Pada momen libur Lebaran 2024 lalu, kita kedatangan film Badarawuhi di Desa Penari yang tayang di bioskop Indonesia. Film garapan Kimo Stamboel ini merupakan prekuel dari film KKN di Desa Penari yang rilis pada 2022 lalu dan sampai saat ini masih memegang predikat sebagai film Indonesia terlaris sepanjang masa dengan total lebih dari 10 juta penonton.
Harapannya, film Badarawuhi di Desa Penari bisa melebihi atau setidaknya setara dengan pencapaian KKN. Namun, melihat performa Box Office Badarawuhi di pekan kedua perilisannya, rasanya hal tersebut agak mustahil. Sebab, ada berbagai macam alasan yang membuat Badarawuhi tidak bisa mencapai kesuksesan besar film pendahulunya.
Berikut ini KINCIR akan membahas deretan alasan yang bikin Badarawuhi di Desa Penari tidak bisa mengulangi kesuksesan KKN di Desa Penari. Yuk, simak!
Alasan Badarawuhi di Desa Penari tidak sesukses KKN di Desa Penari
1. Tidak memiliki thread viral sebelum perilisannya
Sekadar mengingatkan, kisah film KKN di Desa Penari adalah hasil adaptasi dari sebuah thread di platform X/Twitter yang ditulis oleh akun anonim bernama SimpleMan pada 2019 lalu. Thread ini pun sangat viral, bahkan di berbagai platform media sosial selain X/Twitter. Kisah horor di thread tersebut kemudian sering jadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat tertentu, dan juga dibahas oleh berbagai influencer populer.
Kepopuleran tersebut kemudian membuat MD Pictures akhirnya mengambil alih hak cipta untuk mengadaptasi ceritanya menjadi film hanya berselang beberapa bulan setelah thread-nya muncul. Masyarakat yang sudah mengikuti kisah di thread-nya yang viral pun jadi terdorong untuk menonton film KKN di Desa Penari ketika akhirnya rilis di bioskop pada 2022 lalu untuk melihat visualisasi kengerian ceritanya.
Keviralan thread KKN pun menjadi salah satu faktor yang membangun hype atau antusiasme masyarakat sehingga jumlah penontonnya bisa sangat banyak. Di sisi lain, Badarawuhi di Desa Penari tidak memiliki thread apapun sebelum filmnya tayang. Badarawuhi benar-benar hanya dipromosikan sebagai prekuel dari KKN yang sebelumnya sukses besar, tanpa ada hype yang dibangun lewat thread terlebih dahulu.
2. “Trauma” penonton film KKN di Desa Penari
Thread KKN di Desa Penari memang mendapatkan respons yang positif dari pembacanya. Namun, versi adaptasi filmnya yang rilis pada 2022 tidak bisa disebut demikian, karena tanggapan penonton terbilang cukup acak. Sebab, ada sebagian penonton yang menganggap kalau versi filmnya gagal dalam menggambarkan kehororan yang terdapat dalam versi thread-nya.
Hal tersebut tentunya membuat pembaca thread yang sudah antusias dengan adaptasi filmnya jadi merasa kecewa. Selain itu, tak sedikit juga yang kecewa dengan dirilisnya versi Luwih Dowo, Luwih Medeni yang merupakan extended version dari filmnya. Soalnya, banyak yang menganggap tak ada perbedaan signifikan antara versi original dengan extended version-nya, dan dianggap hanya cara bagi pihak studio untuk me-milking kesuksesan KKN.
Rasa kecewa penonton terhadap KKN di Desa Penari pun bisa jadi menimbulkan trauma yang membuat mereka ogah menonton Badarawuhi di Desa Penari. Hal ini karena bisa saja mereka takut kalau Badarawuhi gagal memenuhi ekspektasi lagi dan kembali bikin kecewa layaknya KKN. Bahkan, tak sedikit yang menganggap kalau Badarawuhi hanyalah produk milking terbaru pihak studio dari kesuksesan KKN.
3. Kalah saing dengan film Siksa Kubur
Selain Badarawuhi di Desa Penari, ada satu lagi film horor Indonesia yang tayang pada momen libur Lebaran 2024, yaitu Siksa Kubur. Film yang disutradarai oleh Joko Anwar tersebut pun rilis bersamaan dengan Badarawuhi pada 11 April 2024 di bioskop Indonesia. Perilisan kedua film ini secara bersamaan pun menjadi sebuah pertarungan bagi dua film horor lokal di momen libur Lebaran.
Pada hari pertama penayangannya, Badarawuhi memiliki total showtime dan juga jumlah penonton yang jauh lebih banyak ketimbang Siksa Kubur. Namun, setelah lebih dari seminggu penayangan keduanya, Siksa Kubur justru berhasil menyusul jumlah showtime dari Badarawuhi. Bahkan, menjelang pekan kedua perilisannya, kini Siksa Kubur justru berbalik jauh lebih mengungguli Badarawuhi dari segi jumlah penonton dan showtime.
Dari perjalanan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Badarawuhi kalah dalam bersaing dengan Siksa Kubur sebagai film horor lokal yang rilis di Lebaran 2024. Alasannya pun berbagai macam, salah satunya adalah faktor ulasan Siksa Kubur yang lebih positif ketimbang Badarawuhi. Selain itu, rewatch value atau potensi film Siksa Kubur ditonton ulang juga lebih besar dari Badarawuhi karena adanya teori-teori tentang filmnya.
4. Popularitas pemeran utama
Film Badarawuhi di Desa Penari memiliki pemeran utama yang berbeda dengan KKN di Desa Penari. Dalam film KKN di Desa Penari pemeran utamanya adalah Tissa Biani yang menjadi Nur, sementara itu pemeran utama dari Badarawuhi di Desa Penari adalah Maudy Effrosina yang memerankan Mila.
Perbedaan pemeran utama tersebut juga bisa menjadi salah satu faktor mengapa jumlah penonton Badarawuhi di Desa Penari kemungkinan tidak bisa menyusul KKN. Sebab, Tissa Biani yang bermain di KKN sudah memiliki filmografi yang banyak dan juga punya fanbase yang terbilang masif. Kepopuleran Tissa juga bisa dibilang berperan dalam membuat KKN jadi film Indonesia terlaris sepanjang masa, karena penggemarnya umumnya akan menonton film sang aktris buat mendukungnya.
Di sisi lain, Maudy Effrosina selaku bintang utama Badarawuhi memiliki filmografi yang terbilang masih sedikit dan bahkan baru debut jadi pemeran utama pada awal 2024 ini lewat film Pemukiman Setan. Jadi, rasanya enggak heran kalau belum banyak masyarakat yang familier dengan Maudy sehingga kepopulerannya masih kalah dari Tissa Biani.
5. Kesalahan strategi dan momentum perilisan
Libur Lebaran bisa dibilang menjadi momen emas bagi rumah produksi Indonesia untuk merilis film andalannya. Sebab, momen Lebaran biasanya identik dengan liburan panjang sehingga masyarakat jadi punya lebih banyak waktu buat mengunjungi bioskop. Momentum inilah yang dimanfaatkan oleh Badarawuhi, begitu juga dengan Siksa Kubur.
Well, ketika kedua film horor lokal ini rilis pada libur Lebaran 2024 harapannya sebenarnya agar bisa menjadi fenomena ala “Barbenheimer” versi Indonesia yang mendorong masyarakat untuk menonton kedua film. Namun, nyatanya enggak demikian. Sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk mencari film yang sekiranya lebih baik, dan akhirnya memilih menonton salah satu film yang dianggap lebih layak.
Salah satu faktor yang bikin masyarakat akhirnya bersikap demikian adalah karena genre dari kedua film yang sama, yaitu horor. Sebab, dalam dunia perfilman, kasus Barbenheimer disebut dengan counterprogramming, alias perilisan dua film dari PH berbeda dengan teman atau genre bertolak belakang untuk bersaing di Box Office dan dapat hasil maksimal. Namun, di kasus Badarawuhi dan Siksa Kubur, genrenya sama sehingga penonton libur Lebaran seolah tidak punya opsi tontonan lagi selain horor.
Di momen KKN di Desa Penari rilis pada Lebaran 2022 lalu, ada film Doctor Strange in the Multiverse of Madness yang bergenre superhero. KKN pun beruntung karena Doctor Strange 2 dianggap kurang memenuhi ekspektasi oleh masyarakat. Makanya, jumlah showtime dan penonton KKN jadi lebih banyak dari Doctor Strange 2 karena berhasil memaksimalkan momen counterprogramming-nya.
***
Nah, itulah sejumlah alasan yang bikin Badarawuhi di Desa Penari tidak bisa mengulang kesuksesan KKN di Desa Penari. Apakah kamu sepakat dengan sejumlah poin di atas? Share pendapat kamu dan ikuti terus KINCIR untuk kabar terbaru seputar film lainnya, ya!