Setelah absen pada 2020, forum pasar film (film market) Akatara menghelat tahun kelimanya secara offline (29/3). Kurang lebih ada sekitar 50 proyek film yang ikut serta, mulai dari film panjang, film pendek, dokumenter, animasi, dan serial. Berlangsung selama dua hari pada 29-30 Maret, sekitar 60 calon investor dan kolaborator sudah bergabung dan meramaikan picthing forum.
“Tahun lalu kami menerima sekitar 300 proposal film yang kemudian terkurasi menjadi 50 proyek film yang ikut serta pada tahun ini. Kami berharap Akatara dapat memenuhi kebutuhan industri film dan konten audio visual, dan menampilkan keunggulan bangsa,” jelas Direktur Program Akatara 2022 Vivian Idris dalam sambutannya, di The Westin Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, (29/3).
Dalam acara ini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyoroti soal upaya membangkitkan kembali industri perfilman Indonesia yang terpuruk akibat pandemi. Menurutnya, memperbaiki ekosistem perfilman menjadi tanggung jawab semua insan.
“Bukan saja menjadi penghubung antara sineas dan investor. Akatara juga bisa mengembangkan perfilman dengan menciptakan akses pembiayaan. Ke depan, kita akan melihat film-film yang sukses, yang dipertemukan lewat Akatara, seperti Keluarga Cemara, atau Nyanyian Akar Rumput,” kata Sandi.
Ia menambahkan, sebaiknya kita tidak hanya berfokus dalam menciptakan film-film bagus, tetapi juga laku di pasar dan bisa bersaing di skala global.
“Ini adalah bagian dari pemulihan tata kelola dan ekonomi baru pasca-pandemi. Dengan pembiayaan film yang lebih berkelanjutan, dan film yang lebih berdampak sosial. Dan tentunya mendukung isu seperti keberlanjutan lingkungan, women empowerment, gender equality, dan sebagainya. Menurut saya film-film seperti itu yang akan menjadi identitas bangsa dan akan mengubah perilaku kita pasca-pandemi,” tutupnya.
Akatara merupakan program Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang bekerja sama dengan Badan Perfilman Indonesia (BPI). Tujuan program ini adalah memberikan fasilitas pembiayaan dan memberikan kesempatan bagi para pembuat film untuk mendapat akses permodalan serta mengembangkan eksositem perfilman di Indonesia.