Dota 2 merupakan salah satu game MOBA yang sangat populer. Sejak dirilis 2010 silam, game ini telah dimainkan puluhan juta pemain di seluruh dunia. Besarnya popularitas tidak didukung oleh kedewasaan para pemainnya. Gesekan antara beberapa orang sering terjadi saat pemain berbagi pertandingan. Komentar rasisme mulai sering terdengar dan menjadikan komunitas game garapan Valve ini terkenal toxic.
Namun, bagaimana jadinya jika pemain profesional dituding menyebarkan komentar rasisme. Seharusnya, mereka jadi cerminan yang baik untuk membuat para pemain lainnya berubah lebih dewasa. Seiring waktu, komentar rasisme yang bergulir di pemain esports punya dampak yang sangat besar terhadap komunitas.
Penasaran siapa saja pemain esports Dota 2 yang terkena kasus rasisme? Simak penuturan dari KINCIR berikut ini!
1. Ceb
Mantan coach OG yang terjun jadi pemain dan memenangkan The International 2018 ini baru saja tersandung kasus rasisme jelang Epicenter Major. Ceb yang bermain MMR bersama publik melontarkan kata-kata kasar terhadap seorang pemain asal Rusia. Dalam komentarnya tersebut dia bahkan dengan gamblang menyebutkan "russian" seakan melakukan generalisir terhadap pemain asal Rusia.
Komentar Ceb bahkan diiringi kata-kata kasar seperti "rusian whore" dan "sell his mother for MMR" yang jadi sangat memberatkan. Kapten dari Virtus Pro, Solo, berkomentar dan berniat memboikot Epicenter Major jika Ceb tidak dikenai sanksi. Setelah melakukan permintaan maaf, Valve tidak memberikan sanksi kepada Ceb namun sentimen para pemain Rusia masih tetap berbekas kepada pemain dengan nama asli Sebastian Debs ini.
2. Kuku
Jika bisa diklasifikasi, nampaknya region Asia jadi yang paling toxic dibanding wilayah lainnya. Selain masalah bahasa tentu ada sentimen ras yang masih sering dibawa ke dalam game. Para pemain dari Tiongkok, misalnya menggunakan aksara dan bahasa Mandarin yang kental sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan sempurna dengan pemain dari wilayah lainnya.
Pemain TNC, Carlo "Kuku" Palad sempat tersandung kasus rasisme lantaran sejarahnya saat bermain publik. Jelang perhelatan Chongqing Major, Kuku bermain di wilayah Tiongkok sehingga bertemu dengan mayoritas pemain asal Negeri Tirai Bambu ini.
Entah apa yang ada di pikirannya hingga melontarkan kata "chingchong" yang berbekas pada komunitas asal Tiongkok. Dia bahkan diancam tidak bisa menghadiri Chongqing Major dan berujung pada hukuman pengurangan poin DPC pada tim TNC yang sangat merugikan.
3. Skemberlu
Selain Kuku, Andrei "Skem" Ong juga dianggap melakukan sentimen rasisme terhadap etnis Tiongkok. Parahnya, Skem memberi pesan yang berbau rasisme di ajang kompetisi Minor. Skem yang saat itu membela CompLexity mengetik "GL chingchong" di awal permainan saat timnya berhadapan dengan Royal Never Give Up.
Sontak para pemain RNG terheran dan memberi respon "?" terhadap lontaran skem tersebut. Bukannya langsung meminta maaf, beberapa anggota CompLexity yang lain justru mengetik "sorry". Beberapa menit awal berlangsung cukup awkward dan komunitas yang menonton pertandingan tentu menyimpan rekaman ini. CompLexity dengan tegas menghukum Skemberlu dengan denda dan mengeluarkannya dari tim enggak lama setelah ajang DreamLeague Minor beberapa waktu ke belakang.
4. Mind_ControL
Nama Mind_ControL tentu cukup bersinar lantaran pemain offlane untuk Team Liquid ini telah memenangkan The International 2017 silam. Pemain yang memiliki nama asli Borislavov Ivanov ini merupakan warga keturunan Bulgaria. Entah apakah hal tersebut punya latar belakang kepada kepribadian MC yang dituding punya kebencian terhadap para pemain asal Rusia.
Satu kasus yang membuat komunitas geger adalah ujarannya "Mengapa Hitler tidak membunuh para orang Rusia" saat bermain pada 2018 silam. Saat masuk forum Reddit, banyak pemain yang menyayangkan perbuatan jawara TI 7 ini. Atas tindakan yang dia sayangkan itu, selain melakukan permintaan maaf, MC juga mendonasikan uang kepada yayasan amal di Rusia.
Apology for the mess today.
Read: https://t.co/TlQTOWYZv3
— Ivan Ivanov (@LiquidMinD_ctrL) June 24, 2018
5. AdmiralBulldog
Terakhir, ada nama AdmiralBulldog, mantan pemenang The International 2013 yang sempat bermain untuk tim Alliance. Meski kini tidak bermain sebagai pemain profesional, Bulldog dikenal sebagai salah satu streamer Dota 2 paling sukses. Dia juga kelihatan mengisi beberapa event dengan muncul sebagai talent baik komentator atau pengisi panel.
Ada beberapa momen di mana AdmiralBulldog terkesan toxic. Selain banyak menyalahkan temannya saat bermain, kadang pemain offlane ini sering lupa dan melontarkan ujaran yang berlebihan. Salah satunya adalah ujaran "Fucking SEA!" yang bisa kalian tonton di potongan siarannya berikut ini.
Dia memang dituding membenci region SEA sehingga beberapa kali dilarang tampil untuk ajang besar di kawasan Asia Tenggara. Wajar kalau visa dari pemain bernama asli Henrik Ahnberg ini sering ditolak.
***
Nah, itu adalah para pemain esports Dota 2 yang sempat terkena kasus rasisme. Sangat disayangkan kalau sebagai persona yang dilihat oleh komunitas ini tercoreng oleh kasus ujaran kebencian. Semoga dari pelajaran kasus rasisme para pemain esports ini kita bisa menarik diri dan mengurangi sifat toxic. Ingat, ada kata 'sportivitas' dalam esports sehingga kita harus menjunjung nilai-nilai positif dari kompetisi dan selalu menghargai perbedaan.
Ikuti terus perkembangan esports Dota 2 cuma di KINCIR!