Cerita: 5| Penokohan: 5| Visual: 8.5| Sound Effect/Scoring: 6.5| Nilai Akhir: 6.25/10
Pernah enggak lo ngalamin cinta buta sama seseorang? Lo cinta banget sampai rela ngorbanin diri dan ngelakuin apa pun buat si dia. Padahal, sebenarnya si dia itu enggak nganggap lo sama sekali. Yang ada malah lo dikecewain terus kayak enggak ada bosen-bosennya.
Nah, film Transformers itu sama kayak gitu rasanya. Lo udah nungguin lama banget sampai akhirnya tayang. Eh, tahu-tahunya pas ditonton ngecewain banget. Meski sebenarnya Viki enggak ngefans-ngefans banget sama Transformers, entah kenapa setiap filmnya rilis, rasanya enggan banget mau nonton sampai akhirnya kelewatan. Viki aja dikecewain, bagaimana yang udah ngefans banget, ya?
Udah masuk film kelima, enggak ada tanda-tanda kalau film Transformers berbenah. Yes, this film is that bad. Kalau lo bete sama film keempatnya, percaya, deh, film kelimanya ini bakal bikin lo bete hingga level maksimal.
Viki bingung sama Michael Bay. Kita semua udah tahu kalau Transformers: The Last Knight bakal jadi yang terakhir buat sutradara yang juga nyutradarain Bad Boys sama Armageddon ini. Pastinya yang diharapkan semua orang adalah film kelima Transformers ini bakal jadi hadiah perpisahan yang manis buat para fans setia Transformers yang setia ngikutin dari film pertamanya. Hasilnya, bukannya manis, “hadiah” yang dikasih malah kerasa pahit.
Bay masih memakai formula cerita yang sama dengan film-film Transformers sebelumnya: peradaban manusia terancam oleh keberadaan alien robot. Kalau di film keempat ancaman datang dari dalam, di The Last Knight, ancaman datang dari luar Bumi. Sebuah Transformers yang disebut sebagai “sang pencipta” berambisi buat ngerehabilitasi planet Cybertron. Untuk itu, mereka ngebet ingin menghancurkan Bumi alias “Unicron” yang dianggap sebagai biang keladi kehancuran Cybertron. Di sini, Cade Yeager (Mark Wahlberg) kembali beraksi buat mencegah hal ini terjadi.
Sebenarnya sih, premis film ini memang menjanjikan. Apalagi, dulu gosipnya bakal ada kisah King Arthur dan Nazi di film kelimanya. Harus diakui kalau strategi Paramount buat bikin calon penontonnya antusias ini sukses besar. Sayangnya, output yang dikasih ternyata enggak sefantastis yang digembor-gemborin sejak awal. Apa yang Viki rasain ketika nonton filmnya kurang lebih sama kayak apa dialamin sama Mike Ryan, kritikus film dari UPROXX.
“Transformers 5 ini bisa ngebunuh sel otak lo. Gua enggak punya buktinya, sih, tapi gue enggak terkejut kalau lo ngerasain hal yang sama,” ujar Mike Ryan, UPROXX.
Ya, secara keseluruhan Transformers 5: The Last Knight ini bakal mengguncang jiwa lo. Beda sama Transformers 4: The Last Extinction yang sekadar bikin bosen dan ngantuk. Transformers 5 ini udah dalam tahap saat lo udah benar-benar enggak bisa berkata-kata lagi. Sama kayak beberapa film Transformers sebelumnya, Transformers 5 enggak punya cerita yang enak dicerna dan bikin bosan di bagian awal. Sayang banget, padahal premis film ini bisa menarik jika tim penulis skenario Art Marcum, Matt Holloway, dan Ken Nolan bisa nyusun cerita yang lebih nyambung, sederhana, dan enggak berakar-akar.
Sejak film ini dimulai, lo bakal ngenalin banget kalau film ini “Michael Bay” banget, mulai dari adegan aksi fantastis yang dihias dengan slow-motion hingga efek suara yang bikin kuping sakit. Sejujurnya, “gaya Michael Bay” ini amat mengganggu kenyamanan lo nonton film ini. Makanya, lo enggak bakal bisa ketiduran pas ngerasa bosan sama ceritanya. Yang ada malah rasa bete yang bikin lo enggak ragu buat cabut dari bioskop.
Ciri khas lainnya dari film-film Transformers adalah dialog antartokoh yang cheesy abis. Dan, hal ini pun masih ada dalam Transformers 5, bahkan lebih parah. Banyak dialog yang harusnya bisa pendek, tapi malah dipanjangin. Satu hal yang mungkin lo bakal rasain adalah rasa terganggu dengan dialog yang enggak diucap, melainkan dengan teriak.
Penokohan ini jadi salah satu hal yang paling ganggu. Ada banyak karakter yang sebenarnya enggak penting. Misalnya kayak karakter lama yang balik lagi, Lennox (Josh Duhamel). Viki ngerasa kalau tanpa ada dia pun, film ini tetap bisa jadi. Selain itu, eksistensi Lennox enggak kerasa lengkap tanpa kehadiran partnernya, Epps (Tyrese Gibson). Absennya Tyrese, jujur aja, bikin Viki kecewa. Soalnya, sebelumnya dia digosipin bakal tampil di Transformers 5. Viki udah ngarep banget doi tampil di film ini dengan akting konyolnya. Hasilnya nol besar.
Belum cukup sampai situ, Bay dkk nambahin satu karakter yang keberadaannya benar-benar mengganggu, yaitu Izabella (Isabela Moner), si bocah 14 tahun yang ikut bertualang bareng Cade dan para Transformers. Viki harus kasih dua jempol, sih, buat aktris cilik asal Amerika Serikat ini lewat aktingnya yang total. Sayangnya, totalitas Moner malah jadi terkesan lebay dan bikin aktingnya enggak kerasa natural. Dari sudut pandang Viki, sebagai penonton dewasa yang ngarep aksi-aksi fantastis, keberadaan Izabella sebenarnya sama sekali enggak penting. Kelihatan, sih, kalau Izabella ini dimasukin jadi karakter buat ngegaet penonton anak-anak.
Untungnya, di balik semua kekurangan ini, ada sosok aktor senior Anthony Hopkins yang sukses bikin film ini berwarna. Aktingnya termasuk cukup bagus jika dibandingin akting dari aktor/aktris lain. Selain itu, lo bakal ngelihat sisi humoris Hopkins, yang bakal bikin lo akhirnya bisa ketawa lebar setelah beberapa jam cuma dikasih lelucon-lelucon yang maksa.
Selain itu, Bay dan Transformers lagi-lagi bikin penontonnya puas lewat sajian visual yang fantastis. Buat yang suka robot-robotan kayak Viki, efek dalam film ini cukup memuaskan. Sebenarnya, ada efek yang terlihat pecah dan enggak nyatu di beberapa adegan. Namun, Viki rasa hal ini enggak jadi masalah karena Bay dan timnya tetap nyajiin adegan aksi bombastis yang udah jadi ciri khasnya.
Satu hal lagi yang jadi catatan: lo enggak bakal banyak mendapatkan adegan tarung antarrobot. Adegan aksi antara Prime, Bumblebee, Megatron, dan robot-robot lainnya terasa kurang “wah”. Di film ini, adegan aksi bakal lebih berat ke manusia (Cade dkk). Enggak ada adegan klimaks kayak Prime vs. Dinobots di film keempat. Saking sedikitnya adegan robot, kehadiran robot baru kayak Hot Rod kerasa sia-sia.
Sejujurnya, adegan tarung antarrobot ini jadi magnet bagi penonton buat nyaksiin film Transformers. Makanya, hal inilah yang bikin Viki agak skeptis kalau film ini bisa nembus satu miliar dolar kayak film keempatnya. Kalau begini terus, enggak terhindarkan di waktu mendatang film Transformers jadi kurang peminat, mengingat adegan aksi robot yang fantastis nan bombastis ini jadi jualan utama seri film Transformers.
Transformers 5: The Last Knight memang bakal membuat lo ngerasa dilema. Namun, di antara semua itu, Viki rasa, sih, enggak ada salahnya buat nonton film ini, terutama buat lo yang suka sama robot dan adegan aksi. Film ini bakal terasa memuaskan kalau lo nonton karena robotnya aja. Sayangnya, buat lo yang orangnya moviegoers banget, film ini bakal ngebuang waktu 149 menit lo. Daripada lo menggerutu dan marah-marah sendiri, mending mikir dua kali, deh, sebelum beli tiket.
BTW, film ini ada sekuelnya, loh. Gosipnya sih, Paramount bakal bikin 12 film Transformers lagi di kemudian hari. Kalau lo ngerasa udah muak sama film ini, Viki saranin, sih, coba hilangin pesimistis lo. Michael Bay udah cabut. Jadi, masih ada harapan kalau Paramount bakal ngasih kesegaran dalam film-film Transformers berikutnya nanti. Semoga aja, ya!