*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya.
Terakhir kali membesut The Hateful Eight pada 2015 lalu, Quentin Tarantino kembali menggebrak panggung dunia lewat Once Upon a Time in… Hollywood. Film keluaran Sony Pictures ini mengusung nama-nama artis Hollywood yang bikin ‘ngeri’, beberapa di antaranya adalah Leonardo DiCaprio, Brad Pitt, dan Margot Robbie.
Boleh dibilang, film ini merupakan surat cinta Tarantino ke Hollywood yang ia sayang. Banyak referensi budaya pop Hollywood yang hadir. Namun, seperti yang sudah diprediksi, penonton generasi milenial perlu browsing untuk bisa mengerti lebih jauh tentang elemen-elemen di Once Upon a Time in… Hollywood.
Tanpa perlu berlama, langsung aja kalian intip ulasan yang udah KINCIR rangkum di bawah tentang film Once Upon a Time in… Hollywood.
Upaya Rick Dalton untuk Kembalikan Masa Jaya
Rick Dalton (Leonardo DiCaprio) adalah seorang aktor yang udah lama malang melintang di industri TV Hollywood. Ditemani oleh sahabat sekaligus pemeran penggantinya, Cliff Botth (Brad Pitt), sang protagonis berusaha untuk mengembalikan kejayaan yang berangsur pudar.
Dalam satu kesempatan, Dalton bertemu dengan Marvin Schwarzs (Al Pacino) yang menawarkan kesempatan untuk membintangi serial koboi produksi sineas Italia. Sempat ragu, akhirnya Dalton memutuskan untuk bergabung.
Hampir separuh cerita, kalian akan disuguhi dinamika Dalton dan Booth dalam keseharian. Bagaimana cara Dalton untuk bisa kembali tancapkan diri di industri seni peran. Sementara itu, ada juga suguhan kilas balik dari Booth, yang pernah adu jotos dengan Bruce Lee (Mike Moh).
Di sisi lain, ada sosok Sharon Tate (Margot Robbie) yang selalu tampil bersinar. Maksudnya di sini, Tate berhasil meraih atensi dalam setiap momen yang sedang dijalani. Baik ketika asyik berdansa di Playboy Mansion atau saat nonton film yang dibintangi olehnya di dalam bioskop. Karakter satu ini dipenuhi dengan aura positif dan bisa dengan cepat memikat penonton.
Penuh dengan Referensi Hollywood Zaman Dulu
Di film ini, Tarantino berhasil menggambarkan situasi Hollywood di era’60-an. Dipenuhi dengan kalangan hippie serta menghadirkan sosok yang tenar di zaman itu. Selain penampilan Bruce Lee sebagai cameo, ada juga sosok Steve McQueen (Damian Lewis), George Spahn (Bruce Dern), serta Charles ‘Tex’ Watson (Austin Butler).
Dua nama terakhir memiliki peran besar dalam tragedi yang menewaskan Sharon Tate di dunia nyata pada 9 Agustus 1969. George Spahn adalah pemilik kompleks peternakan yang dihuni oleh Keluarga Manson pimpinan Charles Manson. Sepanjang Juli-Agustus 1969, kelompok sekte ini menghabisi sembilan nyawa enggak bersalah, dan Tate menjadi korban yang paling dikenal.
Buat kalian yang belum familiar dengan Tate, wanita cantik satu ini adalah artis yang menjadi korban pembantaian dari Manson Family. Bisa dibilang, walaupun enggak bersinggungan langsung dengan Rick Dalton dan Cliff Booth di sebagian besar durasi film, Tate adalah benang merah yang merangkai Once Upon a Time in… Hollywood menjadi satu.
Akting Gemilang DiCaprio dan Pitt
Apa jadinya jika film karya Tarantino didukung oleh talenta sebesar Leonardo DiCaprio dan Brad Pitt? Hasilnya adalah tontonan penuh hiburan yang sukses mengundang decak kagum. Di luar jalan cerita terkesan ‘datar’, pesona dua artis besar Hollywood ini berhasil memikat penonton dan ‘dipaksa’ untuk mengikuti narasi yang sudah dirangkai.
Bicara momen mengesankan, ada sensasi menggelitik hadir ketika menyaksikan Leonardo DiCaprio kelimpungan karena lupa akan dialog ketika kamera rolling. Tampil nyata dan memikat, sekali lagi DiCaprio berhasil memukau dengan kualitas akting tingkat dewa. Enggak bermaksud hiperbola, tapi ini adalah pengalaman yang KINCIR dapat ketika menyaksikan Once Upon a Time in… Hollywood.
Pun begitu dengan Brad Pitt. Sosok Cliff Booth bagaikan teman sejati yang rela melakukan apa aja untuk kenyamanan sahabatnya. Enggak cuma dalam pekerjaan, Booth juga menjadi tempat sharing idaman. Ketika Dalton sedang putus asa, Booth datang memuji agar kawannya kembali semangat.
Namun, ada satu yang kurang terasa di film ini. Pengembangan karakter tampaknya enggak menjadi fokus Tarantino di Once Upon a Time in… Hollywood. Pasalnya, dua karakter utama tetap tampil ‘apa adanya’ dari awal film hingga akhir.
KINCIR enggak bilang Once Upon a Time… in Hollywood jelek, cuma, film satu ini memiliki nuansa yang sedikit ‘beda’ dibandingkan karya Tarantino lainnya. Jangan harap akan ada aksi baku hantam brutal penuh darah serta adu tembak yang memacu adrenalin tiap rentang 10 menit.
Once Upon a Time in… Hollywood termasuk film yang mengalir lambat, mengandalkan kekuatan narasi, dan mengajak kalian untuk menikmati nuansa yang dihadirkan. Namun enggak perlu khawatir, semua itu akan bergerak menuju klimaks yang epik di 30 menit akhir.
***
Sebagai kesimpulan, Once Upon a Time in… Hollywood sangat menghibur berkat kolaborasi akting gemilang para deretan pemeran dengan kejeniusan Tarantino dalam merangkai cerita. Memang, butuh waktu adaptasi untuk bisa menikmati film ini. Namun, percaya, deh, semuanya akan berbalas dengan efek dahsyat yang hadir ketika selesai nonton.
Once Upon a Time in… Hollywood siap menghibur penikmat layar lebar Tanah air pada 27 Agustus nanti. Setelah nonton, jangan lupa untuk berikat nilai dan ulasan versi kalian di atas, ya.