Lo penggemar Game of Throne (GoT)? Pastinya lo tahu, dong, kalau serial TV favorit sejuta umat ini merupakan adaptasi dari novel seri berjudul A Song of Fire and Ice? Mungkin banyak di antara lo yang ngikutin serial GoT, tapi enggak baca novelnya. Namun, lo patut berterima kasih sama sang penulis, George R.R. Martin. Dari kepalanyalah, narasi dan fantasi yang memukau lo itu bersumber.
Pada 2007, HBO beli “isi kepala” Martin, memodifikasi, lalu menyiarkannya. Akhirnya, jadilah serial GoT yang baru aja masuk season 7. Premisnya, sih, sederhana, yaitu perebutan takhta. Namun, jalinan ceritanya enggak sesimpel itu. Bahkan, penggambaran karakternya pun rumit. Makanya, enggak mengherankan kalau banyak orang yang penasaran sama kehidupan sang kreator yang bisa banget bikin cerita seepik ini.
Yuk, bertualang menjelajahi kehidupan George R.R. Martin!
1. Lahir dengan nama George Raymond Martin pada 20 September 1948 di Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat. Nama tengah keduanya, Richard, didapat saat dia berusia 13 tahun.
2. Menganggap masa kecilnya membosankan. Dia menggambarkannya dengan istilah “From First Street to Fifth Street”.
First Street menggambarkan rumahnya. Sementara itu, Fifth Street adalah sekolahnya. Kehidupan Martin kecil terikat dengan rutinitas “pergi-pulang sekolah”.
3. Kebosanannya ini mendorong dia buat bertualang dan mencari hal-hal yang seru. Namun, cara yang dia lakukan adalah melalui imajinasi.
Martin pun jadi suka banget baca buku sebagai penyaluran hasratnya bertualang. Dengan membaca, dia seolah berada di banyak tempat dan ngelakuin banyak hal.
4. Penggemar setia Marvel.
Saking obsesifnya, dia pernah bikin surat buat Stan Lee dan Jack Kirby, menanggapi komik Fantastic Four No.17. Surat ini dimuat di komik No.20 yang diterbitin pada 1963.
5. Di usia 17 tahun, dia ngeraih penghargaan “Best Fan Fiction” Alley Award atas karyanya yang berjudul Powerman vs The Blue Barrier.
Karyanya dimuat di fanzine berjudul Star Studded Comics Issue 7 yang diterbitin pada Juli 1965. Cuma ada 1.000 cetakan.
6. Jurnalistik di Northwester University, Illinois. Pada 1970, dia lulus dengan predikat summa cumlaude, loh!
7. Pada tahun yang sama, dia mulai menulis secara profesional. Tulisan pertamanya yang dikomersialkan berjudul The Hero dan dimuat di majalah Galaxy yang terbit pada 1971.
8. Pada 1974, Martin dapat penghargaan Hugo Award buat pertama kalinya dalam kategori “Best Novella” buat karyanya yang berjudul A Song for Lya.
9. Sempat ngajar bahasa Inggris dan jurnalistik di Clarke College (dulunya Clarke University) pada tahun 1976—1978.
Namun pada akhir 1977, setelah kematian rekannya sesama penulis Tom Reamy, Martin pun keluar dari pekerjaannya tersebut dan memutuskan untuk menjadi full-time writer, dan pindah ke Santa Fe pada tahun 1979 karena di sana udaranya lebih bersahabat.
10. Bergabung dengan Science Fiction and Fantasy Writers of America (SFWA).
Karier dia di sana terbilang bagus. Pada 1977—1979 dia jadi Direktur Regional buat wilayah Southwest (Barat Daya), Amerika Serikat.
11. Pada dekade 1980–an, Martin menerbitkan beberapa novel horor.
Contohnya Fevre Dream (1983) yang berkisah tentang vampir yang tercipta dari evolusi manusia dan The Armageddon Rag (1984) bikin dia nge-drop karena penjualannya anjlok banget. dan memutuskan buat mencoba peruntungan berkarier di televisi sebagai penulis skenario.
12. Dia pernah mencoba peruntungan berkarier di TV sebagai penulis skenario. Salah satu karyanya adalah seri fantasi berjudul Beauty and the Beast (1987).
13. Pada 1991, Martin kembali ke jalur novel. Saat inilah dia nulis A Song of Fire and Ice.
Seri pertama, A Game of Thrones, dipublikasikan pada 1996. Lalu, seri keempat dan kelima, A Feast for Crows dan A Dance With Dragon, dinobatin sebagai “No.1 Best-Seller” versi The New York Times. Pada 2007, novel fantasi berseri ini diadaptasi oleh HBO dengan judul Game of Thrones, serial epik yang sekarang kita kenal.
14. Pada 2005, kritikus buku dari Time, ngasih julukan Martin “Tolkien dari Amerika”.
Dalam sebuah wawancara dengan Rolling Stones, dia ngaku bahwa dia penggemar Tolkien. Namun, dia enggak segan mengkritik The Lord of the Rings yang menurutnya terlalu sederhana.
“Lord of ther Rings mengandung filosofi Abad Pertengahan: kalau rajanya baik, rakyat pun makmur. Menurut gua, sejarah sesungguhnya enggak sesederhana itu. Tolkien bisa aja cerita kalau Aragorn jadi raja yang baik dan bijak, memerintah selama ratusan tahun. Namun, dia sendiri enggak bertanya-tanya: apa kebijakan pajak yang diterapin Aragorn? Bagaimana dia memperlakukan tentaranya? Apa yang dia lakuin saat banjir dan kelaparan mewabah? Dan, bagaimana dengan semua orc ini? Menjelang akhir perang, Sauron udah enggak ada, tapi enggak semua orc hilang, mereka ada di pegunungan. Apakah Aragorn nerapin kebijakan genosida dan ngebunuh semuanya, termasuk para bayi kecil yang lagi lelap di tempat tidur mereka?”
15. Dinobatin sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh oleh Time pada 2011.
16. Penggemar Grateful Dead, band rock Amerika.
Dalam sebuah wawancara bersama The Bert Show, Martin ngaku bahwa band rock ini memengaruhinya dalam menulis, termasuk buat Game of Thrones. Pohon Weirwood yang ada dalam serial ini diambil dari nama salah satu personel Grateful Dead, Bob Weir.
17. Meski punya prestasi lewat fan fiction, Martin enggak suka sama sama karya fiksi buatan penggemar.
Menurutnya, fan fiction adalah pelanggaran hak cipta dan latihan buruk buat calon penulis dalam hal ngembangin karakter dan ngebangun imajinasi.
18. Novela terbaru Martin, The Sons of Dragon, jadi bagian antologi The Book of Swords yang bakal dipublikasiin Oktober 2017. Novela ini berlatar Westeros pada masa ratusan tahun sebelum era Game of Thrones.
Read my post, with some news on the latest Anthology, a Fire & Blood update…and yes, it has a #WoW update as well. https://t.co/S7oulNX0Un pic.twitter.com/QGzQwNXnB2
— George RR Martin (@GRRMspeaking) July 22, 2017
19. Punya hobi "membunuh".
Martin enggak cuma hobi bertualang lewat tulisan-tulisan epiknya. Dia juga hobi ngebunuhin tokoh-tokohnya, termasuk tokoh utama.
20. Yap, karena menyajikan realita, Martin dikenal sebagai penulis yang doyan banget bikin penggemarnya kecewa.
Menurutnya, buku-buku yang cuma berani mematikan karakter sampingan adalah buku-buku yang "curang". Soalnya, kematian adalah keniscayaan. Buat dia, meskipun cantik, jago perang, atau sering disorot orang, semua orang enggak bisa menghindar dari kematian.
***
Keberanian Martin dalam menyajikan realita, bikin Game of Thrones ninggalin kesan terdalam di hati para penggemar. Fantasi dan imajinasinya yang epik justru berawal dari kejenuhannya ngejalanin rutinitas yang itu-itu aja. Nah, kalau lo sendiri bagaimana? Pas lagi ngerasa bosan luar biasa, pernah juga bertualang dalam pikiran?