Cerita: 4 | Penokohan: 5 | Visual: 7 | Scoring: 6 | Nilai Akhir: 5.5/10
Setelah malang melintang hingga sukses dengan waralaba Fast & Furious, Vin Diesel balik lagi untuk menghidupkan kembali waralaba film yang telah mengangkat pamornya sebagai bintang film action. Setelah absen di film xXx kedua, Vin balik lagi untuk menyelamatkan dunia sebagai agen X alias Xander Cage dalam xXx: Return of Xander Cage (xXx 3). Xander Cage memang lagi-lagi berhasil menyelamatkan dunia, sayangnya dia enggak berhasil menyelamatkan xXx 3.
Terakhir kali dengan Xander Cage di xXx pertama, kita disajikan kisah seorang agen rahasia yang bertujuan untuk menghentikan teroris asal Rusia yang akan melepaskan senjata biokimia. xXx 3 juga punya premis yang enggak jauh beda, yaitu kembalinya agen rahasia dari "kematian" dan berusaha menghentikan teroris yang punya alat canggih bernama Pandora's Box yang bisa menjatuhkan 30 ribu satelit dalam sekejap.
Sayangnya, kali ini musuh Xander enggak cuma mafia gila aja, tetapi juga seseorang bernama Xiang (Donnie Yen) yang punya kemampuan sama dengan xander. Xiang enggak sendirian, karena dia didukung oleh orang-orang yang juga sama kuatnya dengan dia, mulai dari Serena Unger (Deepika Padukone), Talon (Tony Jaa) dan Hawk (Michael Bisping). Makanya untuk mengalahkan dan menghentikan niat jahat Xiang, Xander juga merekrut orang-orang kuat yang enggak biasa, mulai dari seorang sniper bernama Adele Wolf (Ruby Rose), Nicks Zhou, seorang DJ terkenal (Kris Wu), dan Tennyson, seorang " Tukang Tabrak Profesional ".
Yes, you read it right. Xander merekrut seorang DJ dan, ehm.. "Tukang Tabrak Profesional" untuk melawan 4 penjahat yang kuat, cerdas, dan punya otak gila seperti dirinya. Itu pun setelah Xander menolak bekerja sama dengan tim berisi tentara pasukan spesial yang terlihat lebih kuat dan cerdas dibanding “berandalan” yang dia pilih. Maaf Viki bocorin sedikit spoiler. Ini semua karena logika Viki enggak bisa berfungsi dengan baik saat menonton xXx 3. Viki peringatkan, lo bakal beberapa kali menemukan momen atau adegan yang membuat lo benar-benar bingung dan bilang "apa sih?" atau "kok bisa gitu?"
Banyak sekali plot hole yang akan lo temukan dalam film ini. Tempo yang cepat membuat film ini harus ganti adegan tanpa penjelasan atau bridging yang baik. Pada dasarnya film ini mengorbankan logika dan cerita demi kepentingan aksi-aksi keren yang sebenarnya juga enggak masuk akal. Ya memang bukan xXx namanya kalau enggak punya adegan aksi serta ide-ide gila yang anti-mainstream abis. Harus diakui dari segi inovasi, waralaba ini memang paling terdepan. Sayangnya mereka enggak bisa mewujudkan ide gila itu menjadi sebuah film yang berkualitas.
Sejujurnya, inovasi yang daritadi Viki lebih-lebihkan juga terasa semu saat adegan pengenalan karakter-karakter penting, yang menjelaskan background karakter hanya dengan satu kalimat yang dihiasi dengan warna-warna. Benar-benar Suicide Squad abis, dan entah kenapa hampir semua karakter penting yang ada di film ini bernasib sama dengan karakter-karakter Suicide Squad: datar dan hampa.
Pendalaman tokoh ini diperparah dengan akting yang biasa banget dari pada aktor/aktris. Faktanya enggak ada karakter protagonis yang memang dikenal dengan kemampuan aktingnya. Pengecualian buat Samuel L. Jackson dan Toni Colette yang sayangnya cuma mendapat jatah tampil sebentar. Bahkan harus Viki bilang kalau xXx 3 enggak berhasil memanfaatkan bintang seni bela diri seperti Donnie Yen, Tony Jaa, dan Michael Bisping dengan baik. BTW, Donnie Yen tetap main keren kok. Dia tetap menyajikan akting serta aksi bela diri yang jadi elemen terbaik dalam film ini. Sayangnya ada yang terasa kurang greget aja. Sedikit spoiler, jangan sama sekali berharap epic final battle antara Dominic Toretto dan Ip Man kalau lo enggak mau kecewa berat.
Vin Diesel sejujurnya juga bikin kecewa. Enggak bisa bohong, Viki merasa kalau di film ini Vin masih terlihat enggak bisa lepas dari Dominic Toretto. Lo enggak bakal lagi ngeliat Xander Cage yang benar-benar slengean dan enggak kenal takut di film ketiga ini. Semuanya diperparah dengan dialog yang sama crispy-nya sama kedua film xXx sebelumnya. Bahkan ada satu adegan yang kesannya bakal munculin dialog keren, tapi semuanya hancur gara-gara satu kata yang meaningless dan enggak nyambung. BTW, enggak cuma Vin, keseluruhan dialog dalam film ini terasa seperti lo menulis curhatan atau postingan random di Twitter: singkat, tapi enggak jelas dan enggak enggak bermakna.
Hal lain yang bikin Viki penasaran sama xXx 3 adalah penampilan Deepika Padukone. Dia jadi salah satu bintang Bollywood pertama yang jadi tokoh utama dalam film Hollywood. Berdasarkan subjektivitas Viki, doi cantik dan seksi abis. Terutama saat dia berdialog dengan aksen Indianya yang sangat kental. Akting mb Deepika enggak perlu diraguin lagi deh. kalau Viki objektif, akting doi terlihat biasa aja saat dia beradu akting dengan Ruby Rose. Yup, meskipun enggak banyak bicara, peran Adele Wolf terasa pas banget sama mb Ruby.
Secara sinematografi, xXx 3 enggak sama sekali terasa istimewa. Semuanya terasa biasa aja layaknya film-film action pada umumnya. Hal ini tentunya positif. Bayangkan kalau film ini enggak menyajikan visualisasi yang baik, film ini pastinya bakal chaos banget. Dari segi scoring, entah kenapa Viki merasa keganggu sama musik-musik yang jadi soundtrack film ini. Mungkin niat awalnya biar memacu adrenalin, tapi sejujurnya ganggu abis.
Pada dasarnya, film ini bakal cocok banget buat cowok. Lo bakal terhibur dengan sajian adegan aksi ekstrim, pukul-pukulan, dan cewek cantik seksi berbikini. Secara keseluruhan film ini menghibur, tapi kalau lo menginginkan sebuah film bertema agen rahasia/spionase dengan cerita yang deep banget, lebih baik habiskan uang lo untuk menonton film-film lain.
xXx: Return of Xander Cage (xXx 3) adalah sebuah contoh sebuah film yang mengorbankan plot/cerita yang kuat, pendalaman dan pengembangan karakter, serta dialog yang logis hanya untuk elemen/adegan aksi ekstrim, pukul-pukulan, atau adegan cewek seksi. Bahkan deretan aktor/aktris kenamaan yang turut serta dalam film ini enggak mampu membuat film ini jadi lebih baik. Rasanya seperti reuni antara Vin Diesel dengan xXx jadi enggak bermakna dan malah membuat xXx terasa lebih baik kalau enggak dilanjutkan.