Kraven The Hunter sebetulnya adalah film dengan karakter menarik, aksi yang seru, dan sinematografi yang keren. Namun, skor yang didapatkan oleh Kraven The Hunter di RottenTomatoes hanya 15%, cuma sedikit lebih tinggi dibandingkan Madame Web yang panen kritik. Berbagai kanal review film juga menyoroti banyaknya kekurangan dari film besutan Sony ini.
Kali ini, KINCIR mau merangkum beberapa alasan mengapa film ini dinilai kurang memuaskan oleh para kritikus film. Berikut beberapa poin yang dihimpun oleh KINCIR dari berbagai platform.
6 Alasan yang Bikin Kraven The Hunter dapat skor 15% di RottenTomatoes
Naskah yang kurang kuat
Kritikus menyorot naskah Kraven The Hunter yang lemah sehingga menyia-nyiakan potensi dari aksi dan karakter Sergei Kravinoff alias Kraven.
Awalnya, film Kraven The Hunter dibuka dengan presentasi yang menarik. Sosok Kraven dibawa oleh otoritas Rusia ke sebuah penjara berkeamanan tinggi di tengah badai salju. Yang terjadi selanjutnya adalah aksi unjuk diri Kraven yang liar saat membunuh mafia di dalam penjara, serta ketangkasannya untuk kabur dari penjara berkeamanan tinggi tersebut.
Masalahnya, pesona yang liar tersebut berangsur-angsur memudar seiring dengan banyaknya hal yang mau diceritakan. Setelah sampai ke bagian the beginning of Kraven, film kelihatan kebingungan dalam bercerita. Ada beberapa adegan yang enggak terlalu jelas relasinya dengan kisah utama di dalam film, seperti misalnya adegan penembakan di bar atau adegan The Rhino membunuh lawan bisnisnya. Adegan-adegan ini seolah ditampilkan hanya untuk mengisi porsi aksi brutal saja.
Eksplorasi Hubungan Ayah-Anak yang Nanggung
Perkembangan karakter dan jalan hidup yang dipilih Kraven sangat dipengaruhi oleh Ayahnya. Mulai dari bagaimana ia menjadi seorang antihero yang punya kemampuan bak hewan predator sampai pilihannya untuk menjadi orang jahat, semuanya karena sang Ayah yang heartless dan memaksanya untuk menjadi “pria jantan”.
Russell Crowe membawakan sosok Nikolai Kravinoff, ayah Kraven, dengan baik. Ia berhasil memperlihatkan kesan Ayah “sadis” yang terobsesi sama maskulinitas dan menyiksa batin anak-anak lelakinya lewat perilaku pasif-agresif. Aaron Taylor Johnson juga berhasil menghidupi sosok Kraven yang fearless, tangguh, tetapi juga seperti hilang arah setiap kali bertemu sang Ayah.
Relasi antara keduanya adalah poin yang bagus di dalam film. Sayangnya, hubungan ini enggak dieksplorasi dengan baik. Interaksi antara keduanya cuma ditampilkan beberapa kali, seolah hanya buat memenuhi kewajiban untuk memberikan informasi sama penonton. Ketika penonton mulai tertarik sama kisah Kraven dan Ayahnya, pada saat itu film beralih ke cerita lain. Status sang Ayah, yang merupakan mafia Rusia, enggak dibahas dengan dalam. Kalau kita enggak tahu background dari ayah Kraven dari literatur lain, di awal film kita mengira bahwa dia dan rekan-rekannya cuma sekawanan lelaki yang gemar berburu tanpa etika.
Tokoh Antagonis yang Terlalu Banyak
Kraven The Hunter ingin memperlihatkan modus dan tujuan dari Kraven, yakni menjadi predator yang memburu para penjahat berbahaya. Itulah yang mungkin menjadi alasan mengapa ada banyak penjahat yang ditampilkan dalam film.
Sayangnya, film gagal buat menyusun prioritas yang harus dipahami penonton. Awalnya, penonton mengira bahwa film akan membawa mereka pada penjahat yang ada hubungannya dengan Seymon Chorney, penjahat pertama yang diburu Kraven. Namun, perjalanan Kraven justru mengarah ke villain lain yang enggak ada hubungannya sama Chorney, seolah Chorney ada cuma sebagai tokoh yang memvalidasi kekuatan Kraven.
Setelah itu, masih ada beberapa villains yang seolah ingin punya spotlight masing-masing, seperti Foreigner. Dalam film ini, Foreigner menjadi media yang memberikan easter egg kenapa Kraven benci dengan Spider-Man. Namun, rasanya terlalu banyak villain jago dalam satu film membuat fokus film jadi ke mana-mana.
Sosok Dmitri yang Kurang Dibahas
Adik Kraven, Dmitri Kravinoff, adalah tokoh yang juga punya karakter menarik untuk dieksplorasi. Jika Kraven sejak awal diperlihatkan sebagai sosok pria alfa yang siap melindungi, maka Dmitri menerima konsekuensi lain dari perilaku heartless sang Ayah: menjadi anak lelaki yang terlihat lemah. Sebagai anak yang “lemah”, Dmitri juga dimanfaatkan sang Ayah sebagai collateral damage.
Namun, Dmitri punya sesuatu yang enggak bisa Kraven lakukan. Walaupun lemah, Dmitri punya kemampuan meniru suara orang lain. Maka dari itu, enggak mengherankan kalau pada akhirnya ia menjadi Chameleon, sosok bunglon berwajah putih yang juga dikenal sebagai villain di komik Marvel.
Dmitri adalah karakter tragis yang menarik dibahas. Di pertengahan film, diperlihatkan kalau ia enggak cuma kecewa sama sang Ayah, tetapi juga kakaknya yang memutuskan pergi dari rumah.
Kami mengira bahwa film selanjutnya akan memperlihatkan hubungan adik dan kakak yang retak karena kekecewaan. Namun, setelah itu, hubungan keduanya baik-baik saja, masih akrab seperti saat sebelum Sergei berubah menjadi Kraven. Ini adalah sesuatu yang mungkin kurang adil buat perkembangan karakter Dmitri. Sebagai calon master of disguise, pergulatan jiwa tokoh Dmitri layak buat dieksplorasi. Namun, Dmitri seperti hanya menjadi pancingan buat aksi-aksi Kraven.
Kurangnya Porsi untuk The Rhino
The Rhino (Aleksei Sytsevich), villain yang juga muncul di dunia Spider-Man, menjadi penjahat utama dalam film ini dan ditampilkan dengan cara yang berbeda. Rhino si badak enggak cuma si otot tanpa otak saja. Rhino, awalnya adalah mafia kelas rendah yang dipandang sebelah mata oleh Nikolai Kravinoff. Kemudian, dengan teknologi khusus, ia bisa mengubah dirinya menjadi sekeras dan setangguh badak.
Sejak awal kemunculannya, Aleksei terlihat seperti mafia kelas rendah yang punya kemampuan otak menjanjikan. Kesan psikopatnya juga terasa banget. Pendekatan karakter Rhino yang dipakai oleh film Kraven The Hunter ini unik karena bisa menjadi antitesis dari Kraven yang lebih menonjolkan kekuatan tubuh ketimbang kecerdasan. Sayangnya, film enggak memberikan kita kesempatan buat mengenali Rhino lebih dalam lagi. Setelah flashback ke masa lalu, tau-tau kita hanya melihat Rhino sudah menjadi big boss dengan teknologi mutakhir.
Alur Campuran yang Membingungkan
Kraven The Hunter memakai alur campuran untuk menunjukkan perjalanan seorang remaja biasa bernama Sergei Kravinoff menjadi Kraven Sang Pemburu. Alur campuran bisa menjadi menarik saat semua kisah punya koneksi kuat dengan pergulatan jiwa tokoh dan ditata dengan rapi.
Namun, alur campuran di Kraven The Hunter ini kadang malah mengganggu cerita yang sedang berjalan. Penataannya pun agak berantakan, sehingga penonton menjadi sedikit bingung apa koneksinya dengan yang terjadi saat ini.
Kejadian di bar dan interaksi antara Aleksei-Nikolai adalah dua contoh adegan yang penempatannya kurang pas. Kejadian di bar seolah enggak punya jalinan yang sesuai sama adegan lain dan linimasanya membingungkan. Sementara itu, interaksi Aleksei-Nikolai juga merupakan flashback yang kentang. Seolah, adegan ini dimasukkan cuma agar penonton paham apa yang mendasari alasan Aleksei untuk berubah menjadi Rhino dan membenci Kravinoff.
Rangkaian aksi yang begitu hewani dan karakter abu-abu di Kraven The Hunter membuat film ini sebetulnya punya potensi besar untuk bisa menjadi penutup tahun yang bagus. Sayangnya, film ini gagal buat memenuhi potensinya karena naskah yang terasa mentah dan eksplorasi karakter yang kurang. Nah, bagaimana menurut kamu? Apakah film ini mampu memenuhi ekspektasimu?