Setelah Tenet (2020), sutradara Christopher Nolan akhirnya merilis karya terbarunya yang diberi judul Oppenheimer (2023). Ini merupakan film biopik yang menceritakan kisah hidupnya J. Robert Oppenheimer, ahli fisika teoritis yang berperan dalam pengembangan bom atom yang meledakkan Hiroshima dan Nagasaki pada 1945.
Kamu yang selalu mengikuti karyanya Nolan pastinya tahu bahwa sebagian besar filmnya Nolan pasti berskala besar. Di tengah kecanggihan teknologi perfilman, Nolan bahkan masih memilih berbagai hal practical dalam penggarapan filmnya. Tidak terkecuali dengan Oppenheimer, Nolan juga melakukan banyak hal baru dalam kariernya selama menggarap film ini.
Nah, apa saja pencapaian baru yang dilakukan Christopher Nolan untuk Oppenheimer?
Pencapaian baru Christopher Nolan untuk Oppenheimer
1. Oppenheimer jadi film pertama Nolan yang bekerja sama dengan Universal Pictures
Nolan pertama kali bekerja sama dengan Warner Bros. lewat film Insomnia (2002). Sejak saat itu, Nolan selalu merilis filmnya di bawah naungannya Warner Bros. hingga Tenet. Lalu pada Desember 2020, ketika kondisi pandemi sedang begitu buruk, Warner Bros. membuat keputusan kontroversial dengan merilis film 2021 mereka secara bersamaan di bioskop dan HBO Max.
Nolan, yang selalu mendukung pengalaman menonton di bioskop, tentu saja menentang keputusan Warner Bros. tersebut. Nolan sampai tidak ragu memutuskan untuk tidak merilis karya dia selanjutnya di bawah naungannya Warner Bros. Lalu pada September 2021, Nolan resmi melakukan kerja sama dengan Universal Pictures untuk penggarapan dan perilisan Oppenheimer.
2. Nolan pertama kali menulis naskah dalam perspektif orang pertama untuk Oppenheimer
Hampir semua film yang disutradarai Nolan, kecuali Insomnia, sudah pasti naskahnya juga ditulis oleh Nolan sendiri, begitu juga dengan Oppenheimer. Walau sudah sangat berpengalaman dalam menulis naskah film, Nolan baru pertama kali dalam kariernya menulis naskah menggunakan perspektif orang pertama lewat Oppenheimer.
Alasan Nolan menggunakan perspektif orang pertama dalam naskahnya karena dia ingin filmnya disampaikan dari perspektifnya Oppenheimer. Soalnya, tema utama film ini adalah memperlihatkan secara lebih personal bagaimana Oppenheimer berurusan dengan konsekuensi dari tindakannya.
3. Nolan pertama kali bikin adegan seks lewat Oppenheimer
Dari film pertamanya Nolan, yaitu Following, hingga Tenet, kamu enggak bakal menemukan adegan seks di hampir semua filmnya Nolan. Setelah 25 tahun berkarier sebagai sutradara, Nolan akhirnya berani melakukan tantangan baru di kariernya, yaitu membuat adegan seks pertamanya di Oppenheimer. Berhubung ini adalah pengalaman pertamanya dalam membuat adegan seks, Nolan mengaku gugup sampai begitu berhati-hati dalam mempersiapkan adegannya.
Lantas, mengapa baru sekarang Nolan memutuskan membuat adegan seks di Oppenheimer? Nolan memang ingin benar-benar menggambarkan kesulitan dalam hidupnya Oppenheimer, termasuk kehidupan seksualnya. Itulah sebabnya, Nolan ingin terang-terangan menggambarkan perselingkuhan Oppenheimer dengan Jean Tatlock. Nolan juga ingin mengeksplorasi pengaruh Tatlock dalam kehidupannya Oppenheimer.
Namun bagi penonton di beberapa negara, termasuk Indonesia, kamu enggak bakal melihat secara gamblang adegan seks antara Oppenheimer dan Tatlock. Soalnya, bioskop Indonesia menayangkan versi yang mengalami penyensoran, yang mana ada CGI dalam bentuk gaun hitam mini menutupi tubuh telanjangnya Tatlock.
4. Oppenheimer jadi film pertama yang adegan hitam-putihnya direkam menggunakan kamera IMAX
Nolan melakukan proses pengambilan gambar Oppenheimer dengan menggunakan kombinasi kamera IMAX 65 mm dan film berformat besar 65 mm. Sebagai informasi, Oppenheimer ditampilkan dengan dua gaya visual, yaitu visual berwarna dan hitam-putih. Fakta menariknya, Oppenheimer adalah film pertama yang adegan hitam-putihnya diambil menggunakan kamera IMAX, yang dikembangkan oleh Kodak dan FotoKem secara khusus untuk film ini.
5. Oppenheimer jadi film pertama Nolan yang mendapatkan rating “R” sejak Insomnia
Di Indonesia, Oppenheimer mendapatkan rating 13+ karena adegan vulgarnya sudah mengalami penyensoran. Padahal, film ini sebenarnya punya rating “R (Restricted)” atau film untuk penonton usia 18 tahun ke atas karena menampilkan seksualitas, ketelanjangan, dan bahasa kasar. Oppenheimer resmi menjadi film rating “R” pertama Nolan setelah 21 tahun tidak merilis film rating “R”.
Yap, Nolan sebenarnya tidak asing dalam memproduksi film rating “R” apalagi di awal kariernya. Tiga film pertama Nolan dalam kariernya, yaitu Following (1998), Memento (2000), dan Insomnia (2002), semuanya mendapatkan rating “R”. Namun sejak Batman Begins (2005) hingga Tenet, semua filmnya Nolan mendapatkan rating “PG-13”.
6. Nolan sepenuhnya mengandalkan efek visual practical, bukan CGI, untuk adegan Trinity
Nolan memang dikenal sebagai sutradara yang sebisa mungkin meminimalisir penggunaan CGI di filmnya. Nolan bahkan mengklaim Oppenheimer sama sekali tidak menggunakan CGI, termasuk untuk adegan Trinity, momen uji coba peledakan bom atom. Alih-alih menggunakan CGI, Nolan memilih menggunakan efek visual practical dalam pembuatan adegan Trinity.
Nolan dan timnya membangun miniatur kota bergaya 1940-an sebesar mungkin untuk diledakkan menggunakan berbagai campuran bahan kimia. Nolan kemudian menggunakan teknik ilusi optik forced perspective untuk membuat miniaturnya terlihat seperti ukuran normal di kamera.
***
Itulah deretan pencapaian baru yang dilakukan Christopher Nolan untuk penggarapan Oppenheimer. Siapa yang sudah merasakan efek “ledakannya” Nolan di film terbarunya?