*Spoiler Alert: Review film Blue Beetle mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Karakter Blue Beetle sebenarnya sudah ada di semesta komik sejak Agustus 1939. Akhirnya 84 tahun setelah debut di komik, kita akhirnya bisa melihat Blue Beetle tampil di film live action pertamanya. Namun untuk film live action ini, kita diperkenalkan dengan Blue Beetle versi Jaime Reyes, yang debut di komik pada 2006.
Blue Beetle digarap oleh Angel Manuel Soto, sutradara asal Puerto Riko yang juga pernah menggarap Charm City Kings (2020). Karakter Jaime Reyes diperankan oleh Xolo Mariduena, aktor yang sebelumnya dikenal lewat perannya sebagai Miguel Diaz di serial Cobra Kai. Selain Mariduena, film ini juga dibintangi oleh Bruna Marquezine, Susan Sarandon, Becky G, Raoul Max Trujillo.
Blue Beetle berkisah tentang Jaime Reyes, seorang pemuda yang memutuskan pulang ke kota Palmera setelah lulus kuliah. Pada suatu hari, Jaime mendapatkan tawaran pekerjaan dari Jenny Kord, yang ternyata adalah untuk membawa kabur Scarab misterius. Setibanya di rumah, Scarab tersebut masuk ke dalam tubuhnya Jaime dan menjadikan Jaime sebagai inangnya.
Review film Blue Beetle
Origin story Blue Beetle yang mengangkat kehangatan keluarga Meksiko
Di semesta komik DC, Jaime Reyes sebenarnya adalah karakter ketiga yang menggunakan identitas Blue Beetle. Sebelum Jaime, identitas Blue Beetle lebih dulu digunakan oleh dua orang, yaitu Dan Garrett dan Ted Kord. Walau film ini fokus pada kisahnya Jaime, sutradara Angel Manuel Soto dan penulis naskah Gareth Dunnet-Alcocer tidak melupakan Dan dan Ted sebagai pendahulunya Jaime di film ini.
Film ini secara singkat menceritakan kisah asal-usulnya Dan dan Ted sebagai Blue Beetle terdahulu. Jadi, kita langsung diperkenalkan dengan tiga versi Blue Beetle sekaligus dalam satu film, yang mana menurut saya itu adalah keputusan tepat dalam mengedukasi penonton awam untuk benar-benar mengenal sejarah karakter Blue Beetle yang cukup mendekati dengan komiknya.
Berhubung Jaime diceritakan sebagai karakter keturunan Meksiko, cerita di film ini begitu kental dengan nilai kekeluargaan Meksiko. Jadi sejak awal Jaime bertransformasi menjadi Blue Beetle, keluarganya langsung tahu dan selalu ada ketika Jaime butuh bantuan dalam menjalani kehidupan awalnya sebagai Blue Beetle. Kebersamaan yang ditampilkan keluarganya Jaime membuat filmnya terasa heartwarming, menyentuh, sekaligus lucu.
Namun di luar filmnya yang heartwarming dan lucu, Blue Beetle bukanlah film yang spesial. Yang cukup disayangkan dari film ini adalah pemilihan villainnya, yaitu Victoria Kord, yang kurang berkesan. Victoria diceritakan sebagai kakaknya Ted Kord, yang dendam karena ayahnya malah mewariskan perusahaan kepada Ted, bukan kepada dirinya. Dia terobsesi memperbanyak teknologi Scarab sebagai pembuktian bahwa dia adalah orang yang lebih baik dari Ted.
Namun, kehadiran Victoria kurang lebih kayak ibu-ibu kaya pemarah yang hanya bisa menyuruh-nyuruh orang lain untuk melakukan niat jahatnya. Sudah kerjaannya marah-marah, saya juga tidak merasakan kengerian dan intimidasi dari Victoria. Dibandingkan Victoria, saya lebih terkesan dengan villain keduanya, yaitu Conrad Carapax. Conrad hadir dengan kisah latar belakang yang membuat penonton bisa berempati dengannya.
Xolo Mariduena adalah orang yang tepat menjadi Jaime Reyes
Setelah menonton Blue Beetle, saya bisa jamin bahwa Xolo Mariduena merupakan aktor yang tepat untuk memerankan Jaime Reyes di film live action. Mariduena sangat berhasil menghidupkan semangat muda, keluguan, serta rasa cinta keluarga yang dimiliki Jaime dengan begitu mulusnya. Rasanya enggak perlu dipertanyakan lagi kualitas aktingnya Mariduena dalam memerankan Jaime.
Selain Mariduena, aktor lainnya yang benar-benar mencuri perhatian di Blue Beetle adalah para pemeran keluarganya Jaime. Semua aktor yang berperan sebagai keluarganya Jaime menciptakan chemistry yang selaras. Jadi setiap ada adegan yang menampilkan keluarganya Jaime, adegan tersebut pasti menyenangkan, menghangatkan hati, dan bikin kamu ikut bahagia dengan kebahagiaan mereka.
Untuk pemeran villain, Susan Sarandon (pemeran Victoria Kord) dan Raoul Max Trujillo (pemeran Conrad Carapax), sebenarnya mereka menampilkan akting yang cukup baik untuk karakter mereka masing-masing. Sayangnya untuk Sarandon, karakter yang dia perankan memang kurang berkesan. Ditambah lagi, motif Victoria sebagai villain cukup mengingatkan saya dengan villain film pertama Iron Man (2008).
CGI-nya, sih, oke tetapi aspek visual lainnya terasa kurang maksimal
Sebagai informasi, Blue Beetle digarap dengan bujet 120 juta dolar (sekitar Rp1,8 triliun), yang bisa dibilang tidak terlalu besar untuk ukuran film superhero masa kini. Walau begitu, sutradara Angel Manuel Soto dapat memaksimalkan bujet tersebut dengan menampilkan kualitas CGI yang bisa dibilang cukup baik, khususnya ketika Scarab mengeluarkan armor untuk melindungi badannya Jaime dan ketika Jaime beraksi menggunakan armor Blue Beetle-nya.
Secara CGI sudah memuaskan. Namun, sisi sinematografinya membuat kualitas visual Blue Beetle jadi terkesan kurang maksimal. Ada beberapa adegan yang menurut saya diambil dengan angle yang kurang nyaman dipandang, termasuk ketika proses Jaime pertama kali bertransformasi menjadi Blue Beetle. Lalu saat saya menontonnya di layar IMAX yang cukup besar, visualnya terlihat grainy hampir di sepanjang film.
Untuk kualitas audio, saya bisa bilang penggunaan scoring dan soundtrack-nya sudah cukup pas untuk nuansa filmnya. Berhubung film ini mengangkat tema keluarga Meksiko, kamu bisa mendengar beberapa lagu Latin yang mengiringi filmnya.
***
Sebagai pengenalan Blue Beetle, film ini hadir sebagai paket lengkap karena juga menjelaskan tentang semua karakter yang pernah menjadi Blue Beetle selain Jaime Reyes. Setiap penampilan Jaime dengan armor Blue Beetle-nya juga selalu ditampilkan dengan cara yang keren. Lalu, interaksi Jaime dengan keluarganya cukup berhasil membuat filmnya terasa heartwarming sekaligus lucu.
Sayangnya, keseluruhan cerita film ini terasa klise, ditambah dengan kehadiran Victoria Kord yang motivasinya kurang berkesan dan tidak mengintimidasi sebagai villain utama. Untungnya, kehadiran Conrad Carapax sebagai villain kedua berhasil menutupi kekurangan Victoria sebagai villain utama.
Setelah baca review film Blue Beetle, apakah kamu jadi tertarik menonton film superhero ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!