Review Film Smile 2 (2024) 

Smile 2
Genre
  • horor-psikologis
  • Horror
  • thriller
Actors
  • Kyle Gallner
  • Naomi Scott
Director
  • Parker Finn
Release Date
  • 16 October 2024
Rating
4 / 5

*Spoiler Alert: Review film Smile 2 ini mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum nonton. 

Dua tahun setelah perilisan Smile, Parker Finn kembali menghadirkan teror si hantu senyum yang memakan kewarasan. Smile 2, yang resmi tayang di bioskop mulai hari ini (16/10), menambah daftar film horor yang dinanti. Sebagai salah satu genre populer, tentu ada tekanan tersendiri bagi Parker Finn untuk menghadirkan kengerian dengan formula baru yang segar dan tetap memikat.

Namun, bagaimana hasil eksekusinya? Apakah Smile 2 mampu menyamai atau bahkan melampaui film pertamanya, yang disambut hangat oleh para penggemar horor? Mari kita simak ulasannya untuk melihat apakah sekuel ini berhasil memenuhi ekspektasi penonton.

Review film Smile 2 (2024) 

Sinopsis Smile 2

Via Istimewa.

Skye Riley (Naomi Scott), tengah bersiap memulai tur globalnya ketika serangkaian kejadian menakutkan dan tak terjelaskan mulai menghantui hidupnya. Tekanan dari ketenaran, ditambah dengan misteri-misteri ini, membuat Skye semakin tertekan, mengancam kelangsungan karier dan kewarasannya.

Saat teror semakin memburuk, Skye terpaksa menghadapi masa lalunya yang gelap dan penuh rahasia. Dalam upaya untuk kembali mengendalikan hidupnya, ia harus mengungkap misteri di balik penderitaannya sebelum segalanya benar-benar hancur.

Sebuah senyum adalah manifestasi batas garis realitas yang bikin penonton resah 

Review Smile 2

Pesan untuk Parker Finn, tolong kasih napas dulu buat kami para penonton di awal film. Soalnya, teror yang tersaji benar-benar dihambur sejak awal dan terjaga rapi sampai akhir film. Memang ada adegan cooling down yang seenggaknya bisa bikin perasaan resah mereda, tapi langka. Serangkaian teror yang hadir karena perkara senyum ini begitu tertata dan sangat terasa bahwa penggarapan skrip di sekuel ini sangat hati-hati, terutama dalam pemberian kejutan. 

Sang sutradara begitu kentara ingin all out di sekuel ini agar jadi lanjutan franchise yang apik. Kamu bisa rasakan tensi tinggi setiap kali kekacauan mental terjadi pada korban dari makhluk metafisik tersebut. Kemudian kamu dilempar ke realitas yang bikin melongo.  

Parker Finn sukses bikin presepsi kita soal realitas dalam film Smile 2 ini jadi rancu. Kita dibuat ragu apakah ini nyata atau tidak sampai akhirnya hanya bisa pasrah menanti segala kengerian yang bakal muncul.

Penghadiran momen jumpscare-nya juga enggak bisa dispekulasi. Biasanya metode build up-nya basi dan mudah ditebak seperti seketika suasana jadi hening, fase melambat, dan hantunya muncul dengan tambahan scoring yang menggelegar.  Justru, di beberapa momen yang kita kira ada jumpscare malah adem. Banyak gocekan yang terjadi sehingga kita selalu enggak siap menghadapi elemen horornya. Di film ini momen jantungan bisa hadir hanya dari sebuah prompter yang macet.

Pendekatan horor psikologisnya juga enggak kalah gila. Informasi bahwa antagonis dalam film ini bisa mengacaukan pikiran korban membuat kita jadi enggak nyaman dengan segala adegan yang terjadi. Kita diombang-ambing, dilarutkan dalam halusinasi paten dari dominasi hantu yang memakan pikiran korbannya.

Naomi Scott tampil dengan kekuatan akting yang luar biasa

Film ini menggunakan sudut pandang orang pertama yang begitu dominan. Hampir 95% film ini menyorot POV dari Skye Rilley. Kita disuguhkan kisah Skye yang akhirnya comeback setelah hiatus setahun karena masa pengobatan akibat kecelakaan. Belum lagi ia harus memulihkan namanya setelah skandal narkoba yang membuat ketenarannya hancur. 

Dalam masa pengembalian citranya ini, Skye direncanakan hadir dengan album baru dan akan menggelar konser tunggal. Hingar-bingar ketenarannya, semua spotlight yang mengarah ke sosok penyanyi pop ini dihancurkan dengan momen genting ketika ia tak bisa membedakan kenyataan.

Sialnya ia kesulitan meyakinkan orang sekitar bahwa ia tengah dihantui, mereka malah mengira bahwa Skye kembali menggunakan narkoba. Konflik batinnya memuncak dan selaras dengan itu, si antagonis makin menjadi-jadi bermain dengan psikis Skye. 

Ruwetnya hidup Skye bisa disampaikan dengan kuat oleh Naomi Scott. Ia mampu membawakan gejolak emosi Skye dengan lugas. Ekspresinya enggak membingungkan atau bikin penonton jadi kehilangan momentum ketika teror datang. 

Paling kerasa kalau Skye mencoba melepaskan diri dari kuasa si hantu Smile. Ia secara “sadar” mengetahui bahwa sedang tidak berada di dimensi lain, tapi ia tidak bisa memvalidasi hal tersebut karena irisan antara dunia nyata dan halusinasi begitu tipis.

*** 

Secara keseluruhan, naskah dalam film ini menjadi kekuatan utama yang mendukung. Plot twist yang bertebaran, pembangunan karakter yang kuat, konklusi yang mengejutkan, dan alur cerita yang tetap logis menjadi daya tarik tersendiri. Semua elemen tersebut dieksekusi dengan ciamik oleh Parker Finn.

Jika kamu sudah menonton Smile 2, tuliskan pendapatmu tentang film ini. Jangan lupa juga untuk terus mengikuti KINCIR agar tidak ketinggalan informasi menarik seputar film-film lainnya!

Stay Updated!
Tetap terhubung di media sosial supaya cepat dapat pembaruan.