Strategi Marvelous memasukkan Doraemon, Noby (Nobita), Sue (Shizuka), Sneetch (Suneo), dan Big G (Giant) ke dalam game Story of Seasons bisa dikatakan cukup berhasil. Meski game Doraemon Story of Seasons versi bahasa Inggris telah hadir di Indonesia, butuh usaha yang keras untuk menemukan game ini dalam versi fisik. Soalnya, anime Doraemon yang sudah dikenal baik di Indonesia sejak era 1990-an silam bikin game crossover satu ini laku keras.
Dalam game yang pertama dirilis di Jepang pada 13 Juni 2019 ini, Nobita disulap menjadi anak yang jauh lebih rajin dibandingkan versi animenya. Kalian juga bisa mendapatkan pengalaman bermain sebuah game berkebun khas Story of Seasons (Harvest Moon) yang sedikit berbeda. Namun, jangan langsung mengira game ini punya nilai yang sempurna.
KINCIR pun coba memainkan Doraemon Story of Seasons dan mengulasnya. Coba simak dulu penilaian di bawah ini sebelum kalian memutuskan untuk membelinya atau enggak!
Cerita dan Tutorial yang Panjang
Game ini dirilis buat Nintendo Switch dan PC. Mungkin ada sebuah alasan pada perilisan awalnya Doraemon Story of Seasons enggak dihadirkan dalam konsol game konvensional, seperti PS4 dan Xbox One. Kalian perlu memberikan banyak waktu buat memainkan game ini. Jadi, butuh waktu dan tempat yang terbatas dengan Switch dan laptop.
Kisah diawali dari liburan musim panas Nobita yang tetap diisi dengan kemalasannya. Suatu waktu, Nobita bersama teman-temannya menemukan sebuah bibit tanaman dan langsung menanamnya di bukit belakang sekolah. Rindu dengan tempat ini?
Tanaman tersebut berubah jadi sebuah pohon besar yang membawa badai dahsyat. Nobita dan kawan-kawan tersedot ke sebuah lubang hitam besar yang membawa mereka ke sebuah tempat asing. Di sana, mereka harus bekerja apa pun. Nobita, sang karakter utama, mendapat jatah mengelola kebun dan peternakan, hal yang bikin cerita di sini jadi masuk akal.
Kalian harus melakukan tutorial cara mencangkul, menyiram, dan memanen sebelum melakukannya sendiri. Semua cerita dan tutorial di awal game memakan waktu lebih dari 60 menit. Jadi, siapkan waktu yang panjang untuk mulai bermain!
Gameplay dengan Formula Klise tapi Bikin Nostalgia
Doraemon Story of Seasons sebenarnya punya gameplay yang membosankan dan jadi hal yang biasa di seri game ini. Inti dari game Story of Seasons adalah berkebun dan kalian harus melakukan semuanya dari awal: mencangkul, menanam bibit, memberikan pupuk, menyiramnya sampai menunggu panen. Kalian harus melakukan semua itu per petak.
Kalian juga harus bikin Nobita beternak, memancing, menambang, dan pastinya bersosialisasi dengan warga sekitar. Formula ala Harvest Moon ini jadi aktivitas wajib yang memang harus dilakukan. Enggak ada tambahan berarti pada kegiatan dalam game ini.
Kabar bagusnya, semua yang ada di seri game ini mirip 90% dengan game Harvest Moon: Back to Nature. Buat yang dulu main game ini, kalian bisa bernostalgia dengan seri game rilisan terbaru ini. Tingkat keribetan yang dibawa dalam seri yang satu ini enggak terlalu bikin pusing, kok.
Hanya saja, kalian perlu memperhatikan stamina Nobita yang akan berkurang setelah dia melakukan sebuah aktivitas. Jika stamina tersebut habis, dia akan pingsan dan terbangun di rumah sakit. Hal itu tentu akan bikin kalian rugi satu hari buat beraktivitas.
Buat jaga stamina, Nobita bisa tidur di mana saja atau menyantap makanan. Bisa juga membeli vitamin penguat di rumah sakit jika memang kalian mau bikin Nobita kerja keras bagai kuda.
Penggambaran Karakter Ikonis yang Biasa Saja
Bagian terburuk dari game ini adalah ekspresi dari para karakternya. Harapannya, para gamers yang memainkan Doraemon Story of Seasons bisa melihat para karakter layaknya menonton animenya. Mungkin kalian mau melihat karakter Nobita yang lebih ekspresif saat memohon sebuah alat dari Doraemon.
Sayangnya, sang developer cuma menambahkan bubble supaya kalian tahu perasaan dari karakternya pas ngomong sesuatu. Untuk versi karakter 3-D, kalian cuma akan dapat ekspresi datar sepanjang game apa pun yang mereka sedang bicarakan dan rasakan. Seharusnya, hal ini bisa lebih ditingkatkan terlebih untuk sebuah seri game yang sudah berjaya lebih dari 20 tahun.
Untungnya, kalian dikasih suara karakter yang ikonis yang sama dengan versi anime. Walaupun cuma satu dua kata saja yang diucapkan, seengaknya cukup bikin kalian percaya bahwa mereka benar-benar berasal dari anime Doraemon yang tersohor itu.
Satu hal yang bikin kalian wajib main game yang diterbitkan Bandai Namco Entertainment ini adalah grafisnya yang dibuat dengan gaya cat air. Sentuhan halus yang memanjakan mata jadi alasan yang bagus untuk bikin kalian rela membayar dan memiliki game ini.
Map Luas yang Sedikit Bikin Pusing
Butuh waktu yang panjang buat menghafal map dalam game ini. Masalahnya, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi dan punya cerita masing-masing di sana. Terlebih lagi, jalan untuk pergi ke setiap tempat cukup berkelok yang bikin kalian sedikit pusing pas mau mengunjungi satu tempat dan pulang ke perkebunan milik Nobita.
Ya, kalian akan dikasih papan penunjuk di tempat-tempat jalan terbagi menjadi dua atau tiga rute. Namun, tetap saja butuh lebih dari beberapa jam—mungkin beberapa kali memainkannya—untuk bisa menghafal seluruh tempat di sana.
Beruntungnya, map yang dikembangkan dalam game ini cukup membantu untuk mencari orang. Kalian bisa mendapatkan informasi tentang lokasi setiap orang berada karena mereka akan pindah tempat di hari dan jam yang berbeda. Jadi, kalian enggak main tebak-tebakan untuk menemui karakter lain.
***
Dirilis secara global sejak 11 Oktober 2019, game ini memang enggak bisa dapat nilai sempurna. Namun, Doraemon Story of Seasons jadi salah satu game yang wajib dimiliki oleh para pemilik Nintendo Switch atau game PC tahun ini. Bernostalgia dengan Doraemon dan Nobita mungkin jadi alasan bagus untuk menghabiskan waktu lama memainkan game ini.
Nah, apa pendapat kalian soal Doraemon Story of Seasons? Kalau belum puas, jangan lupa juga lihat ulasan game seru lainnya hanya di KINCIR, ya!