Review Film The Shadow Strays (2024)

The Shadow Strays (2024)
Genre
  • Action
Actors
  • Adipati Dolken
  • Aurora Ribero
  • Hana Malasan
  • Kristo Immanuel
Director
  • Timo Tjahjanto
Release Date
  • 17 October 2024
Rating
4 / 5

*Spoiler Alert: Review film The Shadow Strays ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton. 

Sinting. Itulah kesan yang kami dapatkan waktu menyaksikkan aksi Aurora Ribero dalam The Shadow Strays. Film besutan Timo Tjahjanto yang akan ditayangkan di Netflix ini mendapuk Ribero sebagai pemeran 13, karakter utama dalam film aksi tersebut.

Bukan sekadar film aksi biasa, kekuatan The Shadow Strays terletak pada elemen-elemen berdarahnya. Setiap aksi disajikan dalam durasi panjang, pertarungan yang gila, dan tentu saja cipratan darah di mana-mana. Nah, seperti apa keseruan The Shadow Strays? Berikut ulasan dari KINCIR.

Review film The Shadow Strays (2024)

Siniopsis The Shadow Strays

The Shadow Strays berporos pada kisah Agen 13, seorang pembunuh bayaran yang diperankan oleh Aurora Ribero. Setelah gagal menyelesaikan misi di Jepang, ia terpaksa mundur dan ditempatkan di Jakarta sambil menunggu tugas berikutnya.

Namun, di balik reputasinya sebagai pembunuh yang dingin dan tak berperasaan, sisi kemanusiaan Agen 13 mulai muncul setelah ia bertemu Monji, seorang anak kecil yang baru saja kehilangan ibunya karena serangan brutal sindikat kriminal. Pertemuan ini memicu dilema batin dalam diri Agen 13, yang menjadi elemen emosional kunci dalam film.

Konflik personal ini semakin mendalam saat hubungan Agen 13 dengan Monji berkembang, sementara kesetiaannya kepada Umbra, organisasi tempat ia bernaung, mulai dipertanyakan. Tak tahan melihat penderitaan Monji, Agen 13 memutuskan untuk melawan aturan dan menempuh jalannya sendiri, melancarkan serangan balas dendam terhadap para penjahat yang bertanggung jawab atas kematian ibu Monji.

Aksi yang tanpa ampun

Review The Shadow Strays
13 via Istimewa

Tokoh utama dalam The Shadow Strays, 13, adalah pembunuh bayaran muda yang harus kena skors karena pekerjaan terakhirnya untuk menghabisi sebuah klan mafia Jepang berantakan. Enggak ada pilihan lain baginya kecuali menunggu perintah selanjutnya di sebuah rumah rusun. Hari demi hari dilewati oleh 13 dengan kondisi mental yang depresi, akibat beraksi dan membunuh sudah menjadi kegiatan rutinnya.

Aksi pertama 13 di rumah yakuza Jepang hanyalah pemanasan saja. Aksi-aksi perempuan dengan kode nama 13 ini bakal semakin gila seiring berjalannya waktu. Aurora Ribero selaku pemeran 13 pun bahkan menjalani latihan yang intensif bersama Hana Malasan, pemeran mentor 13, Instruktor Umbra, sebelum berakting di The Shadow Strays.

Hal yang bikin film ini terasa gila bukan cuma efek-efek yang bikin ngilu seperti pemenggalan kepala, slow motion penembakan, penusukan bertubi-tubi, dan lain sebagainya, tetapi juga aksi bela diri dari Aurora Ribero dan sederet casts lain yang intens.

Saat melihat sosok 13 yang sebatang kara, dingin, tetapi juga penuh empati serta rebel, sekilas memang rasanya seperti berkenalan dengan John Wick versi perempuan. Namun, seiring dengan berjalannya film, kita bisa merasakan perkembangan karakter 13 lewat dunia yang dihidupi olehnya.

13 adalah 13, yang masuk ke dunia kejahatan bukan karena maunya sendiri tetapi karena keadaan. Motivasi dia untuk rebel pun bukan sesuatu yang egois, melainkan karena dia memiliki rasa cinta dan kelembutan perempuan. Ini yang berbeda dari sosok John Wick dan itulah alasan mengapa 13 ini adalah tokoh yang kompleks serta menarik buat diikuti.

Selain 13, karakter-karakter lain pun juga mampu buat membangkitkan emosi kita dan jadi dasar alasan yang kuat atas aksi-aksi penuh darah dan daging yang intens ditampilkan sepanjang film. Agra Piliang sebagai Haga, trio penjahat sadis pemilik diskotek yang mengoperasikan prostitusi dan penjualan narkoba, berakting secara total untuk menghidupi sosok Haga yang abusive, maniak seks, pokoknya kacau banget. Agra benar-benar bisa bikin kita takut dan jijik kepadanya dalam film ini.

Cast lain, Adipati Dolken, memang mendapatkan porsi menghidupi karakter yang lebih tenang dan rapi sebagai polisi korup bernama Prasetyo. Aksinya enggak urakan kayak Haga, tetapi Prasetyo ini betul-betul bikin kita merasa kesal karena dia memang jagonya mengintimidasi dan memanipulasi orang. Bila Haga seperti penjahat urakan, maka Pras ini seperti penjahat kerah putih yang sosiopat.

Lain lagi Ariel, tokoh yang diperankan oleh Andri Mashadi, anak calon gubernur yang manja dan sadomasokis. Ariel enggak urakan kayak Haga dan enggak setenang Pras. Ia adalah tokoh yang aneh (in a good way), punya dua sisi berlawanan –antara anak manja papa yang rapi dan pria sinting tukang menyiksa orang, menciptakan sensasi yang traumatis. Ariel ini bikin kita geli (dengan topeng hitamnya), takut, kesal, sekaligus mual. 

Kudos juga untuk Taskya Namya yang berperan sebagai kembaran Haga, Soriah. Soriah ini definisi cegil yang sebenar-benarnya. Enggak cuma punya riasan ala emo, Soriah juga nekat, mulutnya kasar, dan aksinya cadas banget. Taskya Namya enggak cuma berhasil buat bikin Soriah menjadi cegil, tetapi juga bisa memperlihatkan ikatan batin antara dua saudara kembar. Saat Haga mati, Soriah semakin menggila, menunjukkan kalau ia sangat frustrasi atas kematian saudara kembarnya.

Review film The Shadow Strays. Istimewa

Karakter penjahat yang kurang multidimensional memang sering terlihat malas, namun dalam The Shadow Strays, mereka diramu dengan cermat untuk membuat kita sepenuhnya mendukung aksi sadis penuh kemarahan dari 13. Siapa yang tidak ingin menembak, menusuk, atau mengebom penjahat-penjahat seperti itu?

Jalinan-jalinan gambar yang menunjukkan kerasnya kehidupan

Film aksi sangat bergantung pada sinematografi yang pas untuk bisa menyampaikan sensasi kepada penonton. Memahami bahwa tujuannya memang mau bikin adrenalin penonton terpacu, adegan-adegan sadis diambil dengan menggunakan teknik close-up, bahkan dalam beberapa adegan, pakai slow motion. Cipratan darah, proses orang terpenggal, tusukan, dan beberapa tembakan peluru disunting dengan efek slow motion sehingga terasa bikin ngilu.

Umbra, via Istimewa

Efek slow motion, yang kadang dikombinasikan dengan adegan fast-paced dalam sebagian besar adegan aksi bikin jantung terasa terpompa. Hal-hal ini juga didukung oleh pencahayaan yang sesuai. Pencahayaan film cenderung gelap tetapi tajam, bahkan saat diambil di latar tempat yang penuh lampu. Pencahayaan ini memberikan kesan yang kelam dan membuat dunia dalam film seolah sebagai dunia yang keras dan dipenuhi oleh kekejaman.

Jalinan gambar demi gambar yang ada di The Shadow Strays enggak bikin kita merasa tokoh-tokoh ini sedang berada di Jepang, atau di Indonesia, tetapi lagi di neraka berkonsep punk rock. Lagi-lagi, memang sedikit mengingatkan kita pada John Wick, terutama di diskotek milik Haga dan Soriah yang vibe-nya Himmel und Hölle (John Wick 4) banget.

Efek suara yang bikin adrenalin terpacu

Aksi-aksi cadas yang ada di dalam film enggak akan lengkap kalau enggak didukung sama suara di dalam film dan scoring yang bagus. The Shadow Strays mendukung aksi-aksi brutal dengan scoring yang enggak kalah menegangkan. Setiap momen brutal selalu ditemani dengan efek suara yang nge-rock, bikin kita rasanya ingin ikut beraksi bareng 13!

Oh, ya, selain efek suara yang mendukung adegan-adegan perkelahian, ada satu suara yang cukup memorable di film ini: suara siulan. Suara siulan dari 13 ini menjadi “peringatan” bagi siapa saja yang akan menjadi korban dari 13 berikutnya. Suara siulan legendaris ini bahkan sempat dinarasikan oleh salah satu anak buah di keluarga mafia, awalnya seolah seperti sebuah lelucon, tetapi justru malah jadi gambaran tentang apa yang mau disampaikan di dalam film ini.

***

The Shadow Strays enggak cuma menawarkan aksi-aksi brutal nan berdarah, tetapi juga didasarkan pada penokohan yang cukup kuat. Tokoh 13 berhasil digambarkan enggak cuma sebagai pembunuh bayaran yang sulit mati, tetapi juga punya masa lalu kompleks yang membentuk dilema di dalam dirinya.

Oh, ya, ada beberapa cameo dari aktor-aktor ternama yang bikin cerita semakin seru, lho. Kalau kamu mau tahu siapa saja mereka dan apa peran mereka, tonton The Shadow Strays di Netflix mulai 17 Oktober 2024!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.