*Spoiler Alert: Review antologi Secret Level mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton.
Adaptasi game ke layar lebar atau serial TV sering kali gagal memenuhi ekspektasi penggemarnya. Tak heran, karena para pembuatnya harus berhadapan dengan harapan para pemain game yang mungkin menghabiskan berjam-jam, bahkan ratusan jam, di dunia yang mereka cintai.
Namun, ini agak berbeda untuk Secret Level. Antologi di bawah naungan Prime Video ini diciptakan untuk para gamer, bahkan ia enggak ramah untuk kamu yang enggak ngerti game-nya.
Serial animasi CGI ini menawarkan sesuatu yang baru dengan mengeksplorasi berbagai dunia game ikonik, seperti Unreal Tournament, Pac-Man, dan Dungeons & Dragons di setiap episodenya.
Alih-alih hanya mencoba meniru pengalaman bermain game, Secret Level memberikan sudut pandang segar dan menarik, namun tetap setia pada lore-nya.
Review antologi Secret Level di Prime Video
Bukan untuk kalangan non-gamer
Sebelum kamu bingung atau kesal sendiri menontonnya, satu hal yang perlu diingat: ini bukan untuk kalangan non-gamer. Jika kamu belum pernah bermain game yang diadaptasi dalam serial ini, mungkin tiap episode kayak lagi nonton trailer enggak jelas.
Namun, bagi yang benar-benar main game-nya, kamu bisa mendapatkan banyak referensi menarik yang tentu saja familier. Sebagai seseorang yang juga memainkan –minimal mencari tahu– soal game yang diadaptasi, saya merasa serial ini melengkapi cut scene yang sering kali saya dapatkan dalam game.
Episode pertamanya saja sudah mengangkat The Queen’s Cradle, yang didasarkan pada Dungeons & Dragons. Kebetulan, RPG meja berusia 50 tahun ini tengah saya kulik. Tentu saja, karena ini merupakan dunianya Baldur’s Gate 3.
Seperti petualangan fantasi D&D, kita diajak mengikuti Mora, paladin goliath (lihat: raksasa mini); Tally, penyihir gnome; Luzum, biksu kurcaci; dan Ahokal, druid orc. Misi mereka adalah menyelamatkan Solon, seorang pemuda yang dipenuhi tato misterius yang diselamatkan kelompok itu dari Cult of the Dragon.
Secret Level menyajikan antologi yang mencakup berbagai game ikonis seperti Armored Core, Concord, CrossFire, Dungeons & Dragons, Exodus, Honor of Kings, Mega Man, New World: Aeternum, PAC-MAN, PlayStation, Sifu, Spelunky, The Outer Worlds, Unreal Tournament, dan Warhammer 40,000.
Setiap episode menggali dunia unik dari masing-masing game. Kamu akan terhubung dengan esensi dalam game yang benar-benar kamu mainkan. Oleh karenanya, menurut KINCIR, rasanya antologi Secret Level agak sulit untuk masuk ke para penikmat tontonan yang enggak paham soal gamenya.
Bintang besar yang enggak main-main!
Salah satu hal yang cukup menarik dari Secret Level adalah suara dari bintang-bintang besar. Beberapa di antaranya adalah Arnold Schwarzenegger (The Terminator Franchise), Kevin Hart (Jumanji), Keanu Reeves (John Wick), Temuera Morrison (The Book of Boba Fett, Chief of War), Ariana Greenblatt (Barbie), Heaven Hart, Emily Swallow (The Mandalorian), Gabriel Luna (The Last of Us, Terminator: Dark Fate), Ricky Whittle (American Gods, Land of Bad), Patrick Schwarzenegger (The White Lotus), Merle Dandridge (The Last of Us), Claudia Doumit (The Boys), Adewale Akinnuoye-Agbaje (Lost, The Union), Clive Standen (Vikings, The Morning Show), Laura Bailey (The Legend of Vox Machina), dan Michael Beach (The Perfect Couple, Tulsa King).
Walau peran mereka singkat –karena ini adalah sebuah antologi dengan masing-masing durasi 20 menir– suara menorehkan pengalaman menonton yang seru. Apalagi untuk game yang cut scene-nya hanya berupa sebuat bacaan. Salah satunya pada episode New World. Ketika saya memainkannya kembali, saya jadi membayangkan suara karakter yang dilibatkan dalam episode tersebut
Pace serba cepat dengan CGI yang mewah
Tidak dimungkiri, dari segi visual, Secret Level punya CGI yang luar biasa. Kayaknya kalau tanggung, mereka bakal malu dengan game yang dibahas. Animasi yang ditampilkan sangat detail dan keren, menciptakan dunia yang benar-benar hidup dan memukau. Begitu modern!
Buat kamu yang enggak relate dengan gamenya, mungkin CGI ini jadi satu-satunya poin positif yang kamu highlight. Ini yang mungkin bikin banyak kritik datang ke antologi Secret Level ini. Kayak ngerasa jadi konten buatan AI. Padahal, bila kamu menikmatinya secara lengkap, kayaknya ini semacam kado akhir tahun dari Prime Video buat para pecinta game.
***
Secara keseluruhan, Secret Level terlalu sayang untuk dilewatkan para gamer yang memang sudah akrab dengan game yang diadaptasi. Sebagai seseorang yang sudah bermain beberapa game tersebut, saya bisa menikmati referensi dan elemen-elemen yang dihadirkan.
Namun, tentu saja KINCIR perlu tahu untuk yang nonton Secret Level tapi enggak familier dengan gamenya. Gimana pendapat kamu? Apakah kamu jadi yang setuju dengan review KINCIR ini, atau kamu punya pendapatnya sendiri?
Selalu baca KINCIR untuk segala hal yang mau kamu tahu seputar movie dan game.