*Spoiler Alert: Review film Twisters mengandung bocoran yang bisa saja mengganggu kamu yang belum menonton.
Siapa yang pernah menonton film Twister yang dirilis pada 1996? Buat kamu yang belum tahu, Twister merupakan film bertema bencana, yang menceritakan sekelompok pengejar badai yang punya misi untuk mempelajari tornado. 28 tahun setelah perilisan Twister, Warner Bros. kini merilis standalone sequel-nya, yang diberi judul Twisters. Berhubung standalone sequel, Twisters tidak memiliki hubungan cerita langsung dengan Twister.
Twisters digarap oleh sutradara yang berbeda dari film pertamanya, yaitu Lee Isaac Chung, sosok yang juga menyutradarai Minari (2020), Abigail Harm (2012), Lucky Life (2010), dan Munyurangabo (2007). Film ini juga menampilkan deretan aktor yang sangat berbeda dengan film pertamanya, di antaranya Daisy Edgar-Jones, Glen Powell, Anthony Ramos, David Corenswet, dan aktor lainnya.
Twisters berkisah tentang Kate Cooper, seorang ahli meteorologi, yang punya masa lalu kelam dengan bencana tornado. Pada suatu hari, Kate diajak teman lamanya, Javi, untuk berurusan lagi dengan tornado demi menguji sistem pelacakan tornado. Kate pun setuju karena dijanjikan bahwa alat ini bisa memberikan peringatan dini tentang datangnya tornado. Namun, Kate menemukan fakta lain saat dia menjalankan proyek tersebut.
Review film Twisters
Punya tema yang sama dengan film pertamanya, tetapi lebih intens
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, Twisters merupakan standalone sequel-nya Twister yang dirilis pada 1996. Namun karena ini adalah standalone sequel yang berdiri sendiri, kamu tidak harus menonton Twister versi 1996 karena ceritanya sama sekali tidak berhubung. Bahkan setelah menonton, saya bisa bilang Twisters mungkin lebih tepat disebut sebagai remake. Spesial bagi yang sudah menonton film pertamanya, kamu bakal mengenali berbagai easter egg yang bikin bernostalgia dengan film versi 1996-nya.
Kenapa Twisters lebih tepat disebut sebagai film remake? Soalnya, perjalanan karakter utama di Twister dan Twisters, yang sama-sama karakter perempuan, bisa dibilang cukup mirip. Seperti film versi 1996, Twisters dibuka dengan bagaimana sang karakter utama menghadapi tragedi masa lalu yang membuat dia benci dengan tornado, hingga akhirnya memiliki ambisi untuk bisa mencegah tornado melakukan kerusakan. Ditambah lagi, Twisters memiliki bumbu romansa antara dua pengejar tornado yang cukup mirip dengan film versi 1996.
Secara keseluruhan cerita, Twisters bisa dibilang sebagai upgrade dari versi 1996 karena menampilkan konflik dan ketegangan yang lebih intens. Ditambah lagi dengan premis ilmuwan vs. youtuber di film ini, yang membuat ceritanya lebih fresh dan lebih menyenangkan. Perjalanan sang karakter utama, yaitu Kate Cooper, benar-benar diceritakan dengan sangat baik, sehingga penonton bisa ikut bersimpati dengan dia di sepanjang filmnya.
Tidak hanya karakter utamanya saja yang menarik, sutradara Lee Isaac Chung dan tim penulis naskahnya juga menciptakan karakter-karakter lain dengan berbagai karakteristik menarik yang membuat filmnya semakin menyenangkan. Bahkan, karakter Tyler Owens, yang dibuat terlihat sangat tengil pada awal film, akhirnya lama-kelamaan mendapatkan pengembangan karakter yang membuat kamu bisa simpati dengannya.
Daisy Edgar-Jones tampil menakjubkan sebagai pemeran utama
Seperti versi 1996 yang menampilkan perempuan sebagai karakter utamanya, Twisters juga menampilkan karakter utama perempuan, bernama Kate Cooper, yang diperankan oleh Daisy Edgar-Jones. Sebagai pemeran utama, Edgar-Jones benar-benar berhasil tampil bersinar dengan aktingnya. Selain karena naskahnya yang sudah oke, penampilan Edgar-Jones jelas yang membuat penonton bisa bersimpati dengan Kate di sepanjang filmnya.
Sudah dijelaskan di atas bahwa selain Kate, film ini juga menampilkan deretan karakter pendukung yang enggak kalah menarik. Glen Powell, Anthony Ramos, David Corenswet, dan aktor-aktor pendukung lainnya menampilkan akting yang tidak kalah mencuri perhatian. Para aktor tersebut mampu membuat karakter mereka terlihat begitu unik dengan karakteristik masing-masing.
Presentasi tornado yang benar-benar terlihat nyata dan mengerikan
Pada 1996, Twister menampilkan kualitas efek visual yang terdepan pada masanya. Intinya, tim produksi Twister memberikan yang terbaik untuk efek visual filmnya pada saat teknologi perfilman masih terbatas pada saat itu. Kabar baiknya, efek visual yang dihadirkan oleh Twisters juga bisa dibilang menjadi salah satu yang berkualitas di antara film-film 2024 yang sudah dirilis hingga saat ini.
Efek visual tornado yang ditampilkan di Twisters terlihat sangat meyakinkan. Ditambah dengan desain produksi dan sinematografi yang tepat, tampilan tornado di film ini benar-benar terlihat sangat mengerikan. Berkat kualitas visualnya yang optimal, kita bisa benar-benar merasakan ketegangan kekacauan bencana tornado selama menonton filmnya.
Tidak hanya optimal secara visual, ketegangan filmnya jadi semakin terasa karena film ini juga menampilkan musik dan scoring yang benar-benar tepat dalam mendukung setiap momennya. Apalagi ketika momen serangan tornado yang penggunaan musik dan scoring-nya benar-benar menambah tegang suasananya.
***
Sebagai standalone sequel atau bisa juga dibilang sebagai remake dari film Twister yang dirilis pada 1996, Twisters hadir dengan cerita yang lebih intens dan tornado yang lebih mengerikan. Desain produksi dan efek visualnya berhasil menggambarkan bencana tornado yang begitu kacau.
Perjalanan sang karakter utama di film ini juga diceritakan dengan sangat baik, sehingga kamu bisa bersimpati dengannya. Jangan khawatir jika kamu belum menonton versi 1996-nya karena cerita Twisters sama sekali tidak berhubungan dengan film pendahulunya.
Setelah baca review film Twisters, apakah kamu jadi tertarik menonton film thriller bencana ini? Buat yang sudah menonton, jangan lupa bagikan pendapat kamu tentang film ini, ya!