Kondisi pandemi COVID-19 yang masih melanda ini memang menyulitkan banyak pihak, bahkan sampai ke ranah esports. Tidak sedikit dampak yang dihasilkan dari adanya virus mematikan tersebut, dari sejumlah pemain yang positif mengidap COVID-19, hingga beberapa tim yang akhirnya memilih untuk bubar jalan karena minimnya pendapatan.
Salah satunya adalah tim asal Asia Tenggara, yaitu Reality Rift. Sang CEO, Ilya Vlasov mengumumkan pembubaran tim bentukannya melalui cuitan di Twitter. Selain itu, dirinya juga memberikan beberapa alasan yang menyertai disban Reality Rift di awal bulan September 2020 tersebut.
Dalam blog resminya, secara garis besar Reality Rift begitu kesulitan di masa pandemi ini. Tiga alasan yang diberikan adalah kesulitan untuk latihan karena beberapa pemain belum bisa datang ke GH. Hal ini sangat berpengaruh ketika melakukan evaluasi permainan, serta harmonisasi pemain tidak bisa maksimal, seperti yang kita lihat di pertandingan bahwa Reality Rift belum begitu solid dari segi pemain.
Why we shut down Reality Rift Dota2
Read: https://t.co/j90xHXnU83
— Ilya Vlasov (@isvlasov) September 1, 2020
Sektor bisnis di organisasi Reality Rift tidak berjalan dengan mulus dan mengakibatkan kurangnya profit terhadap perusahaan. Pasalnya, dari segi pendapatan turnamen hingga merchandise tidak lagi menjadi sokongan dana untuk tim tersebut. Penjualan pun menurun drastis sedangkan para pemain dan juga beban pemberian gaji terhadap pemain.
Kedua poin ini sangat krusial bagi kelancaran bisnis untuk organisasi esports. Pasalnya, ketika para atlet tidak lagi menampilkan performa maksimal, tentunya peluang untuk mendapatkan gelar juara semakin minim. Hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan yang kian hari kian menurun, sehingga pihak manajemen kesulitan untuk menggaji pemain.
Tidak sampai di situ, alasan ketiga adalah kurangnya motivasi Valve untuk memberikan solusi atas diberhentikannya Dota Pro Circuit. Vlasov berpendapat bahwa Valve tersebut minim effort untuk menstabilkan skena esports Dota 2. Menurut sang CEO, kondisi tidak adanya DPC harus dibenahi segera dan solusi Valve saat ini belum bisa membuat skena kompeititif Dota 2 berjalan lancar.
Dari ketiga alasan krusial ini, akhirnya Reality Rift resmi dibubarkan. Para pemain, yaitu Hustla, NutZ, Drew, Kyxy, dan AlaCrity pun berstatus free agent saat ini. Semoga saja, kasus yang menimpa Reality Rift tidak menyebar ke tim-tim lain yang sedang berusaha bertahan di masa pandemi. Solusi dari Valve pun bisa kembali menyejahterakan para penggiat esports Dota 2.
Bagaimana menurut kalian tentang bubarnya Reality Rit? Silakan tuang pedapat kalian di kolom komentar, ya! Jangan lupa untuk terus pantau KINCIR agar kalian tidak ketinggalan berita terbaru seputar esports dan game lainnya.