*(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat lo, ya.
Premis meloloskan diri dari maut sebenarnya bukanlah hal baru, namun hal ini menjadi sajian utama pada film Escape Room yang udah bisa lo nikmati di bioskop minggu ini. Berisikan enam orang dengan pribadi yang berbeda-beda, mereka harus bekerja sama untuk bisa meloloskan diri dari jebakan mematikan yang mengintai di setiap ruangan.
Sedikit berbeda dengan film Saw (2004), Escape Room enggak mempertontonkan kesadisan secara gamblang. Namun tetap saja, emosi lo akan diguncang melihat ketegangan yang disajikan oleh Adam Robitel ini. Namun sayangnya, penggarapan Escape Room terasa kurang maksimal dan menyisakan pertanyaan mendalam. Untuk tahu lebih jelasnya, langsung aja lo simak ulasan di bawah.
Garapan Baru untuk Genre Rasa Lama
Menyajikan tontonan yang mirip dengan beberapa judul yang udah beredar, Escape Room menggambarkan kisah enam orang dalam usahanya untuk mendapatkan hadiah 10 ribu dolar Amerika bagi yang bisa menyelesaikan tantangan.
Beranggapan bahwa ini hanya permainan biasa, Amanda (Deborah Ann Woll), Zoey (Taylor Russell), Ben (Logan Miller), Danny (Nik Dodani), Mike (Tyler Labine), dan Jason (Jay Ellis) awalnya santai dalam mencari petunjuk demi bisa lanjut ke babak berikutnya. Namun ketika jebakan di ruangan pertama mulai aktif, yaitu dengan munculnya pemanas yang di sekeliling ruangan. Bak di dalam oven, enam orang ini terancam jiwanya dan berusaha mati-matian demi bertahan hidup.
Tantangan yang berat, menuntut enam orang ini untuk bekerja sama dalam mencari petunjuk. Namun dengan ego yang berbeda-beda, selalu ada saja yang tewas dan menjadi korban dari ruangan mematikan. Siapakah yang akan berhasil lolos dari Escape Room?
Ciri Khas Tiap Pemain Bikin Berwarna
Teka-teki yang tersaji, bukanlah menjadi konflik utama. Drama yang melibatkan pertikaian antar pemain menjadi suguhan yang cukup menegangkan. Ditambah dengan kejutan yang tiba-tiba muncul, enam orang ini dipaksa untuk berpikir keras demi bisa tetap hidup.
Dalam kondisi putus asa, enggak jarang ada sosok yang egois dan mencoba untuk menyelamatkan diri sendiri, enggak peduli dengan nasib lima orang kawannya.
Zoey, pemain yang paling muda ini awalnya dianggap remeh. Sempat membuat blunder di babak awal, kawannya sempat meragukan kapasitas Zoey dan enggak mengindahkan pendapatnya. Namun di luar semua kekurangannya, wanita muda ini sangat peduli dengan kawannya dengan bertekad untuk lolos bersama-sama, tanpa mengorbankan siapapun.
Berbeda dengan Zoey, Jason digambarkan sebagai sosok egois yang kurang bisa berempati. Bekerja sebagai petinggi di sebuah perusahaan beken, Jason kerap bersikap bagaikan bos dan memerintah orang sekitar. Aksinya yang satu ini enggak bikin penonton simpatik, namun karakter ini memang diperlukan dalam latar thriller demi menambah ketegangan.
Kombinasi antar pemain dengan sosok khas ini harapannya bisa menyajikan konflik yang berkesan, namun sayangnya, efek tersebut enggak sampai ke penonton. Dari deretan konflik yang tersaji, hampir semuanya bisa tertebak.
Cukup Menghibur, Walau dengan Ending yang Dipaksakan
Buat kalian yang suka dengan suguhan menegangkan, bisa dipastikan Escape Room akan bisa memuaskan dahaga kalian dengan tontonan sarat adrenalin. Mulai dari konflik yang dirancang, sampai serunya meloloskan diri dari jebakan maut, film besutan Adam Robitel ini punya beberapa kejutan yang bisa bikin lo ternganga.
Kalau untuk urusan cerita, hampir enggak ada yang spesial dari film ini. mengusung latar yang udah banyak beredar, kalian pasti udah bisa menebak alur dari Escape Room ini.
Walaupun bisa membuat penonton setia mengikuti dari awal, ketika mendekati babak akhir, penggarapan cerita terkesan dipaksakan. Semua ini nampaknya dilakukan demi mengatur premis untuk film sekuelnya nanti.
***
Udah tayang di bioskop, Escape Room bisa menjadi pilihan kalian menonton di akhir pekan. Sehabis nonton, jangan lupa untuk ngasih ulasan versi kalian di atas, ya.