Kimo Stamboel, dikenal sebagai sutradara sejak rilis film indie berjudul Bunian tahun 2004. Sutradara yang satu ini hanya membuat film horor dan thriller sepanjang kariernya. Namanya melambung ketika bersama Timo Tjahjanto membesut Film Rumah Dara. Kepiawaiannya meramu cerita horor dan menyanjikannya dengan atraktif membuat ia beberapa kali disiapkan untuk menjadi sutradara pengganti dalam sebuah waralaba film horor.
Dengan kualitas penyutradaraan sebagai modal yang ia miliki, Kimo mampu menjawab tantangan itu dengan cukup baik, beberapa franchise film berhasil diupgrade oleh Kimo yang membuat dirinya cocok untuk dipanggil sebagai mekaniknya waralaba film horor Indonesia. Ada sejumlah alasan kenapa ia cocok dipanggil dengan julukan tersebut dan ini dia sederet alasannya.
Alasan Kimo Stamboel patut dijuluki mekanik waralaba film horor Indonesia
1. Sudah bereskan tiga waralaba film
Kimo Stamboel sudah diminta oleh beberapa rumah produksi untuk membuat lanjutan waralaba film horor. Awalnya ia mengerjakan Film Ivanna, film ini adalah bagian dari waralaba Danur. Kemudian Film Jailangkung Sandekala yang jadi bagian dari waralaba Film Jailangkung rilisan tahun 2017. Terakhir, ada Film Badarawuhi di Desa Penari yang jadi bagian dari waralaba Film KKN di Desa Penari.
Secara komersil tiga film ini masih on track untuk mendapatkan jumlah penonton yang besar. Ivanna mendapat 2.7 juta penonton, Jailangkung Sandekala mendapat 1.5 Juta juta penonton dan Badarawuhi di Desa Penari sudah mendapat tiga juta penonton dan sangat terbuka untuk menyentuh angka empat juta penonton.
2. Enggak fokus pada jumpscare
Film horor memang erat kaitannya dengan jumpscare, memunculkan penampakan secara tiba-tiba dan membuat penonton kaget sekaligus ketakutan. Formula ini memang lumrah dilakukan oleh banyak sineas, Kimo Stamboel pun beberapa kali melakukan itu. Namun, beberapa film horor yang ia garap enggak berfokus pada jual beli jumpscare pada penontonnya.
Kimo bisa menghadirkan beberapa adegan yang bikin merinding tanpa harus bikin kaget penonton. Seperti di Film Ivanna, ia buat adegan hantu kepala buntung yang lewat di belakang pemeran utama dan hanya penonton yang menyadari itu. Atau adegan dalam Film Badrawuhi ketika para Dawuh melewati pos ronda namun ada satu Dawuh yang perlahan-lahan mendekati kamera. Treatment seperti ini terasa jarang sekali dibuat oleh sutradara horor lain.
3. Bawa film horor lebih gore
Salah satu ciri khas dari Mo Brothers adalah mereka sering membuat film horor dan thriller dengan adegan-adegan gore. Adegan gore adalah adegan yang menampilkan sisi sadis dan brutal yang biasa ditampilkan dalam film horor atau thriller. Seperti pada Film Ratu Ilmu Hitam tahun 2019, entah berapa kali Kimo buat adegan gore yang bikin penonton tutup mata.
Selain dalam film, ia juga terapkan itu ketika buat serial Teluh Darah. Hampir di seluruh episode serial itu, kita bisa menatap beragam adegan yang bikin ngilu. Nah pada beberapa film waralaba yang ia garap, ia juga taruh sentuhan adegan gore yang menambah kesan menakutkan yang di film sebelumnya enggak terlalu ditampilkan.
4. Kerap beri sentuhan yang beda
Jailangkung satu dan dua adalah film yang berpusat pada cerita dua karakter utama Rama dan Bella. Sementara Jailangkung tiga yang digarap Kimo Stamboel punya cerita yang beda. Enggak sekedar nunjukin cerita Jailangkung, film ini justru tampilkan kesan mistik yang bikin penasaran, mengingatkan penonton pada serial Stranger Things. Perbedaan dua film pertama dengan film Jailangkung Sandekala ini jelas terasa.
Pun begitu dengan Ivanna. Dari segi cerita, film ini memang sebuah Spinn-Off yang enggak terhubung dengan rentetan Film Danur. Namun justru di situ warna baru yang ditawarkan oleh Kimo Stamboel untuk memberi perbedaan antara filmnya dan film-film dalam barisan waralab yang sudah rilis sebelumnya. Kimo juga fokus pada latar belakang kisah yang diceritakan dengan runut dan ditutup dengan konklusi yang jelas.
5. Eksplorasi sudut pandang lain
Salah satu alasan penunjukan Kimo Stamboel dalam menggarap Jailangkung Sandekala adalah karena sutradara ini kerap melihat sudut pandang yang berbeda dalam meramu cerita. Dan benar saja dibanding dua film pertamanya, Jailangkung Sandekala punya rasa yang beda. Improvisasi sisi mistis ini yang jarang dimiliki oleh sutradara horor lain yang kadang terlalu fokus pada jumpscare.
Improvisasi ini yang membuat film horor karya Kimo kadang punya ciri khasnya sendiri, berbeda dengan film horor lokal lain yang jalan ceritanya kadang sudah bisa ditebak.
6. Maksimalkan efek visual
Soal isual, Kimo juga termasuk sutradara yang cukup serius dalam menata efek visual. Salah satunya adalah ketika Kimo menggarap Badarawuhi di Desa Penari. Kimo menyetel set lokasi syuting demi ciptakan efek visual yang maksimal. Seperti ketika ia menciptakan adegan badai dalam film tersebut. Demi menciptakan adegan ini, Kimo mempersiapkan semua komponennya selama dua hari.
Padahal adegan ini cuma tayang sebentar di depan layar. Selain efek badai dalam Film Badarawuhi di Desa Penari, beberapa film lain juga Kimo Siapkan Efek Visualnya dengan meyakinkan.
Itu tadi sederet alasan kenapa Kimo Stamboel patut dijuluki sebagai mekaniknya waralaba film horor Indonesia. Kalau menurut kamu gimana? Setujukah dengan penyematan julukan ini pada Kimo Stanboel?