MPL Season 2 telah berakhir. RRQ keluar sebagai jawara setelah mengalahkan musuh bebuyutannya, EVOS, di babak final dengan skor 3-0. Meski dibantai, performa EVOS selama turnamen enggak bisa dibilang buruk karena mereka telah berjuang keras untuk mencapai final. Dibanding EVOS, sebenarnya masih ada tim yang jauh lebih mengecewakan. Mereka adalah Aerowolf, juara MPL Season 1 yang hanya menduduki peringkat enam Grand Final MPL Season 2.
Sebagai tim peringkat kedua di Regular Season, penampilan Aerowolf sangat jauh dari kata memuaskan. Di babak pertama upper bracket, mereka tumbang dari RRQ dengan skor 1-2. Turun ke lower bracket, mereka bukannya bangkit, justru tumbang dari Louvre dengan skor 2-0.
Harus diakui, RRQ dan Louvre bukanlah lawan yang mudah. Keduanya bisa dibilang punya level yang setara dengan Aerowolf. Namun, upaya mereka di MPL Season 2 tampak sangat tak maksimal. Di saat biasanya mereka tak mau kalah meski tertinggal lebih dulu, kali ini terlihat tak ada semangat bangkit seperti yang kita kenal sejak MPL Season 1.
Performa buruk Aerowolf pun membuat semua penggemar Mobile Legends penasaran dan bertanya-tanya. Sebenarnya apa yang terjadi? Apakah chemistry tim sudah enggak sebagus dulu sejak Supriadi “Watt” Dwi Putra meninggalkan mereka?
Untuk menjawab rasa penasaran ini, tim Kincir berkesempatan untuk menanyakan semuanya ke kapten tim Aerowolf, Afrindo “Lucky” Valentino, setelah gelaran MPL Season 2 berakhir. Menurutnya, ada banyak hal yang bikin mereka tampil buruk. Salah satunya mungkin terdengar agak sepele buat banyak orang, yakni keseringan main game lain dibanding latihan serius.
Yap, Lucky mengakui timnya terlalu sering bermain PUBG Mobile. Hal ini membuat mereka enggak bisa fokus untuk latihan. Dia pun enggak mau menyalahkan rekan setimnya karena baginya kesalahan tersebut murni kesalahannya sendiri sebagai kapten tim.
“Gua enggak mau beralasan. Kami memang terlalu sering main PUBG Mobile, Kami juga enggak serius untuk menghadapi MPL Season 2. Makanya kami minta maaf kepada penggemar yang berharap banyak pada Aerowolf,” jelas Lucky.
Ternyata bermain PUBG Mobile bukan alasan satu-satunya performa buruk Aerowolf. Lucky menjelaskan lagi bahwa motivasi mereka memang enggak sebesar MPL Season 1 yang mana mereka menjadi tim kuda hitam. Mereka juga mengaku terbebani mengemban status sebagai juara bertahan.
View this post on Instagram
A post shared by AWolf G Valdo (@afrindo.valentino) on
"Sebenarnya bukan cuma karena kebanyakan main. Banyak faktor lain yang bikin kami kehilangan motivasi. Termasuk beban sebagai status juara bertahan," lanjut Lucky.
Meski gagal total di MPL Season 2, Lucky optimis akan membawa Aerowolf kembali menjadi "King's Slayer" di MPL Season 3. Baginya, ada satu hal yang bikin dia sangat bersemangat menyambut Season 3, yakni tiket lolos ke MSC Season 3 serta Mobile Legends World Cup yang sudah masuk rencana Moonton.
"Di MPL Season 2, tim yang menang enggak dapat tiket lolos ke MSC atau kejuaraan manapun. Kita enggak bisa jadiin itu alasan kegagalan kami. Akan tetapi, kami yakin bisa kembali menjadi yang terbaik, enggak cuma di Indonesia, tapi juga di dunia," jelas Lucky.
View this post on Instagram
A post shared by Aerowolf Pro Team (@aerowolfproteam) on
Nah, bagaimana menurut lo? Apakah performa Aerowolf di MPL Season 2 terbilang mengecewakan, sangat mengecewakan, atau biasa aja? Yang pasti, Aerowolf bakal sadar atas kegagalannya dan bangkit di kejuaraan-kejuaraan berikutnya. Kita tunggu saja!