Ajang Golden Globe 2020 resmi digelar di Los Angeles, Amerika Serikat (6/1). Pada acara penghargaan terhadap dunia perfilman dan serial yang ke-77 tersebut, terdapat banyak kejutan yang terjadi di dalamnya. Salah satunya datang dari kategori “Best Animated Feature” yang dimenangkan oleh film animasi karya Chris Butler, yakni Missing Link (2019).
Kemenangan Missing Link benar-benar menyebabkan kehebohan di media sosial. Pasalnya, film produksi Laika ini bersaing dengan film-film Box Office garapan Disney, seperti Toy Story 4 (2019), Frozen II (2019), dan The Lion King (2019). Ditambah, film laris Dreamworks, yakni How to Train Your Dragon: The Hidden World (2019). Makanya, banyak yang heran dan terkejut karena Missing Link mampu mengalahkan film-film Disney tersebut.
Nah, di bawah ini KINCIR akan membahas lima alasan kenapa Missing Link lebih layak menang penghargaan Golden Globe dibanding film animasi lainnya. Yuk, simak!
1. Dibuat oleh Studio Animasi Ternama di Amerika Serikat
Dok. Laika
Alasan pertama yang bikin publik heran atas kemenangan Missing Link, karena film tersebut mampu mengalahkan film dari perusahaan besar seperti Disney dan Dreamworks. Padahal, sebenarnya film ini juga dibuat oleh salah satu studio animasi yang sudah ternama, yakni Laika. Perusahaan yang udah berdiri sejak 2005 ini spesialisasi di bidang animasi stop motion.
Selain Missing Link, sejumlah film produksi Laika juga udah jadi langganan nominasi di ajang perfilman bergengsi dan pernah beberapa kali menang penghargaan, lho. Contohnya, Coraline (2009) yang meraih dua piala di Annie Awards 2009 dan juga Kubo and the Two Strings (2016) pada ajang British Academy Film Awards.
Selain itu, perusahaan animasi asal Amerika Serikat ini juga udah beberapa kali membuat iklan produk untuk perusahaan-perusahaan ternama, seperti Apple Inc., ESPN, dan juga Coca-Cola.
2. Menggunakan Konsep Stop Motion
Dok. Laika
Berbeda dengan kebanyakan film animasi buatan Disney lainnya, Missing Link menghadirkan film animasi dengan konsep stop motion. Konsep ini merupakan sebuah teknik animasi yang mengharuskan pembuatnya mengubah gerakan dari sebuah objek mati secara berkala sehingga objek tersebut terkesan bergerak di video. Maka dari itu, produksi sebuah film stop motion umumnya akan memakan waktu yang cukup lama.
Melihat dari proses pembuatannya, enggak mengherankan jika Missing Link layak untuk memenangkan kategori “Best Animated Feature”. Sebab, dibutuhkan usaha yang lebih banyak untuk membuat sebuah film stop motion dibandingkan film animasi Disney yang ada di kategori yang sama. Namun, Disney juga pernah membuat film stop motion juga, lho, seperti The Nightmare Before Christmas (1993) yang menjadi salah satu film klasik Disney.
3. Para Aktor Terkenal Jadi Pengisi Suara
Seperti kebanyakan film animasi lainnya, sosok pengisi suara bisa menjadi salah satu patokan apakah film tersebut akan mendapat perhatian yang lebih dari masyarakat atau enggak. Biasanya, jika film tersebut diisi oleh suara aktor terkenal, bisa jadi laris di pasaran, atau jadi nomine di ajang penghargaan, termasuk Missing Link.
Aktor dan aktris terkenal dalam film superhero Amerika seperti Hugh Jackman dan Zoe Saldana turut bergabung dalam jajaran pengisi suara Missing Link. Aktris senior Emma Thompson yang udah memenangkan segudang penghargaan seperti Academy Awards pun ikut mengisi suara sebagai Tetua Yeti.
Selain itu, kalian juga disuguhkan dengan suara dari aktor sekaligus komedian Zach Galifianakis sebagai tokoh utama, yakni Mr. Susan Link yang merupakan sosok Bigfoot.
4. Stop Motion dengan Warna Realistis
Dok. Laika
Unsur sinematografi bisa dibilang menjadi salah satu poin penting dalam membuat sebuah film, baik itu animasi ataupun live action. Hal ini pun menjadi salah satu fokus terbesar dalam produksi film Missing Link. Dari segala aspek benar-benar diperhatikan, mulai dari desain set sampai kostum karakter.
Lewat film ini, kalian bakal disuguhkan dengan visual-visual yang penuh dengan warna. Pemandangan dari Pegunungan Himalaya serta suasana era 1886 akan terasa lebih nyata dengan warna-warna yang disajikan di film ini. Enggak cuma di filmnya aja, Missing Link juga menjadi “warna” yang baru di kategori “Best Animated Feature” Golden Globe 2020.
5. Kerumitan Bikin Boneka “Berakting”
Evaluasi dari Coraline, Laika membuat para bonekanya hidup dengan “akting” yang natural lewat ekspresi yang ditampilkan. Bahkan, Laika sampai mencetak 106 ekspresi wajah untuk film selama 1 jam 33 menit ini.
Rata-rata, untuk membuat satu detik adegan, sampai mengganti 24 wajah karakter. Yap, teknik ini disebut replacement animation, pengambilan gambar boneka yang memakai satu wajah dan kemudian menukar wajah lain dengan ekspresi yang sedikit berbeda.
Dalam pembuatan film stop motion, animator dengan hati-hati membuat pose karakter, lalu mengambil foto, menggerakkan sedikit, mengambil foto lainnya, dan mengulangi langkah tersebut. Ketika semua gambar ditampilkan secara berurutan, objek-objek tersebut tampak bergerak secara natural. Dengan formula baru yang diterapkan Laika ini membuat Brian McLean bangga bahwa enggak ada film animasi stop motion yang secanggih Missing Link.
***
Nah, itulah sejumlah alasan mengapa Missing Link yang menjadi underdog di Golden Globe 2020 lebih layak menang dibandingkan film-film Disney. Apakah kalian setuju dengan poin-poin di atas?
Atau mungkin kalian punya pendapat yang lain? Yuk, tulis komentar kalian di bawah dan pantengin terus KINCIR buat kabar terbaru seputar film lainnya, ya!