Episode terakhir dari Andor musim tayang pertama ini seolah ingin menegaskan kepada penonton bahwa mereka enggak akan mendapatkan penyelesaian hanya dengan menontonnya. Itu artinya, penonton harus menunggu musim tayang kedua supaya bisa mengetahui apa yang akan terjadi, bagaimana nasib Andor, keputusan hidupnya, hingga apa yang terjadi pada kekaisaran.
Ya, inilah formula sama pada setiap serial, yang mungkin terlalu membosankan tetapi masih efektif dipakai. Tujuannya sudah jelas, yaitu supaya penggemar setia menanti dan menonton musim tayang berikutnya. Dan, Andor menggunakannya secara baik.
Kisah pada episode ini dibuka dengan kedatangan Dedra ke Ferrix, ditemani oleh Corv, untuk mengecek prosesi pemakaman. Dalam adegan ini, memang terlihat sekali dominasi dan keangkuhan Dedra, yang merasa punya power termasuk terhadap penduduk di Ferrix. Untungnya, mereka diperbolehkan memperbanyak jumlah orang yang dihadirkan di pemakaman, dari 30 jadi 40 orang.
Tentu saja, kedatangan Dedra ke sana memiliki maksud tertentu. Ya, ia berharap bahwa Cassian Andor datang ke sana dan dia dapat menangkapnya hidup-hidup; mungkin agar dapat diinterogasi dan pemberontakan bisa diberantas sampai ke akar.
Review serial Andor episode 12
Pemberontakan semakin nyata
Kematian Marvaa bukan sekadar kematian. Tidur abadinya rupanya adalah pemantik untuk membangunkan semangat dan keberanian para putra Ferrix yang dikubur dalam-dalam. Prosesi pemakaman Marvaa memang dijaga ketat oleh Imperial, oleh stormtrooper dan segenap pasukan lainnya yang memiliki senjata dan tameng canggih.
Semua itu bertujuan untuk menjaga agar hal-hal bisa dikendalikan, dan tentu saja agar bisa menangkap Cassian Andor. Apakah maksud mereka berhasil?
Hologram Marvaa, yang diproyeksikan oleh B2EMO, memberikan pidato tentang penyesalannya mengapa selama ini ia enggak memulai lebih cepat. Semestinya dari dulu ia terbangun, untuk melakukan perlawanan bagi Imperial, untuk menggali keberanian di dalam dirinya.
Orasi hologram ini membangkitkan api para putra Ferrix, sekaligus menakuti Imperial. B2EMO pun segera dibungkus agar para masyarakat Ferrix enggak mendengar lebih jauh orasi ini. Namun, semuanya terlambat. Kerusuhan pun terjadi dan lonceng sudah berbunyi.
Korban berjatuhan dari kedua belah pihak dan kekacauan pun tak terhindarkan. Sementara itu, diam-diam, Cinta menusuk Corv hingga meninggal dunia. Dedra juga hampir saja dibunuh di tempat. Untungnya, Syril mebawanya ke tempat aman tanpa ketahuan.
Walaupun berlangsung sebentar, tetapi adegan penyelamatan Syril ini bisa menjadi awal dari hal menarik: romance. Selama ini, kita tahu bahwa ibu Syril memang hobi gaslighting dan kurang mengakui kemampuan anaknya.
Ini membuat Syril kurang percaya diri. Sedikit kepercayaan yang pernah diberikan Dedra Meero kepada dirinya nampaknya membuat Syril berempati, bahkan mungkin suka. Bahkan, pada beberapa episode sebelumnya, Syril mencegat Dedra Meero, mengatakan bahwa ia membuatnya bersemangat dalam mendedikasikan diri terhadap Empire.
Sifat keras Dedra Meero mungkin sedikit mengingatkannya pada sang ibu, yang walau kurang ia sukai, tetapi sudah membuatnya terbiasa sejak kecil. Kita sangat menanti sisi manusiawi Meero terlihat bersama Syril.
Win-Win solution untuk semua
Banyak pertanyaan yang memang belum terjawab hingga akhir musim tayang pertama. Mulai dari bagaimana Mothma akan berstrategi hingga apa yang akan Andor lakukan dan bagaimana langkah Meero selanjutnya. Namun, musim tayang ini ditutup oleh resolusi yang memuaskan.
Andor berhasil kabur untuk menemui Luthen yang pada akhirnya menyambutnya dengan senyum puas. Adegan ini menandakan sebuah selamat datang pada pemberontakan yang lebih serius, bukan cuma bayaran apalagi main-main.
Bix sendiri diselamatkan Andor setelah ia hampir gila karena disekap sekaligus disiksa oleh Kekaisaran, kemudian terbang bersama penyintas lain Ferrix. “Cassian akan menemukan kita”, itu yang dikatakan Bix dengan lirih. Sebuah adegan yang menenangkan setelah kerusuhan intens.
Bagaimana dengan Mothma? Ia mendapatkan penyelesaiannya sendiri, walaupun nampaknya penuh keterpaksaan. Mon Mothma, berpura-pura mengalami masalah perjudian, untuk berjaga-jaga jika ada “mata-mata” dan untuk menutupi uang family trust yang digunakan untuk membiayai pemberontakan. Ternyata, mata-matanya adalah supirnya sendiri.
Menjelang akhir episode, Mon Mothma dan suaminya terlihat mengantarkan sang anak ke Davo Sculdun, istri, dan anaknya. Perjodohan itu terjadi, mungkin memang sudah enggak ada cara lain yang dapat ditempuh oleh Mon Mothma.
Akhir yang menenangkan, after-credit scene yang layak ditunggu
Andor memilih adegan demi adegan yang tepat untuk dirangkai ke dalam episode terakhirnya. Tidak berlebihan, tetapi memuaskan. Banyak pertanyaan terjawab, tetapi banyak pernyataan bermunculan.
Episode terakhir ini singkat, tetapi menarik. Kita akan dibuat terharu saat hologram Maarva meneriakkan “Fight the Empire” lalu melihat optimisme Bix melihat masa depan. Kita akan dibuat tenang melihat senyum Luthen di akhir, sekaligus saat Mothma menemukan solusi dari permasalahannya –meski bukan itu yang sepenuhnya ia inginkan–.
Tidak banyak hal yang bikin kita gusar, tapi banyak hal juga yang bikin kita enggak sabar. Andor adalah serial yang brilian mengajak para penonton untuk menutup kisah sekaligus menanti kisah baru tentang pemberontakan, kerja sama, dan asmara.
***
Oh ya, jangan langsung matikan channel Disney + saat kamu menyelesaikan adegan Andor-Luthen. Soalnya ada adegan post-credit yang ada hubungannya dengan Death Star. Seperti apa? Tonton sendiri untuk cari tahu!
Jangan lupa juga untuk pantau terus KINCIR agar kamu enggak ketinggalan review serial lainnya, ya!