Setiap tahunnya, negara-negara di seluruh dunia mengirimkan karya-karya film terbaik untuk berkompetisi dalam nominasi Academy Award for Best International Feature Film atau Film Berbahasa Asing terbaik. Indonesia juga secara rutin mengirimkan film-film terbaik setiap tahun untuk dipertandingkan pada ajang perfilman yang bergengsi tersebut.
Ketatnya persaingan membuat film-film Indonesia yang dikirimkan untuk bertarung di ajang Academy Awards enggak pernah sampai ke babak nominasi. Namun, dikirimkannya film-film ini ke event yang berkelas tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas yang tinggi untuk ukuran film nasional.
Penasaran dengan rekomendasi film yang pernah mewakili tanah ke penghargaan tertinggi film dunia tersebut? KINCIR punya raingkasannya!
Rekomendasi film Indonesia yang pernah mewakili Indonesia di Academy Awards:
Ngeri-Ngeri Sedap (2022)
Ngeri-Ngeri Sedap (Missing Home) adalah sebuah karya seni yang tepat ditonton untuk mengingatkan kita semua betapa pentingnya akar diri kita. Ia mengambil contoh kisah keluarga Purba di dekat Danau Toba. Keluarga ini memiliki empat anak: tiga anak lelaki “jadi orang” di Jawa dengan cara-cara yang berbeda, tetapi enggan pulang karena perbedaan nilai dengan sang Ayah. Sementara itu, anak perempuan mereka, tetap di rumah, menjadi PNS untuk menemani ayah dan ibunya.
Film komedi ini memberikan efek lucu sekaligus mengharukan. Hubungan kompleks ayah yang kolot dengan anak-anak yang modern digambarkan dengan sederhana, sehingga relevan dengan siapa pun termasuk yang enggak berdarah Batak.
Lewat film besutan Bene Dion Rajagukguk ini, kita memahami bahwa siapa pun enggak akan bisa terlepas dari akar budaya dan orang tua mereka. Itu adalah kondisi yang enggak bisa diubah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, orang tua juga harus memiliki penyesuaian dengan modernitas dan anak-anak juga harus mau membangun jembatan itu.
Perempuan Tanah Jahanam (2019)
Joko Anwar sering punya ide gila saat membuat film horor, dan Perempuan Tanah Jahanam adalah salah satu kegilaan sineas yang satu ini.
Bisa dibilang, Perempuan Tanah Jahanam berangkat dari ide yang out of the box. Ceritanya tentang seorang perempuan bernama Maya yang memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya agar dapat menjual warisan. Namun, bukan uang yang ia dapat, tetapi teror. Dukun manipulatif di kampung tersebut membunuh temannya, menjadikannya wayang kulit, dan meneruskan kutukan yang dulu menimpa keluarga Maya.
Ramuan teka-teki dan gore yang kental membuat film ini memberikan impresi creepy bagi penontonnya. Bisa dibilang Perempuan Tanah Jahanam bukan sekadar film horor. Ini adalah film horor yang memuat fantasi sekaligus isu sosial.
Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film yang disutradarai oleh Mouly Surya ini memberikan kesan sunyi dan terasing lewat latar sabana Sumba yang luas dan terik. Di sanalah Marlina, seorang janda yang belum memiliki uang untuk memakamkan sang suami tinggal. Suatu malam, ia didatangi oleh beberapa pria yang merampok dan berniat memerkosanya.
Dengan sedikit trik, ia pun membius para pria itu dan membunuh pemimpinnya. Kepalanya ia penggal dan ia bawa menuju kantor polisi. Di perjalanan, ia bertemu banyak orang termasuk ibu hamil yang membersamainya hingga akhir petualangan.
Marlina, dengan genre baru cowboy satay, berhasil membungkus isu perempuan dengan rapi sekaligus memberikan tontonan yang enggak membosankan dan cerewet.
Turah (2016)
Turah berasal dari Bahasa Jawa yang artinya adalah “sisa”. Berangkat dari istilah tersebut, tokoh utama dalam film tersebut bernama Turah, salah satu warga kampung Tirang, kampung yang berada di sebuah tanah timbul di pesisir pantai utara Tegalsari, Tegal, Jawa Tengah.
Mereka adalah manusia sisa. Manusia-manusia yang diperas keringatnya tanpa mereka sadari oleh juragan tambak Darso. Merasa diberi penghidupan, padahal sistem memaksa mereka menjalani kehidupan enggak layak ini. Kematian anak tinggi di sana hingga istri Turah, Kanthi, enggan punya anak.
Suatu saat, Jadag, seorang warga yang doyan mabuk meneriakkan perlawanan, membangkitkan kesadaran yang dikubur dalam-dalam, walau entah perlawanannya sia-sia atau pun enggak.
Turah adalah potret bagaimana kemiskinan enggak hanya terjadi karena kemalasan, tetapi karena sistem dan bagaimana beberapa pihak justru memanfaatkannya.
Kucumbu Tubuh Indahku (2018)
Film Kucumbu Tubuh Indahku mengambil inspirasi dari budaya penari lengger lanang, pria yang berdandan bak wanita dalam proses seninya. Pria itu direpresentasikan oleh karakter Juno.
Film ini lebih dari sekadar persoalan kesenian atau riasan. Lebih daripada itu, ini adalah kisah peleburan feminisme dan maskulinitas dalam satu tubuh, isu politik, serta isu trauma dan kekerasan.
Peleburan antara budaya, isu politik, gender, dan isu tubuh memberikan daya tarik yang kuat pada film.
Surat dari Praha (2016)
Pada tahun 60-an, beberapa mahasiswa potensial diberangkatkan untuk berkuliah ke luar negeri, tetapi perubahan pemerintahan dari orde lama ke orde baru membuat banyak di antara mereka enggak bisa pulang, kecuali jika turut “menyalahkan” pemerintahan sebelumnya. Itu artinya, mereka seperti berkhianat pada orang yang sudah memberikan mereka kesempatan.
Salah satu mahasiswa tersebut, kini berada di usia senja, adalah Jaya. Jaya enggak bisa pulang ke Indonesia, meninggalkan tunangannya Sulastri. Ketika Sulastri meninggal dunia, Larasati, anaknya diharuskan untuk memberikan sebuah kotak kepada Jaya dan pergi ke Praha. Walau misinya sekadar memberikan, trauma masa lalu menjadikan proses ini sebagai sebuah hal yang rumit.
Surat dari Praha menggabungkan nuansa kenangan yang melankolis dengan keindahan sinematografi di Praha. Seperti surat cinta kepada mantan kekasih yang dipenuhi dengan kenangan dan air mata keharuan.
Kamu bisa menyaksikkan film-film perwakilan Indonesia di ajang Academy Awards secara legal melalui berbagai kanal platform video on demand. Melihat dunia perfilman Indonesia yang semakin variatif dan berkualitas, bukan enggak mungkin suatu saat ada film Indonesia yang berhasil masuk ke dalam nominasi. Apakah kamu setuju?