Film yang sukses cenderung terkena dua godaan. Pertama adalah godaan buat bikin sekuel, dan yang kedua adalah godaan buat bikin film prekuel. Sementara sekuel adalah film yang latar waktunya berlangsung setelah cerita film utama, prekuel berlangsung sebelum cerita film utama terjadi.
Sayangnya, banyak film yang gagal menghadirkan film prekuel yang memuaskan. Maksud produser, sih, supaya mendulang lebih banyak keuntungan. Apa daya, pundi-pundi dolar itu hadir dengan bonus kritikan pedas.
Nah, mau tahu film prekuel apa aja yang gagal? Apa, sih, penyebabnya? Yuk, kita simak satu persatu dan belajar dari kegagalan mereka!
1. Minions (2015)
Kenapa figur kuning bak pisang ini dicintai banyak orang? Soalnya, dalam Despicable Me (2010) dan Despicable Me 2 (2013), sosok ini bikin film jadi hidup. Bayangin aja, makhluk-makhluk kuning cerah ini tadinya bak anggota gangster jahat, kemudian bertaubat dan tetep bertempur melawan kejahatan. Namun, karena mereka bodoh, banyak hal yang akhirnya berantakan di tangan mereka.
Sosok Minion yang menggemaskan dan ikonis ini mendorong hadirnya film prekuel dari Despicable Me. Mereka yang tadinya cuma sekadar pemeran pembantu, jadi tokoh utama dalam film Minions. Namun lo harus percaya sama kalimat bahwa segala hal yang berlebihan itu enggak baik.
Pasalnya, tingkah para Minion di Minions enggak selucu saat mereka di seri Despicable Me. Di IMBD, skor Minions aja cuma 6,4. Padahal, Despicable Me memiliki skor 7,7 dan Despicable Me 2 memiliki skor 7.4. Oh ya, selain kutukan prekuel, Despicable Me juga kena kutukan sekuel. Soalnya, Despicable Me 3 cuma dapet skor 6,3 dan dianggep sebagai seri Despicable Me terburuk.
2. The Mummy (1999)
The Mummy (1999) dan The Mummy Return (2001) di samping efek-efek CGInya yang maksa, punya cerita seru dan tokoh yang kocak. Enggak heran kalau film ini cukup legendaris dan sering banget diputar ulang di berbagai channel TV kabel. Bahkan, film The Mummy remake yang dibintangi oleh Tom Cruise dianggap enggak seasyik The Mummy versi original.
Film-film ini juga punya film prekuel yang berjudul The Scorpion King (2002). Sosok Raja Kalajengking ini ada di The Mummy Return dan jadi semacam tokoh antagonis sampingan. Nah, film The Scorpion King ini punya kualitas film yang menurut banyak orang, enggak jauh beda sama kualitas CGI Raja Kalajengking di The Mummy Return alias sama-sama jelek.
Di IMDb, skor The Scorpion King bahkan cuma 5,5. Jauh di bawah The Mummy dengan skor 7 dan The Mummy Return dengan 6.4. Layaknya Despicable Me, The Mummy juga mengalami kutukan sekuel, mengingat The Mummy 3: Tomb of The Dragon Emperor (2008) mendapatkan skor 5,4 dan dianggap maksa.
3. The Huntsman: Winter’s War (2016)
Enggak ada kata lain selain maksa saat mendeskripsikan film yang satu ini. Jadi, dalam Snow White and The Huntsman (2012), sosok Huntsman bernama Eric yang diperankan sama Chris Hemsworth menarik perhatian banyak orang (terutama cewek). Kebaikan hati di balik sikap angkuh Eric bikin cowok ini sukses jadi idola. Maka, dibuatlah film prekuel sekaligus sekuel dari film ini yang menjadikan Huntsman sebagai tokoh utama.
Kenapa film ini enggak cuma berlaku sebagai prekuel? Soalnya, cerita pada setengah film terjadi sebelum kejadian Snow White and The Huntsman, dan setengahnya lagi terjadi sesudah kejadian Snow White. Film The Huntsman berkisah tentang latar belakang kenapa Eric jadi pemburu. Jadi, sejak kecil, dia dan anak-anak lain diambil sama Freya, sang ratu salju, buat jadi pemburu ulung.
Nah, film ini memang memperjelas nasib istri dari Eric, Sara yang diceritain mati di film utama. Namun, cerita film ini sedikit agak maksa dan chemistry antara Eric dan Sara kurang greget. Anyway, meskipun punya skor sama dengan film utama, tetapi penghasilan dari film ini jeblok, hanya sekitar 48 juta dolar. Padahal, film utama sendiri mencapai 155 juta dolar.
4. The Hobbit Trilogy (2012—2014)
Sebenernya, memasukkan The Hobbit Trilogy ke dalam kategori film prekuel jelek merupakan hal yang enggak adil. Namun, dibandingkan dengan keagungan The Lord of The Rings Trilogy (2001—2003), The Hobbit memang agak kebanting. The Hobbit Trilogy berkisah tentang petualangan Bilbo Baggins saat masih muda untuk merebut kembali rumah para kurcaci di Gunung Erebor. Nah, dalam trilogi ini, sosok Sauron udah mulai sedikit disinggung dalam bentuk Necromancer.
Di IMDb, skor The Hobbit: An Unexpected Journey dan The Desolation of Smaug adalah 7,9. Sementara itu, skor The Battle of Five Armies lebih jelek, yakni 7,4. Padahal, skor trilogi The Lord of The Rings berkisar antara 8,7 sampai dengan 8,9. Kelemahan trilogi The Hobbit terletak pada alur cerita yang dipanjang-panjangin. Wajar, sih, mengingat trilogi The Hobbit sendiri sebenernya berasal dari satu novel.
Baca juga Film-film Futuristis yang Gagal Ngegambarin Masa Depan
5. The Nun (2018)
Kekecewaan penonton pada film The Nun sebenarnya bersumber dari tingginya ekspektasi mereka. Promo yang kenceng, bahkan sampai bikin orang jadi jantungan di Youtube. Serta, usaha ngejual sosok Valak bikin penonton berpikir kalau film ini bakalan serem banget dan menyiksa jiwa.
Sayangnya, kualitas film ini justru jauh di bawah The Conjuring 2 (2013). Sosok Valak memang mengerikan, tapi alurnya maksa. Selain itu, penokohannya pun kurang kuat. Nah, The Nun sendiri berkisah tentang petualangan Pendeta Burke dan Suster Irene di sebuah biaya Rumania yang udah dikuasai kekuatan jahat. Dari premisnya, film ini menjanjikan banget sebagai film horor, kalau aja alurnya dan penokohannya ditata dengan lebih baik.
Baca juga 7 Film Horor Komedi yang Gagal Ngeri
***
Menurut lo, kenapa banyak film prekuel yang lebih buruk daripada film utama? Apakah karena film-film utama itu bersinar banget sehingga sulit buat mengalahkan pesona mereka? Atau ini merupakan pesan bahwa sebaiknya lo move on dan enggak melihat masa lalu lagi? Yuk, bagiin pendapat lo di kolom komentar!