Para pesohor dunia kerap ditampilkan dengan citra baik. Sehingga, kita sering mengira bahwa mereka adalah orang-orang sempurna tanpa cela. Memang, kesuksesan mereka patut diacungi jempol dan bisa dijadikan inspirasi. Namun, lo harus menyadari bahwa di dunia ini enggak ada manusia yang sempurna, termasuk para tokoh tersebut.
Saking inspiratifnya, enggak jarang para sineas dunia menampilkan para tokoh lewat film biopik. Lo bisa menonton film-film yang diangkat dari kisah mereka. Para sineas enggak cuma menyuguhkan kehebatan para tokoh ternama, tetapi juga membuat mereka tetap terlihat manusiawi. Semua ditunjukkan lewat kekurangan yang mereka miliki.
Berikut lima film biopik yang menunjukkan sisi manusiawi para pesohor dunia.
1. Trumbo (2015)
Dalton Trumbo menjadi panutan buat semua orang yang bener-bener serius menulis. Bukan hanya menulis novel, tetapi juga naskah film komersial. Udah enggak terhitung jumlah tulisan yang di hasilkan seumur hidupnya. Mulai dari novel Nazi Night of Aurochs (1979), sampai film laris berjudul Roman Holiday (1953). Dia meerupakan penulis produktif yang bisa menulis sebuah naskah panjang hanya dalam waktu cepat.
Lewat film Trumbo (2015), lo bisa melihat betapa besarnya perjuangan Trumbo sampai bisa jadi penulis yang ternama. Dia juga pernah menjadi ghostwriter demi menafkahi keluarga. Lo juga bisa melihat kekurangan Trumbo, yaitu dia bisa menjadi seseorang yang egois dan menyebalkan ketika menulis. Dia bakalan marah besar kalau ada orang yang mengganggunya dalam proses kreatif, termasuk keluarganya sendiri.
2. Steve Jobs (2015)
Steve Jobs dikenal sebagai seseorang yang visioner dan jadi teladan banyak orang. Ide-idenya yang cemerlang bikin karyanya bisa lo nikmati saat ini yaitu produk Apple. Tanpa Steve Jobs, bisa jadi enggak ada gawai multifungsi yang bisa memudahkan hidup kita saat ini. Semua nilai positif Steve dalam berbisnis dan berusaha ditampilkan dalam film Steve Jobs (2015).
Meskipun demikian, film tersebut juga ngasih sisi gelap Jobs. Memang, Jobs adalah orang yang rajin, penuh dengan gagasan unik, dan cerdas. Namun, ambisinya tersebut membuat dia jauh dari banyak orang. Sifat dinginnya tersebut diperankan dengan baik oleh Michael Fassbender. Saat lo menonton Steve Jobs, lo bisa merasakan betapa menyebalkannya Jobs.
3. A Beautiful Mind (2001)
Film A Beautiful Mind (2001) bukan film bertema gelap, tetapi juga bukan film bertema ceria. Bercerita tentang kehidupan John Forbes Nash Jr, lo bisa melihat bahwa di balik pikiran yang cemerlang terdapat pula kekurangannya. Kecerdasan yang dimilikinya juga dibarengi dengan penyakit mental skizofrenia. Beruntung Nash memiliki istri yang sabar dan bisa mendukungnya sampai jadi berprestasi.
Lewat film ini, lo bisa lihat betapa Nash doyan sibuk sendiri karena sesuatu yang hanya ada di dalam imajinasinya. Film ini menampilkan Nash sebagai seseorang yang enggak tahu cara bergaul dengan orang lain. Parahnya, dia bertemu sama orang-orang yang sebenarnya enggak ada.
4. Einstein and Eddington (2008)
Siapa yang enggak kenal Einstein? Yap, dia dianggap sebagai ikon manusia pintar selama berabad-abad. Mengingat, berbagai penemuannya sukses mengubah dunia. Einstein juga sesosok ilmuwan yang cinta damai. Namun kesetiaannya terhadap perdamaian enggak sama dengan kesetiaannya dengan cewek. Dia pernah berselingkuh dan hal tersebut digambarkan dengan jelas di awal film.
Film ini cukup padat dan enggak bertele-tele. Durasi yang enggak sampai dua jam, lo bisa melihat ringkasan perjalanan hidup Einstein yang penuh dengan lika-liku. Diperankan oleh Andy Serkis, sosok Einsten diperankan secara apik. Film ini seakan menampilkan sisi baik dan buruknya Einsten secara seimbang dan padat.
5. Raging Bull (1980)
Kalau lo suka dengan dunia tinju, Raging Bull (1980) adalah film yang harus lo tonton. Film ini berkisah tentang Jake La Motta, seorang petinju tenar Amerika Serikat. Menariknya, film garapan Martin Scorcesse ini didominasi oleh warna hitam-putih. Film tersebut menegaskan betapa enggak berwarnanya kehidupan La Motta.
Menurutnya, dunia ini menyebalkan. Makanya, dia selalu pesimis dalam memandang kehidupan. Namun, ada satu bagian film yang berwarna, yakni pas La Motta menikah dengan Vickie, istri keduanya. Sayangnya, setelah itu kembali berwarna hitam-putih. Soalnya, pernikahannya tersebut gagal karena perbedaan antara performanya di atas ring tinju dan di atas ranjang.
***
Nah, kalau lo tiba-tiba rendah diri karena merasa enggak sempurna, lo enggak sendiri. Malah, seseorang yang lo kagumi bisa aja punya sisi gelap yang lebih buruk dari lo. Kayak, tokoh-tokoh di atas yang ditampilkan dalam film biopiknya. Soalnya, seseorang terlihat sempurna karena dia mampu menutupi sisi dirinya yang enggak sempurna tersebut. Nah, sudahkah lo menutupi ketidaksempurnaan lo dengan mengembangkan potensi diri?