namun, Professor Theodore Berger dari University of Southern California udah ciptain chip komputer yang mampu ngegantiin fungsi bagian otak yang ngontrol memori jarak pendek dan pemahaman spasial atau disebut bagian hippocampus.

Implantasi hippocampus bisa ngebantu penderita Alzheimer dan strok. Sayangnya, teknologi ini belum disebarluaskan dan Berger masih menguji coba chip-nya.

***

Wah, banyak juga kemajuan teknologi dalam bidang bioteknologi untuk ngebantu manusia. Peranti mirip robot diciptain untuk mereka yang kurang beruntung. Walupun banyak juga yang nganggap kalau teknologi seperti robot ini nyalahin kodrat, enggak bisa dimungkiri kalau banyak orang jadi ketolong karenanya. Semoga teknologi tersebut bisa dimaksimalin dan harganya bisa lebih terjangkau untuk semua kalangan.

Source: Live Science

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.