Tahun 2014, siniar kriminal berjudul Serial dirilis di Amerika. Dan dunia siniar berubah besar setelahnya. Siapapun mungkin tak pernah menyangka siniar kriminal akan sukses. Dan betul saja hanya 6 bulan sejak dirilis perdana, Serial telah diunduh lebih dari 68 juta kali. Serial juga kelak memenangkan Penghargaan Peabody pada bulan April 2015 atas penyampaian cerita nonfiksi berdurasi panjang yang inovatif.
Dari situ, kita tahu Amerika pun mulai mengonsumsi siniar kriminal layaknya candu. Dan sebagian besar penikmatnya adalah para perempuan. Pada tahun 2020, siniar kriminal mendominasi daftar 50 siniar terpopuler. Di tahun yang sama, genre kriminal meroket pesat dan hanya “dikalahkan” oleh komedi dan berita.
Dengan cerdik kreator Craig Rosenberg yang sebelumnya berada di balik sukses serial The Boys dan Gen V melihat soal kecanduan Amerika dengan siniar kriminal dan mengubahnya menjadi cerita yang memadukan komedi, satir, misteri dan pembunuhan dalam satu wadah. Kejelian Craig tersebut lantas dituangkan ke dalam sebuah serial 9 episode berdurasi masing-masing kurang dari 30 menit berjudul Based on a True Story. Serial ini ditayangkan perdana oleh Peacock dan lantas disiarkan kembali oleh HBO Go untuk penonton di wilayah Asia.
Based on a True Story menyandarkan kisahnya pada pasangan yang tengah menanti kehadiran anak pertama mereka. Sang suami, Nathan, berprofesi sebagai pelatih tenis di sebuah klub elit sementara istrinya, Ava, adalah seorang agen perumahan.
Di saat keduanya sedang mempersiapkan masa depan untuk anaknya, Nathan malah dipecat dari pekerjaannya dan Ava pun tak beruntung dalam menemukan pembeli untuk rumah-rumah yang dijualnya. Dalam kondisi tak beruntung ini, mereka bertemu tukang leding bernama Matt.
Ketika Ava yang mewakili perempuan Amerika yang tergila-gila dengan siniar kriminal dan sedang sibuk kasak-kusuk dengan seorang pembunuh baru berjulukan Westside Ripper, ia dan Nathan justru menemukan fakta bahwa Matt adalah si pembunuh baru itu. Dalam kondisi di saat keduanya sedang sangat membutuhkan uang, mereka melakukan hal yang paling tak terbayangkan: bekerjasama dengan si pembunuh baru, Matt, untuk memproduksi siniar kriminal berjudul Based on a True Story.
Alasan kamu sebaiknya nonton Based on True Story
8 Episode berdurasi pendek yang mengikat
Based on a True Story tak berlama-lama memperkenalkan kedua karakter utama plus Matt, si pembunuh baru alias Westside Ripper. Dari episode perdana, serial langsung membawa kita pada bagaimana Ava dan Nathan yang terpekik dengan kesimpulan yang mereka susun sendiri bahwa Matt adalah si pembunuh dan bagaimana mereka malah datang dengan ide paling gila: bekerjasama dengan si pembunuh. Orang waras mana yang seputus asa itu mesti bekerjasama dengan si pembunuh, yang meski se-charming apapun, tetap selalu membuat mereka waswas dan selalu bisa menghabisi mereka sewaktu-waktu.
Tapi Based on a True Story bisa jadi adalah versi upgrade dari serial sejenis Only Murders in the Building. Ia mencampurbaurkan kesinisan, menertawakan diri sendiri, membangun misteri dan terutama bagaimana karakter seorang pembunuh tak pernah digambarkan segila ini. Dalam sebuah episode, saat menghadiri sebuah acara di CrimeCon bersama Ava dan Nathan, Matt terkaget mendapati seseorang mengaku sebagai penyintas dari pembunuhan yang dilakukannya. Matt gusar bukan karena takut tertangkap, ia justru gusar bahwa si penyintas akan merusak citranya sebagai pembunuh yang tak sekedar misterius namun juga selalu menuntaskan pekerjaannya dengan baik. Terasa betul Craig ingin mengkritik sebuah industri yang kini mencoba menjadikan pembunuh sebagai selebriti dan akhirnya pembunuhan akan diagungkan, bahkan kelak dikekalkan.
Dengan 8 episode berdurasi antara 23 hingga 44 menit, kita akan melihat bagaimana kerjasama antara Ava – Nathan dan Matt bermula, bagaimana pasutri ini mengambil konklusi dan menyimpulkan Matt adalah si Westside Ripper, bagaimana Matt adalah seorang pembunuh berantai yang atraktif dan juga paham betul bagaimana menjadikan dirinya sebagai atraksi publik. Narsisme Matt ditambah ulah konyol Ava – Nathan menjadi kritik bagi apa yang terjadi hari ini pada sebagian masyarakat kita, juga sekaligus menjadi bumbu penyedap yang membuat episode demi episode terus mengikat.
Skenario dengan ritme ketat yang digarap memikat
Sebagaimana attention-span kita yang semakin pendek sebagai penonton maka secara psikologis kreator serial pun tahu bagaimana menyajikan episode demi episode yang langsung memperkenalkan karakter demi karakter dengan efektif dan kreatif, memperlihatkan konflik utama yang terjadi sejak awal episode dan akan terus mewarnai hingga episode final. Dengan pengalamannya di serial The Boys dan Gen V, Craig Robinson tahu bagaimana mengemas skenario yang bisa berjalan dengan ritme ketat dan memikat penonton sejak awal episode.
Premisnya sendiri sudah sedemikian menarik. Tugas Craig tak menjadi lebih mudah untuk membuat penonton betah mengikuti episode demi episode. Kelokan-kelokan cerita yang menarik dan tentu saja kejutan-kejutan yang dihadirkan di dalamnya membuat skenario Based on a True Story terasa bekerja dengan baik. Kejutan seperti sebuah event CrimeCon [yang mungkin mengolok-olok ComicCon] yang ditampilkan dalam sejumlah episode juga menjadi sebuah tambahan yang mengasyikkan.
Sebagaimana podcast serial kriminal bekerja, Based on a True Story memang berupaya keras untuk terus membetot perhatian dari penonton untuk menyaksikan 8 episode hingga tuntas. Begitupun yang banyak dikritik oleh penonton adalah tak adanya resolusi di episode final. Semestinya meskipun diniatkan berlanjut ke musim berikutnya, setiap musim tetap berakhir dengan konklusi yang melegakan hati penonton.
Menghadirkan pembunuh serial yang atraktif
Sejak diserbunya layanan streaming dengan serial fiksi maupun dokumenter tentang para pembunuh bayaran, ada kekhawatiran bahwa ada semacam upaya untuk menjadikan para pembunuh itu tampil selaiknya idola. Tentu saja ini mengkhawatirkan. Pembunuh dengan rekam jejak menakutkan seperti Jefrey Dahmer [diangkat oleh Netflix menjadi serial] pun ditampilkan selayaknya seorang bintang.
Based on a True Story mencoba mengkritik upaya pengidolaan pembunuh itu dengan cara yang satir. Matt dihadirkan seakan sebagai antitesis dari pembunuh serial yang selama ini dikultuskan oleh masyarakat. Ia tak hidup sendiri, malah tinggal bersama anaknya. Ia terlibat secara aktif dengan lingkungannya; paling tidak dari caranya mengakrabkan diri dengan orang-orang yang ditemuinya.
Tentu saja nilai plus yang dimilikinya adalah karisma dan penampilan fisik. Di tangan Tom Bateman, yang berpostur tinggi besar dan berwajah ganteng, Matt Pierce menjadi sosok yang sulit diindahkan begitu saja. Tom memberi ‘ruh’ pada Matt yang dihadirkan dengan beragam aura yang bisa dihadirkannya kapan saja. Ia bisa tampil sangat charming suatu kali, sewaktu-waktu sangat friendly namun tak jarang pun bisa terlihat sangat creepy.
Tom Bateman menjadi pilihan menarik untuk memainkan karakter pembunuh yang mungkin belum pernah kita lihat dalam sebuah serial: dengan narsisme yang sama besar dengan egonya namun sekaligus pula tahu bagaimana memanfaatkan karismanya sebagai bagian dari self-branding yang ingin dibangunnya. Well, kebayang nggak sih, ada pembunuh serial yang peduli dengan self-branding?
Kaley Cuoco kembali dalam kisah pembunuhan
Banyak dari kita yang mungkin baru ngeh dengan sosok Kaley Cuoco setelah membintangi The Flight Attendant yang dirilis pada tahun 2020. Padahal ia sudah tampil sebagai Penny dalam 279 episode di serial The Big bang Theory selama periode 2007-2019. Serial The Flight Attendant membuat Kaley beroleh nomine dari banyak penghargaan bergengsi termasuk diantaranya Critics Choice Awards, Primetime Emmy Awards dan Golden Globe.
Sebagaimana The Flight Attendant yang juga memikat penonton dengan kecerdikan komedi bercampur baur dengan misteri pembunuhan, maka Kaley juga kembali dalam Based on a True Story dengan aura yang sama. Bisa saja kita melihatnya sebagai langkah aman bagi Kaley agar penggemar barunya seperti saya misalnya akan kembali mengikuti serial terbaru ini.
Relevan dengan kondisi yang terjadi hari ini
Namun, jika menelisik lebih dalam, kita tahu Based on a True Story bisa jadi lebih kompleks, lebih satir dan berusaha relevan dengan kondisi yang terjadi hari ini. Dan itu yang mungkin membuatnya menjadi lebih menarik juga bagi para penggila siniar kriminal. Tak berselang lama sejak pertama kali tayang di Peacock, Based on a True Story diumumkan akan kembali berlanjut ke musim kedua.
Tapi sebenarnya apa yang membuat kita menggilai kisah pembunuhan? Apakah karena rasa keingintahuan kita bisa dipenuhi oleh program seperti itu? Apakah karena misteri yang dibangun yang membuat kita semakin penasaran untuk terus mengikuti kisahnya? Atau jangan-jangan memang banyak dari kita yang diam-diam membayangkan menikmati kisah-kisah pembunuhan mengerikan itu?
Salah satu mantan penggila siniar kriminal, Mollie Goodfellow, menuturkan pengalamannya hingga akhirnya ia berhenti menikmati siniar kriminal. “Efek domino dari pembunuhan Nicole Smallman dan Bibaa Henry, Sarah Everard, dan Sabina Nessa yang dipublikasikan secara luas membuat saya merasakan dan memikirkan hal-hal yang telah saya lalui secara berbeda. Saya merasa malu karena telah membiarkan diri saya tersedot ke dalam aliran sesat kejahatan sejati, yang memanfaatkan peristiwa-peristiwa menyakitkan seperti ini seperti makanan untuk jiwa saya. Saya mengandalkan pengalaman menyakitkan orang lain sebagai semacam krim mati rasa, penyangga yang bisa mempertautkan antara saya dan pengalaman saya. Melepaskan kejahatan yang sebenarnya membuat saya bisa melepaskan barang-barang saya sendiri – dan akhirnya menemukan kedamaian.”
***
Based on a True Story adalah serial Amerika yang mencampurbaurkan komedi satir, thriller dan obsesi Amerika akan kisah-kisah kriminal. Dibintangi trio Kaley Cuoco [The Big Bang Theory, The Flight Attendant], Chris Messina [Gaslit, Air] dan Tom Bateman [Murder on the Orient Express, Death on a Nile].
Serial ini ditayangkan pertama kali di Amerika melalui layanan streaming Peacock pada Juni 2023 dan lantas ditayangkan oleh HBO GO untuk penonton Asia sejak 17 November 2023. Karena kesuksesannya, serial ini langsung diumumkan berlanjut ke musim kedua hanya tiga bulan setelah penayangan perdananya.