5 Film Body Horror yang Bikin Mual sampai Trauma

Dibandingkan dengan horor dengan genre supernatural atau psychological thriller, genre body horror mungkin lebih jarang digunakan. Namun, body horror punya segmentasi pasar sendiri, bahkan cult movies biasanya memang bergenre body horror, lantaran film-film semacam ini kadang hadir dengan konsep yang kurang wajar atau too bad it is good.

Film body horror adalah subgenre horor yang berfokus pada transformasi fisik atau degradasi tubuh manusia dengan cara yang mengerikan, grotesque, dan biasanya  menggambarkan ketidaknyamanan itu lewat proses mutasi, mutilasi, infeksi, atau invasi tubuh oleh makhluk asing. Genre ini bertujuan buat memicu rasa takut dan jijik dengan menyoroti bagaimana tubuh dapat berubah menjadi sesuatu yang abnormal. Film-film body horror sering mengeksplorasi ketakutan akan kehilangan kontrol atas tubuh kita sendiri.

Body Horror
The Substance. Istimewa.

Belum lama ini, film The Substance kembali mengingatkan penonton tentang keberadaan body horror di dunia perfilman. The Substance sendiri bukan sekadar body horror yang mengusung konsep gore dan bikin sensasi dengan pesta darah. The Substance, dengan raihan skor di atas 90%, menyajikan kengerian tubuh sekaligus kritik sosial terhadap konsep awet muda.

Apakah kamu masih enggak bisa move on dari The Substance? Berikut kami beri rekomendasi film body horror lain yang cukup grotesque dan traumatis. Hati-hati saat menonton.

5 Film Body Horror yang bikin mual sampai trauma penonton

Tusk (2014)

Tusk adalah sebuah cult movie body horror yang masuk ke dalam kategori film too bad it is good. Dilihat dari kualitas sinematografi, film ini memang pas-pasan. Namun, cerita dan eksekusinya mindblowing.

Disutradarai oleh Kevin Smith, film ini bercerita tentang Wallace Bryton seorang podcaster yang melakukan perjalanan ke Kanada untuk mewawancarai seseorang yang unik buat kontennya. Namun, Wallace malah menemukan iklan aneh dari seorang pria tua bernama Howard Howe yang mengaku punya banyak kisah petualangan menarik.

Wallace pergi menemui Howard di rumahnya yang terpencil dan di sana Howard mulai menceritakan cerita-cerita luar biasa tentang kehidupannya di laut dan pertemuannya dengan seekor walrus. Masalahnya, lama-kelamaan pertemuan ini menjadi aneh. Karena obsesinya yang enggak wajar sama walrus, Howard berencana mengubah Wallace secara fisik dan mental menjadi seekor walrus melalui prosedur bedah yang mengerikan dan mengubah hidupnya selamanya.

Pacar Wallace, Ally dan sahabatnya, Teddy memulai pencarian untuk menemukan Wallace sebelum semuanya terlambat. Proses saat Wallace diubah menjadi walrus secara perlahan, mulai dari kakinya diamputasi diam-diam sampai betul-betul secara psikologis dan fisik menjadi walrus membuat kita merasa enggak nyaman. Entah dari mana ide yang gila seperti ini berasal.

The Thing (1982)

The Thing dianggap bukan hanya sebagai salah satu cult movies terbaik, tetapi juga merupakan film body horror paling ikonik sepanjang masa.

Diadaptasi dari cerita pendek “Who Goes There?” karya John W. Campbell Jr., film ini berlatar di sebuah stasiun penelitian terpencil di Antartika. 

Sekelompok ilmuwan Amerika yang bekerja di stasiun penelitian Antartika menemukan makhluk asing yang memiliki kemampuan meniru makhluk hidup yang diinfeksinya. Makhluk tersebut, yang dikenal sebagai “The Thing”,  mulai menyusup ke dalam kelompok dan menyamar sebagai anggota tim. Hal ini menimbulkan rasa insecurity dan paranoia di antara mereka.

Premisnya sebetulnya biasa saja, tetapi yang bikin enggak nyaman adalah eksekusinya. Di ruang yang sempit, jauh dari Bumi, dengan fenomena abnormal, manusia-manusia ini harus bertarung dengan prasangka dan juga dengan bentuk-bentuk yang menjijikkan pada saat The Thing berubah bentuk.

The Fly (1986)

Kamu tahu bagaimana cara hidup lalat yang menjijikkan? Selain memiliki lendir untuk melekat pada permukaan, lalat juga mencari makan di tempat-tempat yang menjijikkan seperti tempat sampah misalnya. Nah, bagaimana jika seorang manusia bermutasi menjadi lalat? 

Seorang ilmuwan bernama Seth Brundle terobsesi menciptakan mesin teleportasi yang dapat memindahkan objek secara instan dari satu tempat ke tempat lain.

Waktu dia melakukan uji coba teleportasi kepada dirinya sendiri, tanpa sepengetahuannya, seekor lalat masuk ke dalam kapsul teleportasi. Akibatnya, DNA Brundle dan lalat tersebut enggak sengaja tercampur, membuatnya menjadi manusia lalat.

Layaknya lalat, pada awalnya, Brundle merasa lebih kuat dan bugar, bahkan bisa survived lebih baik daripada manusia lain. Namun, mutasinya lama-kelamaan menjadi enggak terkendali. Ia berubah menjadi makhluk hibrida manusia-lalat yang mengerikan. Kekasihnya, Veronica Quaife berusaha memahami dan membantu Brundle, tetapi situasi justru mengancam Quaife saat transformasinya berlanjut.

Perubahan Brundle menjadi lalat dan bagaimana ia mengadaptasi cara hidup lalat ini menampilkan body horror yang menjijikkan. Ketidaknyamanan penonton akan ditambah oleh berbagai perkataan Brundle yang semakin gila menjelang perubahannya, bahkan membahas tentang politik serta humanisme –bukan cuma menyindir dirinya, tetapi menyindir manusia.

The Human Centipede (2009)

Ketidakmanusiawian The Substance atau bahkan Tusk masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan The Human Centipede. Memang, secara plot dan isi cerita, Human Centipede enggak memberikan makna yang dalam layaknya The Substance. Namun, ide body horror yang diberikan amat nirempati, bahkan membuat kita bertanya-tanya adakah kiranya manusia semacam ini?

The Human Centipede adalah film yang bercerita tentang seorang dokter bedah Jerman  gila bernama Dr. Heiter. Dia memiliki obsesi untuk menciptakan makhluk baru dengan cara yang mengerikan. Ia ingin menyambung beberapa manusia menjadi satu organisme bak kelabang (centipede) dengan cara menghubungkan mulut satu orang ke anus orang lain.

Dua turis Amerika, Lindsay dan Jenny, tersesat di hutan di Jerman. Mobil mereka mogok, dan mereka mencari bantuan hingga akhirnya menemukan rumah Dr. Heiter. Mereka ditangkap dan dibius. Saat mereka sadar, mereka menemukan diri mereka di laboratorium Dr. Heiter, bersama dengan seorang pria Jepang yang juga menjadi korban. Dr. Heiter lalu menjelaskan rencananya untuk menyambung mereka menggunakan metode bedah, menciptakan kelabang manusia.

Bayangkan, bagaimana jika manusia yang terletak di bagian depan diberi makan? Tentu kotorannya akan dimakan oleh manusia yang disambungkan di belakangnya, begitu seterusnya. Visualisasi semacam ini, belum lagi ditambah bentuk kelabang gila serta karakter psikopat Heiter membuat film ini betul-betul menjadi pengalaman traumatis.

Starry Eyes (2014)

Sebelum The Substance, sudah ada film Hollywood yang mengkritik tentang konsep kecantikan di industri hiburan, yakni Starry Eyes. 

Dalam Starry Eyes, diceritakan tentang Sarah Walker, seorang aktris muda dan ambisius yang tinggal di Los Angeles, tengah berjuang untuk menembus industri film. Buat bertahan hidup, Sarah harus bekerja di restoran fast-food serta berhadapan sama penolakan dalam berbagai audisi.

Suatu hari, Sarah sangat marah saat enggak diterima casting sampai menjambak rambutnya hingga rontok. Produser yang melihatnya pun tertarik dan meminta Sarah untuk melakukan hal-hal yang lebih ekstrem, mulai dari menggunduli rambutnya, berhubungan seks, hingga Sarah mengalami transformasi mengerikan sampai muntah belatung.

Semua itu rupanya hanyalah kedok, karena studio film itu adalah bagian dari sekte pemujaan setan. Namun, Sarah yang begitu terobsesi dengan ketenaran menyetujui semua persyaratan hingga ia sendiri menjadi bagian dari sekte itu.

Sarah memang enggak mengalami nasib tragis seperti Elisabeth dalam The Substance, tetapi proses pengorbanan Sarah sangat menjijikkan dan enggak manusiawi. Hal ini merupakan sebuah kritik mengenai pelecehan di berbagai rumah produksi dan bagaimana para calon aktor dipaksa untuk “menggadaikan harga diri mereka” demi peran.

***

Film-film body horror di atas menunjukkan bahwa tanpa aturan dan moral, manusia bisa melakukan hal-hal gila di luar batas nalar dan batas welas kasih. Apakah kamu kuat menontonnya?

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.