*Spoiler Alert: Artikel ini mengandung bocoran film Chaos Walking yang bisa saja mengganggu buat kalian yang belum menonton.
Film Chaos Walking bisa dibilang jadi salah satu tontonan pemacu adrenalin. Dibintangi oleh Tom Holland dan Daisy Ridley, film ini merupakan adaptasi buku pertama dari trilogi Chaos Walking karya Patrick Ness. Seri bukunya saja memenangkan penghargaan Guardian Award, James Tiptree Jr. Award, dan Costa Children’s Book Award. Makanya, tak heran jika film ini jadi salah satu yang ditunggu tahun ini.
Sinopsis Chaos Walking bercerita tentang Dunia Baru (New World) yang berlatar pada 2257. Dari Bumi, mencapai planet tersebut membutuhkan waktu 64 tahun. Kloter pertama yang tiba di New World membentuk satu komunitas bernama Prentisstown. Uniknya, para laki-laki yang hadir di New World tak bisa menyembunyikan pikiran dan isi hatinya yang berwujud suara. Wujud dari pikiran mereka disebut dengan Noise.
Todd Hewitt (Tom Holland) menjadi warga Prentisstown yang sulit menyembunyikan pikirannya. Pikirannya makin kacau ketika bertemu dengan rongsokan kapal luar angkasa yang jatuh dekat di desanya. Terlebih, dia baru pertama kali bertemu wanita, yakni Viola (Daisy Ridley) seumur hidupnya. Mengingat, seluruh wanita warga Prentisstown dibunuh dengan sebab yang misterius.
Kira-kira, berhasilkah Todd menyembunyikan pikirannya dan menyelamatkan Viola? Kalian bisa nonton film Chaos Walking di bioskop XXI mulai 8 April 2020. Berikut, simak review film Chaos Walking versi KINCIR.
Tom Holland yang Mengingatkan Kita pada Peran Lainnya
Selain premis yang menarik, adu akting antara Tom Holland dan Daisy Ridley menjadi salah satu daya tarik film. Pemilihan Tom Holland oleh sutradara Doug Liman bisa dibilang tepat dengan premis film ini. Noise yang jadi tantangan semua orang, termasuk Todd, membuatnya tak lepas dari sosok Tom Holland.
Tom Holland tetap jadi Tom Holland seperti di MCU sebagai Peter Parker atau di film Spies in Disguise (2019). Sebagai Todd, dia tetap jadi pria muda yang penuh rasa ingin tahu, masih mencari jati diri, ceroboh, butuh pengakuan, tapi juga berani dan tahan banting.
Sebenarnya, dipilihnya Holland di film ini bagaikan dua sisi mata uang. Satu sisi, peran Todd dan konsep Noise, cocok diperankan Holland yang ekspresif. Namun di sisi lain, perannya jadi kurang ikonis karena begitulah persona Holland di beberapa film populernya. Bahkan, saat nonton trailer sebelum tahu judulnya, KINCIR menyangka ini film Uncharted (2021) karena sekuens aksinya.
Hal menariknya, Tom Holland nyatanya mengerahkan totalitasnya untuk film Chaos Walking. Dia diminta untuk menumbuhkan rambut wajah sebanyak yang dia bisa untuk perannya. Sayangnya, dalam kurun waktu lima minggu, yang bisa dia tumbuhkan hanyalah kumis tipis yang hampir tidak terlihat jika tampil di kamera.
Kemudian, dia sempat mengalami patah hidung setelah wajahnya ditinju oleh seorang stuntman saat adegan perkelahian. Dia juga pingsan saat harus menahan napas di bawah air. Bahkan, dia melewatkan penayangan perdana Avengers: Endgame (2019) karena sibuk melakukan reshoot untuk Chaos Walking.
Mengingat, film ini awalnya dijadwalkan untuk rilis pada 1 Maret 2019 tetapi diundur ke 2020, karena reshoot besar-besaran, dan diundur kembali ke 2021. Sebagai informasi, dari reshoot yang dilakukan pada April 2019, mengeluarkan biaya 15 juta dolar (sekitar Rp219 miliar).
Dimeriahkan Nama-nama Besar Hollywood
Nah, aktingnya Tom Holland makin bersinar ketika beradu akting dengan Daisy Ridley sebagai Viola, gadis Bumi yang baru ditemuinya. Adu akting keduanya membuat suasana film berdurasi 129 menit ini terasa film-film Inggris, karena logat British keduanya yang kental dan seksi. Memang, keduanya memang lahir dan besar di Inggris.
Daisy Ridley pun sama memukaunya. Dia mengenakan wig pirang untuk karakternya. Ekspresi garangnya atas rasa ketidakpercayaan pada laki-laki Prentisstown tersurat dari wajahnya hingga akhir. Peran ini mengingatkan KINCIR pada sosok Rey Skywalker di Star Wars Saga yang juga dibintanginya. Sebagai Viola, dia juga dibekali fisik yang kuat, tahan banting, jago menggunakan senjata, dan sayangnya tidak bisa berenang.
Selain Ridley, ada Mads Mikkelsen sebagai walikota Prentisstown yang memiliki rahasia atas kotanya tersebut. Karakternya yang intimidatif mengingatkan kita pada sosok Kaecilius di Doctor Strange (2016). Patut kita tunggu lagi aksi terbarunya di film Fantastic Beasts and Where to Find Them 3 (2022) sebagai Gellert Grindelwald gantikan Johnny Deep.
Kemudian, ada Nick Jonas sebagai Davy Prentiss, anak dari walikota Prentisstown yang membenci Todd, karena sang ayah lebih menyayangi Todd dibanding dirinya. Sebagai Davy, Nick juga berlaku ceroboh dan ingin diakui, tapi kerap menempuh cara-cara yang licik. Untuk menjadi Davy, Nick Jonas menghabiskan tujuh bulan untuk menyempurnakan aksen Southern-nya untuk peran tersebut.
Ada pula Cynthia Erivo, aktor asal London yang dapat dua nominasi Oscar 2020 lewat Harriet (2019). Erivo di Chaos Walking berperan sebagai Hildy, wanita kuat yang menginspirasi, tapi sayang hanya sedikit durasi.
Dimeriahkan pula oleh Demián Bichir, aktor nominasi Oscar 2011 yang berperan sebagai Ben Hewitt, ayah dari Todd. Meski hubungan keduanya bukan ideal sebagai ayah dan anak, pengorbanan karakternya cukup memberi bumbu haru dalam film ini.
Fiksi Ilmiah dan Adventure yang Minim Romansa
Buat yang berharap ada romansa antara Todd dan Viola, tampaknya harus menurunkan ekspektasi, deh. Keduanya memang kerap satu layar dalam banyak durasi. Namun, Doug Liman memang tak tergesa-gesa memasukkan unsur romansa remaja dalam film ini.
Meski begitu, ada hal janggal. Noise milik Todd yang sempat menunjukkan adegan ciuman dengan Viola, tampak kurang masuk akal. Todd belum pernah melihat seorang wanita, tidak ada film atau buku yang memberi contoh soal ciuman seumur hidupnya di dunia tersebut. Lalu, bagaimana Todd bisa tahu tentang berciuman? Ya, mungkin adegan tersebut dimaksudkan sebagai bumbu romansa, tapi malah janggal.
Premis Menarik yang Sia-sia
Membaca sinopsis film Chaos Walking dan nonton trailernya, udah bikin penasaran mengenai jalan ceritanya. Bagaimana tidak, premis mengenai dunia distopia di mana para laki-laki dapat mendengar pikiran satu sama lain menjadi hal yang misterius dan menarik untuk diselami.
Sayangnya, film ini hanya fokus pada kedua karakter utama, dan tak lebih dari sekadar bertahan hidup. Terlebih pada Todd Hewitt yang berusaha melindungi sang gadis yang baru ditemuinya tersebut. Padahal, banyak misteri yang bisa diceritakan, seperti Spackle atau mengenai stereotip bahwa laki-laki tak boleh menangis, dan sebagainya.
Adegan aksi yang ditampilkan juga kurang membekas. Bisa jadi, film Chaos Walking ini hanya sebagai awalan dari sekuel-sekuel yang akan dihadirkan Doug Liman dengan trilogi novel tersebut. Jika benar, patut ditunggu jawaban atas berbagai misteri dalam Dunia Baru, seperti alasan penduduk Bumi datang, asal-usul komunitas Prentisstown dan Spackle, ketertarikan antara Todd dan Viola, dan masih banyak lagi.
Namun, jika rencana tersebut tidak ada, Chaos Walking yang berdiri sendiri tampaknya akan bernasib seperti In the Heart of the Sea (2015) atau The Lost City of Z (2016), yakni sebagai film Tom Holland yang terlupakan. Namun, agak serba salah juga jika Chaos Walking ada sekuelnya, mengingat film adaptasi novel dengan latar dunia distopia sudah bukan trennya lagi.
***
Secara garis besar, film Chaos Walking bisa memuaskan penggemar Tom Holland, pencinta adaptasi novel young adult, dan penyuka kisah-kisah distopia. Visual dan scoring-nya hampir tak ada cela, karena berhasil hadirkan ketegangan dan misteri mengenai dunia lain.
Film Chaos Walking sudah tayang di bioskop XXI mulai 8 April. Buat yang sudah nonton, bagikan pendapatmu di kolom review yang ada di awal artikel ini, ya!